Andra dan Azimah masuk ke dalam mobil. Di dalam mobil, hanya keheningan yang tercipta. Baik Andra maupun Azimah tak ada yang mengeluarkan suara. Hingga pada akhirnya dering ponsel milik Andra memecahkan keheningan itu.
My Angel. Teks yang terdapat di layar atas ponsel Andra. Andra menarik tanda hijau dari ponsel pintarnya tersebut.
"Iya, Anas" ucap Andra lembut.
"Ayah, bisakah Ayah menjemputku di sekolah. Aku sakit perut!" jawab seorang yang menelpon Andra yang tak lain adalah putri semata wayangnya, buah cinta Andra dan mendiang istrinya.
"Baiklah, Ayah segera ke sana." Jawab Andra dengan cepat tanpa jeda dan segera menaikkan spedometer mobilnya.
Azimah dapat mendengar jelas percakapan Ayah dan anak tersebut karena memang Andra mengaktifkan mode pengeras saat menerima panggilan tersebut. Dan Azimah pun mengerti bagaimana khawatirnya Andra tentang keadaan anaknya, Anastasia.
Tak lama mereka pun tiba di taman kanak-kanak tempat Anastasia bersekolah. Tanpa menunggu dan belum sempat mematikan mesin mobilnya, Andra membuka pintu kemudian berlari cepat ke dalam gedung sekolah megah yang memang menjadi sekolah favorit bagi kalangan terpandang dan terkaya di Ibukota.
Azimah hanya bisa menatap kepergian Andra tanpa bicara. Ia membenarkan posisi mobil yang terparkir secara sembarang akibat ulah Andra yang begitu panik setelah mendengar kabar dari anaknya. Setelah semuanya usai, barulah Azimah menyusul Andra masuk ke dalam gedung sekolah.
Azimah memang tidak terlalu dekat dengan Anastasia, tapi mereka saling mengenal karena hubungan Andra dan Andreas. Azimah cukup tahu bagaimana Anastasia yang sangat sulit beradaptasi dengan lingkungan mau pun orang asing. Hal ini memang menjadi keluhan Andra dan Adelina sedari dulu. Itulah mengapa setelah kepergian Adelina, Andra begitu kesulitan merawat Anastasia. Beruntung Selma sering berkunjung dan membantu Andra merawat Anastasia. Karena hal inilah, sedikit banyak Azimah bisa mengetahui sifat dan sikap Anastasia.
Saat Azimah mencoba mencari keberadaan Andra, Andra baru saja keluar dari sebuah ruangan dan menggendong anak kecil yang tak lain adalah Anastasia. Azimah mendekat sambil melemparkan senyum pada Anastasia.
"Kakak Azimah" kata Anastasia menyapa Azimah.
Azimah kembali tersenyum sambil mengusap lembut puncak kepala Anastasia.
"Bagaimana dengan perutmu? apa sudah membaik?" tanya Azimah pelan namun penuh kehangatan.
Anastasia menganggukkan kepalanya. Ia menampakkan wajah datarnya yang membuat Azimah tak ingin bertanya lebih jauh lagi. Ia tak ingin bersikap sok perhatian atau hal yang berlebihan yang membuat anak seusia Anastasia menjadi ketakutan.
"Azimah, maaf, aku melupakan bahwa kau bersamaku. Baiklah, aku akan mengantar kau terlebih dahulu" ujar Andra sambil memimpin jalan.
"Jangan hiraukan aku, Paman. Keadaan Anas lebih penting saat ini. Aku akan memesan taksi dan Paman bisa membawa Anas pulang sekarang." Jawab Azimah yang memang melihat wajah pucat dari Anastasia.
"Tidak, tidak, aku sudah berjanji pada Iyas. Aku harus memastikan kau setelah apa yang terjadi hari ini." Kata Andra tanpa menghentikan langkahnya.
Tiba di depan gerbang pintu, tanpa sadar Azimah menarik lengan Andra dan bicara sambil menatap pada Andra. Jarak mereka begitu dekat hingga membuat Andra menatapnya jua.
"Jangan khawatir, Paman. Ayah akan mengerti keadaanmu. Lagi pula aku sudah baik-baik saja. Pikirkan Anas, lihat wajahnya sangat pucat. Jangan biarkan dia terlalu lama berada diluar seperti ini, ini akan membuat tubuhnya lebih rentan terkena bakteri lainnya. Uruslah Anas!" kata Azimah yang akhirnya di turuti Andra tanpa komentar apa pun lagi.
"Kalau begitu, kau hati-hati. Kabari aku jika kau sudah sampai di rumah. Ingat, kau harus langsung pulang. Aku tak akan memaafkanmu jika sampai kau berkeliaran di luar saat aku sudah berjanji pada ayahmu!" Ancam Andra.
Azimah menganggukkan kepala setelah itu berlalu hendak membukakan pintu mobil untuk Anastasia. Setelah pintu mobil terbuka, Andra segera menempatkan Anastasia di samping kursi kemudi dan mengaitkan sabuk pengaman padanya.
Azimah mendekat dan tersenyum lagi pada Anastasia sambil terus mengusap-usap wajah polos yang sudah pucat itu.
"Lekas sembuh, Anas." Ucap Azimah dengan lembut.
Anastasia tak menjawab. Ia hanya duduk diam dengan tatapan sayu karena memang sudah sangat lemas karena kekurangan cairan.
"Paman, jika keadaan Anas tak membaik, lebih baik bawa ke rumah sakit. Wajahnya sangat pucat, apa dia diare?" tanya Azimah pada Andra yang baru saja masuk ke dalam mobil.
"Kata gurunya begitu. Entahlah, sepengatahuanku Anas tak makan sembarangan. Entah mengapa dia bisa diare." Jawab Andra sambil membenarkan posisi Anastasia duduk.
"Mungkin salah makan, atau makan yang Anas makan terkena bakteri. Lebih baik bawa langsung ke rumah sakit. Aku takut Anas dehidrasi" saran Azimah dengan wajah yang sama cemasnya dengan Andra.
"Aku akan bawa pulang dulu. Jika tak ada perubahan maka aku akan membawanya ke rumah sakit" kata Andra ragu.
"Baiklah, cepatlah pulang dan istirahatkan Anas" pinta Azimah yang mundur satu langkah kebelakang dari posisinya semula.
Mobil Andra pun berlalu, mereka kemudian berpisah. Azimah mengambil ponsel dari dalam tasnya dan memesan taksi online untuk mengantarnya pulang.
Setelah hampir 15 menit menunggu, taksi yang ia pesan pun akhirnya sampai. Azimah langsung naik dan merebahkan dirinya di sandaran kursi.
Melihat Andra yang merawat Anastasia tanpa bantuan baby sitter membuat Azimah kasihan. Sudah seharusnya Andra membagi tugasnya dengan orang yang bisa menyayangi Anastasia sepenuhnya. Namun hingga 3 tahun berlalu, Andra tak pernah memikirkan hal tersebut. Dalam hidupnya saat ini yang ia pikirkan hanya mengurus Anastasia dan perusahaan dengan sebaik mungkin. Namun ia melupakan bahwa di usia Anastasia saat ini, Anastasia sangat memerlukan sosok Ibu yang bisa merawat dan mengurusnya dengan baik. Memberinya kasih sayang penuh yang tak bisa seorang Ayah berikan padanya. Memikirkan hal itu Azimah lebih mengasihani Anastasia.
Anastasia mengingatkan dirinya dahulu, di mana Ayah dan ibunya yang berpisah. Namun sedikit berbeda karena ayahnya dahulu jauh berbeda dengan Ayah Anastasia. Jauh dari figur seorang Ayah yang melindungi, ayahnya dulu bahkan dengan terang-terangan memukuli sang Ibu di hadapannya. Memberikan sedikit trauma pada Azimah yang tak bisa melihat kekerasan terjadi di depannya hingga kini dan membuatnya secara alami membenci ayahnya sendiri meski bukan ke tahap yang fatal karena ibunya, Selma selalu mengajarinya untuk tetap hormat dan sopan pada ayahnya. Karena hal tersebutlah membuat Azimah dan keluarga barunya terlibat dalam konflik besar hingga seluruh Kota mengetahuinya.
Kehilangan sosok Ayah, kasih sayang dan masa kecil tanpa seorang Ayah membuat Azimah memikirkan bagaimana keadaan Anastasia kedepannya tanpa seorang ibu. Akankah Anastasia bisa melewati masa-masa kesepian dan iri saat melihat teman-teman seusianya memiliki keluarga yang utuh sedangkan ia tidak. Hal itu terlihat sepele namun sangat berdampak besar bagi sang anak. Mungkin hal inilah yang membuat Anastasia cenderung posesif pada lingkungan yang baru.
"Kenapa aku harus memikirkan hal sejauh itu. Anas dan aku jelas berbeda. Kami berasal dari keluarga dan ekonomi yang berbeda pula. Aku kesulitan melewati semuanya karena Ibu bukanlah seorang yang berada. Sedangkan Anas, ia memiliki segalanya. Meski hanya Paman Andra disampingnya, hal lainnya sudah terpenuhi secara alami. Bahkan Kakek dan neneknya sangat menyayangi Anastasia" gumam Azimah dalam hati. Ia pun membuang jauh-jauh pikirannya itu dan kembali ke kekenyataannya saat ini.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Ayyumi ndalu 💗💗
lanjutkan thor
2021-02-15
1