Keesokan harinya, King membuka matanya ketika merasakan sentuhan di pinggangnya. Ia nampak terkejut ketika wajah Putri berada begitu dekat dengan wajahnya, bahkan tangan istrinya itu sudah melingkar sempurna di pinggangnya. Seakan dirinya adalah sebuah guling.
Dengan intens, King mengamati wajah istrinya yang nampak cantik meski sedang tidur. "Kenapa aku baru menyadari kalau kamu sangat cantik." gumam King seraya menyelipkan anak rambut yang menutupi wajah istrinya.
Kemudian ia beralih menatap bibir ranum yang nampak berwarna merah alami. "Ini pasti sangat manis, seperti di taman waktu itu." gumam King lagi seraya mengusap pelan bibir Putri dengan ibu jarinya.
Lalu King memberanikan dirinya untuk mencicipi rasa manis bibir tersebut, yang sedari tadi nampak menggodanya seakan minta di sentuh.
Cup
King mengecup bibir istrinya, namun karena tidak ada reaksi sama sekali. Ia mengecupnya lagi dan kali ini sedikit mengulumnya. Setelah itu ia segera menjauhkan bibirnya sebelum istrinya itu bangun.
Tak berapa lama, Putri nampak mengerjapkan matanya. Ia langsung tersentak ketika melihat wajah King tepat berada di depan wajahnya dan lagi-lagi ia tersentak karena tangannya dengan lancang memeluk suaminya itu dan menjadikan laki-laki itu seperti gulingnya.
"Astaga untung dia masih tidur, kalau tidak mau di taruh di mana muka ku. Perasaan semalam ada guling sebagai pembatas." gerutu Putri dengan lirih.
Kemudian ia segera beranjak dari tidurnya dan berlalu ke kamar mandi, tapi sebelum itu ia mengambil guling yang berserakan di lantai dan meletakkannya di samping King yang terlihat masih terlelap.
Setelah Putri masuk dan menutup kamar mandinya, King segera membuka matanya. Ia nampak terkekeh ketika mengingat bagaimana wajah Putri tadi yang sudah merona malu.
Beberapa saat kemudian Putri keluar dari kamar mandi, ia merasa sangat segar. Entah kenapa pagi ini ia tidak merasa mual seperti biasanya. Bahkan sakit kepalanya yang di karenakan tekanan darahnya naik pun tak ia rasakan lagi.
"Mas." Putri nampak mengguncang lengan suaminya agar bangun.
"Hm." sahut King yang masih enggan untuk bangun, ingin rasanya ia seharian berada di atas ranjang bersama Putri.
"Kamu nggak ke kantor ?" tanya Putri.
"Sebentar lagi."
"Cepat bangun, nanti Gladys mencarimu. Kamu nggak mau kan pagi-pagi ribut dan di dengar oleh Mama dan Papa." ucap Putri.
"Baiklah." ujar King seraya bangkit dari tidurnya.
"Apa kamu mual lagi ?" ucapnya lagi.
"Nggak."
"Apa karena kita tidur seranjang ya." ujar King.
"Mungkin hanya kebetulan saja, besok-besok jangan tidur di sini lagi." ucap Putri dengan nada dingin.
"Maaf." ucap King.
"Untuk apa ?" tanya Putri tak mengerti.
"Kejadian di taman waktu itu."
"Sudah ku bilang kan lupakan saja, lagipula itu hanya sandiwara." ujar Putri sembari menyisir rambutnya di depan cermin.
"Apa hanya aku saja yang merasakan bagaimana jantungku berdebar-debar waktu itu, tapi nggak apa-apa meski kamu tidak mencintaiku, aku akan membuatmu merasakan cintaku meski tanpa ku utarakan sekali pun." batin King yang masih intens menatap Putri yang sedang berdiri memunggunginya.
"Malah bengong, cepat keluar. Sebelum Gladys mencarimu." tegur Putri ketika ia berbalik badan dan melihat King masih duduk di tepi ranjang.
"Iya-iya cerewet." sahut King seraya mencubit gemas pipi istrinya itu.
Setelah suaminya keluar, Putri langsung terduduk di tepi ranjang. "Nggak mungkin kan jantungku berdebar-debar seperti ini karena dia, lagipula dia bukan laki-laki tipeku." gumam Putri yang nampak memegang dadanya seraya menatap pintu yang sudah tertutup.
King yang masuk ke dalam kamarnya, ia langsung bergegas ke kamar mandi tapi baru memegang kenop pintu Gladys sudah meneriakinya.
"Tidur di mana semalam ?" tanya Gladys penuh selidik.
"Bukan urusan mu." sahut King.
Kemudian Gladys mendekati suaminya, lalu mengendus bajunya. "Kamu tidur di kamar pelakor itu ?"
"Namanya Putri, Dis. Kalau kamu lupa, lagipula bukannya semalam kamu mengusirku."
"Tega kamu ya." protes Gladys seraya mendorong tubuh suaminya itu hingga menabrak pintu kamar mandi.
"Dis, bisa tidak kamu jangan kasar begini." tegur King.
"Apa, kamu yang membuat ku bersikap kasar." teriak Gladys.
"Aku tidak menyangka, kamu mempunyai sifat yang begitu buruk." cibir King.
Plakk
Gladys melayangkan tamparannya, tapi King langsung menahan lengannya. "Aku bisa saja berbuat kasar padamu, tapi aku masih menghargai mu sebagai istriku. Jadi bersikap lah lebih baik, terutama pada Putri dan ke dua orang tuaku." ucap King dengan geram, kemudian ia berlalu ke kamar mandi.
Sedangkan Gladys nampak terisak, ia masih belum terima kalau suaminya itu tidur di kamar Putri. Segala pikiran negatif sudah bersarang di benaknya.
"Nggak, aku nggak akan kalah sama pelakor itu." gumam Gladys.
"Sayang maafkan aku ya." ucap Gladys ketika melihat suaminya baru keluar dari kamar mandi dengan pakaian kerja yang sudah melekat di badannya. Gladys segera memeluk suaminya itu dengan erat.
"Sudahlah Dis, ini sudah siang aku harus cepat-cepat ke kantor." ucap King jengah seraya menjauhkan tubuhnya.
"Maafkan aku dulu, aku janji nggak akan kasar lagi." ucap Gladys.
"Sini biar aku yang memasangkan dasimu." ucapnya lagi sembari meraih dasi di tangan King, lalu sedikit berjinjit untuk memasangnya.
King menatap Gladys dengan intens, ia mengakui wanita di hadapannya itu memang sangat cantik. Berwajah oriental seperti Ibunya tapi sayang sikapnya sangat buruk dan itu membuat King tak bersimpati lagi padanya.
Setelah bersiap mereka segera keluar kamarnya untuk sarapan pagi bersama kedua orang tuanya, seperti biasa Gladys selalu bergelayut manja di lengan King seakan mereka baik-baik saja.
Putri yang sedang duduk di meja makan, menatap sekilas dua orang yang nampak mesra itu."Makan yang banyak Put." ucap King seraya meletakkan piring kecil berisi beberapa potongan buah di hadapan Putri.
"Terima kasih." sahut Putri dengan wajah datarnya.
King sedikit pun tak mengalihkan pandangannya pada wanita yang sedang duduk di depannya itu, sedangkan Gladys yang duduk di sebelahnya hanya menatap kecewa pada suaminya.
Ehmm
Putri berdehem kecil saat menyadari kemarahan Gladys, berharap suaminya itu mengetahui. Namun justru deheman itu di salah artikan oleh King maupun Kalla hingga mereka berdua segera mengulurkan segelas air putih.
"Terima kasih." ucap Putri ketika menerima gelas dari Kalla yang kebetulan sedang duduk di sebelahnya.
Sedangkan King langsung meminumnya hingga tandas, ia nampak tidak suka ketika melihat Kalla begitu perhatian pada istrinya. Apalagi ia mengetahui kalau adiknya itu juga mencintainya.
Selepas kepergian suaminya, Putri segera naik ke kamarnya tapi baru sampai di depan pintu kamarnya. Gladys sudah menarik rambutnya dengan kuat dari belakang.
"Siapa yang mengijinkanmu mendekati suamiku ?" ucap Gladys dengan geram.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 306 Episodes
Comments
mars
haish perempuan ko kasar bgt
2024-05-08
0
Sweet Girl
eeehh brani braninya kamuDys....
jangan takit Put.... klo bisa lawan aja....
2022-08-07
0
kaname senpai
udah gk dipanggil sayang dis
2022-08-04
0