“Assalammualaikum,” tanpa mengetuk pintu dia langsung membukanya tetapi tak lupa mengucapkan salam ketika memasuki rumah Om Irawan.
“Om, aku butuh bantuan. “ ucap Mas Sony sedikit ngos-ngosan karena lari dari halaman depan yang jaraknya cukup jauh untuk masuk kerumahnya.
“Bantuan apa Son, ada masalah apa? Pelan-pelan dulu, duduk yang tenang sini.” Pak Irawan menepuk kursi sebelahnya menyuruh Mas Sony duduk.
“Gini Om, di hotel ada sedikit masalah. Aku bingung harus mulai dari mana, sedangkan waktuku tidak banyak, aku harus kembali ke hotel lagi.” Tergesa-gesa dan bingung.
“Pelan-pelan Son, ya Allah...” menepuk dan merangkul pundak Mas Sony.
“Om tahu bagaimana Bu Anita bekerja? dia itu sangat tidak adil dan sangat tidak bijak om.”
“Bu Anita siapa? Maksud om departemen bagian apa? Om nggak hafal Son.”
“Bagian HRD om. Dia memecatku.” Ucap Mas Sony mulai bisa mengatur nafasnya.
“Kok bisa? Bagaimana ceritanya?” terkejut.
“Padahal aku hanya membela Vania karena dia hampir diperkosa Herman om, dan aku pengen dia mendapatkan sanksinya. Begitu aku mengingatkan peraturan hotel ke Bu Anita, dia malah memecatku. Harusnya Herman yang dikeluarkan om. O iya satu lagi, om harus tahu, Bu Anita itu selingkuhannya Herman.”
“Kamu serius Son? Sejak kapan kejadiannya? Kenapa nggak kasih tahu om dari awal? O iya, Vania di bagian apa dan siapa dia?” mencoba mengingat-ingat nama karyawannya yang ratusan, maklum sebagai owner (pemilik hotel) dia tidak pernah berurusan langsung dengan karyawan, apalagi anak magang. Karena menangani karyawan adalah tugas bagian HRD.
“Sekitar empat hari yang lalu om. Vania, di-dia anak magang.” Jawabnya setengah gugup.
“Kamu tahu sendiri kan, om paling nggak suka ada pelecehan di Hotel. Makannya om buat peraturan jika ada yang melecehkan sedikit saja, harus langsung dikeluarkan, karena itu penyakit gila. Sekali dia berbuat begitu, pasti akan terus mengulanginya. Om tidak pernah mau mempunyai karyawan yang tidak punya otak.” Jelas Om Irawan.
“Iya om, aku tahu. Makannya sekarang aku bingung . Minta tolong sama om aku harus bagaimana. Sedangkan surat PHK sudah aku terima.”
“Inikan om mau ke Hotel. Kamu tenang aja, om akan pecat langsung keduanya.” Jawabnya singkat.
“Om yakin? Nanti beresiko nggak om?” tanya Mas Sony heran karena omnya begitu cepat mengambil keputusan.
“Sangat yakin. Dari awal om memang kurang suka dengan Anita karena dari dulu dia selalu menggoda lelaki. Tapi om pikir dia kerjanya bagus jadi om pertahankan. Lagi pula, kamu bisa menggantikan posisinya kan? Dari pada jadi security.” Jawab Om Irawan.
“Om, please jangan bahas masalah itu dulu deh ya ... Aku tidak akan mengganti posisiku menjadi apa pun. Aku sangat nyaman om.”
“Om heran sama kamu, kamu itu pinter. Lulusan terbaik di kampusmu. Om mau masukin kamu ke bagian apa pun pasti bisa. Kenapa nggak mau? malah pilih jadi security, panas-panasan.” tanya Om Irawan keheranan karena tidak hanya sekali dua kali menyuruhnya mengisi jabatan tertinggi di Hotel tersebut, tetapi tetap saja Mas Sony kekeh dengan pendiriannya.
“Sudahlah om, tolong jangan bicarakan masalah itu. Bukan saatnya. Berarti om sekarang langsung ke hotel dan menemui mereka?”
“Iya, serahkan saja sama om. Eh, Soal Vania? Kamu? Segitu pedulinya sama dia, pacar baru kamu? Hahaha...” tertawa lepas menggoda Sony.
“Cukup om, aku harus kembali ke hotel sekarang. Ya sudah aku pamit ya, terima kasih om.” Sedikit tersenyum malu sambil beranjak berdiri untuk berpamitan, mencium punggung tangan Om Irawan dan mengucap salam lalu meninggalkannya.
“Son, nggak bareng om sekalian?” teriak dari dalam rumah mengikutinya sampai depan pintu.
“Nggak om, terimakasih.” Bisa gawat nanti ketahuan orang hotel kalau aku datang dengan Om. gumamnya.
Dek maaf ya, Mas terpaksa meminta bantuan. Karena ini benar-benar harus segera diselesaikan dan Mas buntu. Posisi Mas sebagai security, tidak punya wewenang apa pun untuk mengatur semuanya. Semoga setelah ini kamu akan baik-baik saja menjalani hari-hari tanpa beban ya Dek. Gumam Sony dalam hati ketika melajukan motornya menuju hotel.
“Ontime sekali kamu Son.” Sambut Pak Anton melihat kedatangan Mas Sony.
“Iya Pak cuma dekat kok. Kalau begitu saya langsung ke Pos dua dulu Pak.” Ucap Mas Sony
“Oke.” Jawabnya singkat.
Tak lama, Pak Irawan datang bersama asistennya dan memasuki ruangannya yang sangat luas dan super mewah. Terletak dilantai lima, lantai paling atas yang hanya orang-orang tertentu yang bisa masuk. Di dalam ruangan tersebut terdapat tiga kamar khusus untuk keluarga Pak Irawan atau tamu penting beliau. Dilengkapi dengan dapur bersih, meja makan serta ruang santai atau ruang tamu. Tak lupa, ruang kerja juga cukup luas di dalamnya.
Menduduki kursi kerjanya, Pak Irwan kemudian menyuruh asistennya membuat surat PHK untuk Pak Herman dan Bu Anita. Setelah beberapa saat, asisten tersebut menelepon mereka untuk menemui Pak Irawan di ruangannya.
Tok Tok Tok
“Silakan masuk.” Jawab Pak Irawan.
“Selamat siang Pak,” sapa Pak Herman dan Bu Anita.
“Siang, silakan duduk.” Mempersilakan.
“Kalian tahu kenapa kalian saya panggil kesini?” tanya Pak Irawan.
“Tidak Pak,” jawab mereka singkat dan saling memandang ketakutan. Karena Pak Irawan terkenal dengan karakter yang sangat tegas. Namun juga sangat baik terhadap siapa pun.
“Siapa pun kalau sudah berhadapan langsung dengan saya pasti staff itu mempunyai kesalahan besar. Begitu pun dengan kalian. Kesalahan apa yang sudah kalian perbuat di sini? Bisa kalian jelaskan?” ucap Pak Irawan yang terlihat sedikit menekan.
“Herman. Apa yang kamu lakukan?!” tanya Pak Irawan sedikit mengeraskan suaranya. Meskipun sebenarnya dia sudah tahu kejadiannya dari Mas Sony. Dia tetap bertanya agar Pak Herman mengaku. Sekalipun Pak Irawan tidak pernah meragukan ucapan Mas Sony, karena dia sangat percaya padanya. Dan sudah menganggapnya seperti anak kandung sendiri, kebetulan anak tunggal Pak Irawan sudah meninggal beberapa tahun lalu karena kecelakaan.
“Maafkan saya Pak.” Ucap Pak Herman gugup.
“Saya bukan butuh maaf dari kamu. Saya mau kamu mengakui kesalahan kamu. Sekarang. Paham?”
“Sa-saya, saya, maaf Pak saya sudah melakukan kesalahan besar.” Jawab Pak Herman terbata-bata.
“Lanjutkan pengakuanmu. Cepat Herman. Saya tidak banyak waktu.” Tegas Pak Irawan.
“Sa-sa, saya ,,, saya ,,, saya sudah bersalah karena mencoba me-memper-memperkosa anak magang Pak.” Ketakutan dan menunduk menyembunyikan wajahnya.
“Sudah berapa kali kamu melecehkan anak magang di sini?! Jawab jujur!”
“Baru satu kali saja Pak.” Jawab Pak Hweman tanpa rasa bersalah.
“Bohong. Tidak mungkin. Apa perlu saya kumpulan semua staff dan siswi magang untuk saksi?”
“Maaf Pak, saya lupa berapa kali.”
“Berarti sering, kan?! Kamu tahukan, apa konsekuensinya? sudah baca peraturan hotel ini? Kamu di sini sudah bertahun-tahun, saya hargai pekerjaan kamu. Tapi saya tidak bisa terima kelakuan bejat kamu. Kau tahu, saya sangat menghormati wanita. Saya paling benci wanita dilecehkan. Aturan saya perketat agar perempuan di sini aman dan terlindungi, tapi kamu masih saja lolos. Pintar sekali ya kamu, memanfaatkan Anita sebagai tameng agar tidak di pecat.” Ucap Pak Irawan.
Bu Anita menunduk ketakutan begitu namanya mulai disebut.
“Anita, sejak kapan kamu melindungi pacarmu ini, hah?! Sudah berapa banyak staff yang mengadu dan kamu abaikan?! Kamu kan perempuan, kenapa begitu tidak punya hati? Pelecehan bukan masalah sepele. Paham?! Saya sangat kecewa. Saya pikir kamu mengurus karyawanku dengan baik. Ternyata sedikit pun kamu tidak punya tanggung jawab.”
Pak Herman dan Bu Anita terasa mati kutu dan mulai membeku. Tidak bisa berkata apa-apa. Tidak ada satu orang pun yang berani menghadap langsung Pak Irawan. Mungkin hanya Mas Sony yang masih bisa bersikap manja kepadanya. Iyalah, kan ponakannya Maemunah. Hahaha
“Kalian terima ini.” Melemparkan surat pemecatan ke atas meja.
“Saya tidak butuh usulan atau pertanyaan, bahkan permohonan. Jadi silakan kalian pergi dari Hotel saya. Hotel ini tidak butuh karyawan seperti kalian. Jangan pernah menginjakkan kaki lagi kesini. Dan ambil gaji terakhir kalian di ruangan GM.” Pak Irawan berbicara tegas dan terlihat sangat menahan emosinya.
“Baik Pak, permisi. Selamat siang.” Kompak mereka berdiri dan berpamitan namun tiada jawaban dari Pak Irawan.
Setelah mereka keluar, Pak Irawan langsung mengirim pesan ke Mas Sony dan menyampaikan kalau kedua orang tersebut sudah di pecat. Dan segera meninggalkan hotel hari ini juga. Dan tak lupa Pak Irawan menyuruhnya untuk menginap dirumahnya.
Bersambung, ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Devi Handayani
waaahh ada kejutan... ternyata anak Sultan juga ternyata doi.... baiklah thorrr.... lanjuttt😌😉☺😊
2022-11-06
1
Uyun N
Ahhh bahagia nya pya pacar sprti mas sony
gpp cuma seorg security juga.. yg pnting mau nyari nafkah,, syg sma psgan, perhatian, pgertian, poko nya love love buat mas sony 😘😘😘😘
2021-11-17
1