"Dek, ayo ... bisa naik? Kakinya masih sakit?" Seketika aku melihat ke arah Mas Sony yang sudah berada di atas motor yang berhenti di depan Pos Security.
"Auwhhh" ... ya Allah kenapa masih sakit sih buat jalan. Padahal dari tadi duduk tidak merasakan apa-apa hingga aku lupa ada sakit di kakiku.
Mas Sony bergerak cepat menghampiriku dan membantuku menaiki motor walaupun aku tak sempat menjawabnya.
Setelah lima menit aku dan Mas Sony sampai di depan kos. Jarak antara Hotel dan kosku memang sangat dekat, karena kita tidak diperbolehkan membawa kendaraan selama magang. Bagiku, itu bukanlah masalah besar. Karena jalan kaki bersama teman itu lebih seru dan menikmati momen.
"Dek, apa Mas boleh masuk?" Tanya Mas Sony sambil mematikan mesin motornya.
"Boleh kok Mas tapi hanya sampai ruang tengah. Tidak boleh masuk kamar." jawabku
"Ya, Mas juga tidak mungkin masuk kamar kamu Dek," ucapnya sambil tersenyum kecil melirikku ke belakang.
"Iya juga sih ,,, hehe." Bodoh sekali aku, kenapa harus bahas kamar. Padahal maksud Mas Sony pasti cuma mau mengantarku ke dalam saja.
"Yang penting Mas bisa antar kamu masuk Dek. Kasihan kalo harus jalan susah begitu."
Lagi-lagi Mas Sony menggendongku, aku sungguh tidak enak hati, rasanya aku terlalu merepotkan dia. Mas Sony membuka pintu utama kos, ada beberapa pasang mata yang mengarah ke aku dan Mas Sony. Kiki, Dina, dan Widya, mereka sedang menonton televisi di ruang tengah.
"Assalammu’alaikum ... " Mas Sony mengucap salam dan Widya, dia sudah pasang wajah tidak suka ketika melihatku datang, apalagi dengan posisi aku di gendong Mas Sony ala bridal style.
"Wa’alaikumsalam ... " hanya Dina dan Kiki yang menjawab.
"Ya Allah kamu kenapa Van?” Dina bertanya panik sembari menepuk kursi panjang menyuruh Mas Sony untuk meletakkanku di sana.
"Tadi terkilir di tangga.” Mas Sony cepat menjawab pertanyaan Dina.
“Ada es batu nggak ya?” tanya Mas Sony kepada Dina dan Kiki.
Widya ke mana? Batinku sambil melihat sekitar mencari keberadaannya, kenapa dia menghilang begitu saja. Apa dia marah padaku? Aku rasa dia memang marah. Karena aku pulang diantar Mas Sony, sudah bisa ku tebak, pasti dia akan lapor ke Ega, sahabat sejatinya itu.
"Ada kok Mas, sebentar aku ambilkan." Jawab Kiki sigap berdiri menuju dapur.
"Van, kenapa sih?! Apa yang terjadi? Kamu habis menangis ya?" Tanya Dina iba melihat aku memakai seragam biru gelap Mas Sony, ditambah mataku yang sembab, dan rambut berantakan.
Aku menggeleng bersama dengan jatuhnya butiran air mata. Beberapa saat yang lalu aku memang sempat melupakan kejadian yang mengerikan tadi karena Mas Sony membuatku bahagia. Namun sekarang, kenapa harus teringat lagi ...
"Ini Mas esnya." Kiki menyodorkan wadah berisi es dan handuk kecil.
"Terima kasih ya," ucap Mas Sony ramah kepada Kiki.
"Mas kompres ya kakinya?" Tanya Mas Sony sambil mengangkat kakiku dan diletakkan ke pangkuannya.
"Eh tidak usah Mas, nanti biar aku sendiri saja, atau Dina juga bisa kok membantuku. Ya kan Din?"
"Sebentar Dek, Mas mau pijat kakinya juga, tapi agak sakit, tahan sedikit, ya?,"
Dengan telatennya Mas Sony memijat kakiku perlahan. Tapi semakin lama memang semakin sakit.
"Aduuh! Auuwh! Mas! Sakit." Aku berteriak memejamkan mata dan reflek meremas tangan Mas Sony dengan kuat.
"Coba digerakkan Dek, masih sakit nggak?"
Aku menggerakkan kakiku perlahan. dan melepas genggaman tanganku ke tangan Mas Sony.
Eh kenapa tidak sakit lagi?! Batinku keheranan. Aku mencoba berdiri dan berjalan, kok bisa, Meskipun rasa nyerinya masih sedikit terasa.
"Mas, ini sepertinya sudah membaik, buat jalan juga sudah bisa. Mas Sony bisa memijat ya ternyata?" Tanyaku sambil tersenyum.
"Sedikit Dek, dulu pernah belajar. Tadinya Mas mau memijat di Pos Security tapi tidak enak kalau dilihat orang."
"Terima kasih banyak ya, Mas."
"Dek, Mas tidak bisa lama-lama, Mas harus balik lagi ke hotel, masih ada waktu kerja satu jam lagi soalnya." Berdiri berpamitan,
"Iya Mas, sekali lagi terima kasih ya sudah menolongku. Mas hati-hati dijalan." Aku berjalan mengantarnya ke pintu utama dengan jalan perlahan.
"Dek, tidur yang nyenyak ya. Jangan memikirkan apa pun. Kamu perlu untuk waktu istirahat. Besok tidak usah kerja." perintah Mas Sony
"Iya Mas, tapi apa yang harus aku katakan kepada HRD Mas kalau aku tidak masuk?"
"Tenang saja, nanti Mas yang akan menemui Bu Anita Dek."
Bu Anita bertugas sebagai HRD di hotel ini. Dia terkenal galak kepada semua perempuan yang magang bahkan karyawan. Sedangkan terhadap lelaki, dia sangat ramah. Entahlah mungkin karena dia bekerja sambil mencari jodoh karena dia belum juga menikah di umurnya yang sudah berkepala empat.
"Sekali lagi terima kasih ya Mas,"
Mas Sony menaiki motornya lalu tersenyum, tangan kanannya mengelus rambutku, sorot matanya seperti memendam sesuatu yang mendalam yang mungkin tak mampu diucapkan.
"Kenapa Mas?" tanyaku penasaran karena tatapannya
"Tidak apa-apa, ya sudah, kamu cepat masuk Dek, udaranya dingin. Mas pergi dulu ya, assalammualaikum."
"Waalaikumsalam. Hati-hati ya Mas"
Aku menutup pintu dan jalan perlahan dengan pandangan kosong. Banyak sekali yang kupikirkan. Aku menuju kamar namun Dina dan Kiki memberhentikanku.
"Van, duduk sini dulu bentar." Panggil Dina,
"Ya, kenapa Din?" Aku duduk di sebelah Kiki.
"Apa sih yang sebenarnya terjadi? Cerita dong." Tanya Dina
"Sudahlah Din, biar Vania istirahat. Besok saja ceritanya." sela Kiki.
"Ceritanya panjang Din, tapi aku memang belum siap untuk cerita sekarang. Sorry ya ... " kataku memelas.
"Okelah, besok cerita ya." Ucap Dina.
Aku mengangguk dan berlalu pergi menuju kamar. Aku merebahkan tubuhku dikamar berukuran kecil itu. Kejadian itu masih saja membuatku bergidik ngeri dan jijik. Segera aku melepas semua bajuku dan aku menuju kamar mandi. Kusiram semua setiap lekukan. Aku menangis tanpa suara. Aku benar-benar masih tidak percaya ini bisa terjadi padaku. Kenapa begitu menyakitkan, meskipun dia tidak mengambil keperawananku, tetap saja dia sudah menyentuh bagian intimku, aku sangat jijik dan benci. Aku merasa kotor, aku menggosok-gosokkan sabun di semua bagian yang telah disentuhnya.
Semakin lama aku semakin menggigil kedinginan. Aku menyudahi mandi malamku. Aku masuk kamar dan tidur berselimut, tapi tidak semudah itu aku memejamkan mata. Bayangan wajah lelaki itu masih terus menghantuiku. Aku melihat jam di ponselku sudah hampir jam 2 dini hari. Mataku masih enggan terpejam, dan tak sengaja aku melihat banyak pesan dari Ega dan Mas Sony. Begitu banyak panggilan tak terjawab juga di sana.
Kubuka satu persatu pesan dari Ega, isinya luar biasa. Cukup membuatlu menarik nafas panjang dan rasanya sangat sesak di dada. Dia begitu mudah menuduhku, dengan keadaanku seperti ini setidaknya dia bertanya kenapa atau paling tidak lebih baik tak perlu mengirim pesan jika hanya berniat menyakiti. Aku sudah terlalu banyak beban pikiran dan sekarang ditambah lagi Ega yang menuduhku seenaknya, kenapa tidak kasih kabar, kenapa tidak telepon, kenapa pulang diantar cowok, kenapa aku jahat. Itu pesan yang dikirim Ega, dia mengirim pesan panjang lebar hanya untuk membuatku tambah sakit. Meskipun aku tidak mencintainya, paling tidak dia menghargai aku sebagai pasangannya, bukan seperti ini. Dengan mudahnya menuduh, tidak ada rasa percaya sama sekali, tidak bertanya apa yang terjadi, tidak mengkhawatirkan aku sama sekali.
Berbeda dengan Mas Sony yang selalu menenangkanku meskipun jauh, dan menyemangatiku dalam kwadaan terpuruk seperti sekarang. Bukan maksutku untuk membandingkan, tapi memang pada dasarnya mereka sangat berbeda. Bahkan jika orang belum mengenal mereka pun pasti bisa menilai dengan pertemuan pertama.
Aku tahu Ega seperti ini karwna dia terlalu menyayangiku hingga di over protektif walau jauh. Dan yang aku benci, dia selalu menxengarkan kata Widya, bahkan Widaya tak jarang mengarang cerita palsu untuk mencari kesalahanku.
Terdengar adzan subuh. Aku segera menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhlu. Aku sholat dan bercerita kepada Tuhanku, aku memohon agar aku diberikan keteguhan hati dan keikhlasan. Pipiku mulai dibasahi air mataku yang terus menetes. Aku tertidur diatas sajadah dan masih mengenakan mukena.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
El_Tien
bawa like buatmu thor semangat ya, maaf baru mampir lagi
2021-12-15
1
anonymous
bawa 5 rate nih kak ♥️
2021-04-16
1