Pandanganku kosong mengarah pada gelas yang berada di meja depanku.
Apa yang salah pada diriku, hingga aku dilecehkan seperti ini?
Padahal selama ini aku tak pernah bertingkah genit atau bahkan menggoda lelaki di sini termasuk dia (Pak Herman). Menyebut namanya saja aku merasa jijik dan sangat membencinya.
Pakaianku yang kukenakan saja tak pernah ketat, selalu agak longgar, meskipun tidak bisa sepenuhnya menutupi dada dan pantatku yang terbentuk.
Wangi parfum khas tercium di seragam biru gelap yang menutupi tubuhku membuatku sangat tenang walau tampak sangat kebesaran. Aku melihat ke arah Mas Sony yang sedang sibuk mengatur mobil para tamu yang akan keluar hotel.
Sesaat aku mengingat semua perlakuan Mas Sony terhadapku, perhatiannya, kebaikannya, ketulusannya dan kelembutannya. Bahkan setiap waktu yang kupikirkan hanya dia, terbayang senyumnya, tatapannya, dan ditambah lagi setelah tadi dia memeluk dan mencium keningku. Untuk pertama kali aku sangat bahagia merasakannya dari lelaki yang kucintai.
Kenapa dia begitu perhatian? Tak mungkin dia mengkhawatirkanku seperti ini kalau dia tak punya rasa sayang terhadapku.
Tapi aku juga takut kalau ini hanya karena rasa kemanusiaan saja. Namun yang kutahu selama ini aku tak pernah melihat Mas Sony berbicara dengan perempuan lain mana pun. Bahkan temanku saja merasa kalau Mas Sony pribadi yang sangat cuek, hanya denganku saja dia mau berbicara banyak dan bercanda.
Ya Tuhan, apa aku berdosa jika aku mencintainya? sedangkan aku menjalin hubungan dengan Ega, pria yang begitu mencintaiku. Tapi aku sama sekali tidak bisa mencintainya, apa aku sama saja menyiksanya? Apa aku mempermainkan perasaannya? Sudah keterlaluankah aku? ...
Aku terus melamun...
Semilir angin malam yang semakin dingin menusuk pori-pori. Pukul 20.15 aku duduk dengan mata terpejam, tubuhku sangat lelah, sakit, pikiranku kacau, aku ingin beristirahat sejenak.
Sentuhan tangan lembut di rambutku mengejutkanku. Setengah sadar aku menepisnya, menggeser posisiku ke pojok ujung kursi.
“Mas! Aku kira ---, Maaf ... aku tidak sengaja.” ucapku menunduk.
“Maaf ya Dek, Mas tidak bermaksud mengejutkanmu.” duduk di sampingku.
“Tolong jangan seperti ini, Mas benar-benar tak sanggup melihatmu sedih dan murung Dek, Vania yang kukenal itu selalu ceria, selalu tersenyum.” menggenggam tanganku.
Air mataku lagi-lagi menetes, “aku bingung Mas, aku tak tahu, kenapa ini terjadi? Apa yang salah padaku?Kenapa harus aku Mas?! aku benar-benar takut, aku malu, dan aku sangat membencinya Mas!” ku usap bulir-bulir yang terus mengalir di pipiku.
“Dek... hhsstttt” memegang kedua pipiku dan mengarahkan wajahku tepat di depan wajahnya.
“Jangan bicara seperti itu Dek, ini bukan salah kamu. Ini semua terjadi karena dia yang memang kurang ajar. Dia sudah kelewatan dibutakan nafsu setan." ucapnya.
“Tapi bahkan aku tak pernah menggoda dan dekat-dekat dengannya Mas, kenapa harus aku?!”
“Kamu tahu enggak?, terkadang orang bisa berbuat nekat itu karena mereka tahu kalau korbannya lemah Dek, makanya mereka berani bertindak, mereka yakin sasarannya tidak akan berani mengadu dan bercerita ke siapa pun. Apalagi kamu tipe orang yang tidak enakkan Dek, Mas tahu itu. Mas senang kamu masih mempercayai Mas untuk menolongmu.” jelasnya.
Dia menjelaskan dengan penuh kesabaran, bahasanya sangat lembut tertata. Aku hanya diam mendengarkan dan menatapnya.
“Bagiku kamu wanita yang sempurna Dek, kamu cantik, kamu anggun, sopan, dan kamu memiliki aura yang tak pernah kutemukan pada wanita mana pun. Tak heran jika banyak orang yang menyukaimu, termasuk aku.” ucapnya membuyarkan lamunanku.
Apa? apa dia sadar yang diucapkan? dia menyukaiku?
“Dek, Mas mau memeberitahu kamu sesuatu, bukan maksud Mas untuk menambah beban pikiranmu tapi Mas hanya ingin kamu lebih waspada dan hati-hati ke depannya. Sekarang ini ada dua teman Mas yang ingin mendapatkanmu tapi mereka hanya ingin memilikimu sesaat dengan niat buruk. Bisa dibilang mereka taruhan."
“Siapa Mas?” tanyaku heran.
“Kris dan Miko, mereka selalu membicarakanmu, mereka selalu memikirkan cara bagaimana mereka mendapatkanmu, tapi Mas tidak akan membiarkan itu terjadi. Kamu harus selalu hati-hati ya kalau Mas sedang tidak disampingmu ...” Menatapku dalam...
“Kenapa mereka seperti itu? Jahat sekali mereka. Mas Miko ... Benarkah? Sepertinya dia terlihat baik Mas, dia bersikap biasa saja padaku, tak seperti Kris yang terang-terangan menggodaku.” jawabku.
“Kamu bisa lihat sendiri Dek bagaimana cara mereka memandangmu ...” sahut Mas Sony.
"Tapi kenapa harus aku Mas, padahal disini banyak wanita cantik yang lebih dariku." ucapku penasaran.
“Ya, karena mereka tertarik denganmu Dek, apa kamu bisa membedakan Dek, mana tatapan tulus, mana tatapan nafsu.?” Tanya Mas Sony,
“Mungkin aku akan bisa melihatnya kalau aku sudah mengenal dekat seseorang itu Mas.” jawabku.
“Kamu tak perlu mengenal dekat jika ingin tahu Dek, kamu hanya perlu melihat gerak gerik mereka terhadapmu. Bagaimana cara dia berbicara, bagaimana dia memandang dan memperlakukanmu."
Aku mendengarkan dengan teliti setiap ucapan Mas Sony, dia menjelaskan dengan penuh kesabaran dan penuh kedewasaan.
"Begini Dek, orang yang tulus itu, dia akan memberikan perhatian lebih dan akan berusaha menjaga, bukan merugikan atau bahkan melecehkan. Di saat dia di dekatmu, dia akan merasa tenang karena dengan mudah dia melindungi dari sesuatu apapun yang buruk. Dan ketika jauh, dia berusaha mencari cara bagaimana dia memastikan wanitanya aman. Perhatian sekecil apapun yang dia berikan adalah suatu kewajiban baginya.
Itu yang saat ini kurasakan saat aku dekat denganmu Mas, apa kamu tidak sadar dengan ucapanmu yang menggambarkan perlakuanmu sendiri terhadapku? kamu selalu membuatku merasa aman dan terlindungi.
“Sedangkan orang yang melihatmu dengan nafsu, tatapannya akan mengarah ke fisik Dek. Dan kebanyakan dia tidak akan tertarik mengobrol jauh denganmu, apalagi soal keluarga, kepribadian dan lain-lain. Karena fokus mereka hanya bagaimana cara mendapatkan kesempatan untuk bisa berduaan dan melakukan aksinya.”
Menjelaskan dengan rinci...
"Iya Mas, aku mengerti. Terima kasih sudah menjelaskan semuanya."
“Tapi satu hal yang perlu kamu tahu Dek, Mas memang begitu ingin selalu disampingmu, melindungimu. Mas tidak tahu kenapa bisa memiliki rasa seperti ini, dan itu ada sejak awal kita bertemu. Bahkan sehari saja aku tak bertemu kamu rasanya seperti ada yang kurang, melihatmu sedetik saja terkadang sudah cukup membuatku tenang Dek. Padahal dari awal Mas kerja di sini sudah banyak anak magang yang berganti keluar masuk tetapi memang baru kali ini hatiku berbeda."
Tatapannya yang dalam benar-benar menembus sampai ke hati membuatku tidak bisa berkonsentrasi lagi.
Aku hanya diam membalas tatapan seriusnya...
Haaa....! Apa dia sedang menjelaskan kalau dia menyukaiku? Aku harus jawab apa pengakuannya? Sumpah aku benar-benar tak tahu harus berkata apa, bibirku kelu seperti terkunci untuk berucap. Jantungku berdegup lebih kencang. Sesaat aku lupa kejadian menakutkan tadi.
"Mas, a-aku tidak tahu harus berkata apa, yang jelas aku begitu bahagia mendengar kata-kata itu. Aku beruntung selama ini bisa dekat dengan Mas Sony." Aku berusaha tenang menjawab ucapan Mas Sony meskipun aku sangat gugup aku berusaha menutupinya.
"Dek, dengarkan aku, Mas bukan tipikal orang yang mudah mencintai seorang wanita. Tapi sekali aku jatuh cinta, aku akan serius, dan tidak akan pernah melepaskannya. Sedikit pun aku tidak akan membiarkan satu orang pun menyakiti wanitaku. Yakinlah, aku akan menjagamu sepenuh hatiku selama aku masih bernafas."
"Hah? ,,, Maksudnya? Mas ... ?" Aku tersanjung, mataku terpaku terkejut dengan ungkapannya yang begitu gentleman.
"Iya Dek, Mas sayang sama kamu. Maaf kalau Mas mengatakannya sekarang di waktu yang tidak tepat." Ucap Mas Sony menggenggam erat kedua tanganku.
"Benarkah?! Terima kasih Mas." Air mataku tiba-tiba saja menetes.
Ya, aku memang sangat bahagia mendengar kata itu keluar dari bibir manis Mas Sony, orang yang aku cintai. Rasanya seperti mimpi, dia membalas perasaanku. Tapi bagaimana ini, aku telah menyakiti dua pria sekaligus karena tidak jujur terhadap mereka.
Aku juga memikirkan Ega, apa yang harus kukatakan kalau aku ingin menyudahi hubunganku dengannya. Aku lebih memilih Mas Sony yang sekarang sudah jelas-jelas memiliki perasaan yang sama denganku. Aku masih tidak menyangka, ternyata dia menyayangiku.
"Dek, Mas antar pulang sekarang ya?" Ajak Mas Sony.
Aku mengangguk pelan tanda setuju,
"Mas, apa Mas tidak ingin tahu perasaanku?" Aku bertanya bimbang, kenapa dia tidak bertanya tentang bagaimana rasaku padanya.
"Apa pun itu, yang penting kamu sudah mengetahui perasaanku Dek. Itu sudah lebih dari cukup karena aku juga lega sudah mengatakannya padamu. Ya sudah kalau begitu Mas ambil motor dulu sebentar ya?"
Mas Sony berdiri menyudahi pembicaraan dan bergegas pergi ke tempat parkir.
Aku hanya melihat tatapannya yang tulus. Tapi aku benar-benar bingung, kenapa Mas Sony tidak ingin tahu perasaanku.
Tunggu, apa Mas Sony tahu kalo aku punya pacar? Tapi dari mana? Dan kenapa dia tidak marah?
Aku terus bergelut dengan otakku yang tidak mau berhenti memikirkan hal itu.
Tapi aku sangat bahagia akhirnya kata-kata itu terucap dari bibir manis Mas Sony, meskipun seperti mimpi tapi ini benar-benar kenyataan. Tak bisa kupungkiri aku bisa melupakan sesaat kejadian yang menyeramkan itu. Memang peran Mas Sony sangat penting di hidupku.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
🌸Santi Suki🌸
semangat 💪🥰
2021-11-08
0
⭕MamBulat⭕
Sony Vania, aku hadir Lo ini
2021-10-02
1
anonymous
aku bawa boomlike nih kak ♥️
2021-04-16
1