"Baru pulang ?" tanya Gladys ketika melihat suaminya baru masuk kamarnya, ia nampak sedang bermain ponsel di sofa.
"Iya, katanya Mama kamu juga baru pulang. Kenapa nggak bilang dulu kalau mau pergi ?" tanya King sembari duduk di samping istrinya.
"Aku bosan di rumah, lagipula kamu sendiri kenapa baru pulang ?"
"Aku banyak kerjaan di kantor."
"Banyak kerjaan tapi bisa saja nongkrong dengan teman-teman mu." sindir Gladys.
"Kamu menguntitku ?" tanya King tak percaya.
"Aku hanya kebetulan lewat terus melihat kalian di Cafe, sayang aku tidak suka kamu berteman dengan mereka."
"Astaga sayang, mereka teman-teman ku dari kecil. Kami bertemu juga sedang membahas bisnis." sanggah King.
"Tapi mereka bukan orang baik."
"Kamu tahu dari mana mereka bukan orang baik, aku mengenal mereka sejak kecil atau ada sesuatu yang kamu sembunyikan tentang mereka ?" tanya King curiga.
"Nggak ada, aku hanya nggak suka saja sama mereka." sahut Gladys beralasan.
"Lalu siapa yang kamu suka? kamu selalu tidak suka dengan orang-orang terdekat ku bahkan dengan orang tua ku pun kamu juga tidak suka." ucap King dengan sinis.
"Kamu tahu nggak aku capek, harusnya aku pulang kamu menyambut ku bukannya ngajak ribut begini." ucapnya lagi sembari bangkit dari duduknya kemudian berlalu keluar dari kamarnya.
brakk
Gladys melempar vas bunga ke pintu ketika melihat suaminya meninggalkannya, ia nampak sangat geram.
"Dari tadi belum mandi, Nak ?" tanya Aline ketika melihat King menuruni anak tangga dengan pakaian kerja masih melekat di badannya.
"Putri mana Ma ?" tanya King ketika tak melihat Putri, hanya adiknya yang nampak bermain playstation sendirian.
"Sudah naik ke kamarnya." sahut Aline.
"Kall, aku numpang mandi ya." ujar King pada adiknya, tanpa menunggu persetujuannya ia bergegas masuk ke dalam kamar Kalla.
Beberapa saat kemudian King keluar dari kamar Kalla, ia nampak lebih segar setelah membersihkan diri.
"Kenapa nggak mandi di kamar mu, ada masalah dengan kamar mandinya ?" tanya Dannis ketika King duduk di sebelah Ibunya.
"Nggak apa-apa, Pa." sahut King.
"Yang sabar dengan istri mu, Nak. Kalian baru saja menikah jika ada perbedaan pandangan itu wajar." ucap Aline.
"Tapi Gladys keterlaluan Ma, dia selalu saja melarang ku bergaul dengan teman-teman ku." keluh King, ia terlihat kesal.
"Nak kamu sudah menikah, kurangi kegiatan bersama temanmu yang nggak penting." tegur Aline.
"Tapi Ma, sejak menikah baru kali ini aku nongkrong sama mereka itupun juga tidak lama. Lagipula kami punya usaha bersama jadi tidak mungkin kami tidak bertemu." gerutu King.
"Pokoknya Mama tidak mau tahu, sekarang kamu minta maaf sama Gladys." ujar Aline yang nampak geram dengan anaknya itu.
"Semua wanita sama saja." batin King.
"Kalla kemana, Ma ?"
"Tadi Mama suruh nganterin susunya Putri ke kamarnya."
"Apa ?"
"Kamu mau kemana ?" tanya Aline ketika melihat anaknya beranjak dari duduknya.
"Tidur." sahut King sembari berlalu pergi.
King melangkahkan kakinya menuju kamarnya Putri yang kebetulan pintunya sedikit terbuka, ia melihat Putri nampak tertawa bersama Kalla entah apa yang sedang mereka bicarakan.
"Harusnya aku senang Putri bisa tertawa lepas dan tidak murung lagi, tapi kenapa aku merasa nggak rela justru Kalla yang membuatnya senang. Ah sudahlah asal Putri senang aku tidak masalah, bagus juga untuk perkembangan janinnya." gumam King, ia mengurungkan niatnya untuk masuk ke kamar tersebut dan ia justru berlalu ke ruangan kerjanya.
Di usianya yang baru menginjak 25 tahun ini, King belum merasa dirinya sukses. Selama ini ia hanya membantu mengelola perusahaan Ayahnya, sedangkan ia mempunyai ambisi untuk membangun perusahaannya sendiri dan kini ia baru merintis perusahaannya tersebut yang di bantu oleh teman-temannya.
Sebenarnya ia belum berkeinginan untuk menikah, sebelum perusahaannya itu benar-benar berkembang tapi karena waktu itu Gladys mengancam minta putus jika dia tidak mau menikahinya.
Jadi King dengan terpaksa menikahinya, berharap istrinya kelak bisa mendukung usahanya, tapi semakin ke sini ia merasa istrinya itu semakin posesif dan membatasi ruang geraknya.
Setelah menyelesaikan beberapa pekerjaannya, ia segera berlalu ke kamarnya. "Astaga, ini apa ?" gumam King ketika baru membuka pintu kamarnya dan melihat pecahan vas bunga.
Kemudian ia keluar lagi untuk mengambil sapu, setelah membersihkannya King segera bersiap untuk tidur.
"Kamu belum tidur ?" tanya King ketika melihat istrinya itu bermain ponsel dengan bersandar di headboard ranjang.
"Aku menunggu mu." sahut Gladys.
"Sayang, aku minta maaf ya tadi agak keras sama kamu ?" ujar King.
"Iya, nggak apa-apa. Apa kamu sudah bicara sama orang tuamu, kalau kita akan tinggal di Apartemen ?"
"Belum, kamu nggak betah ya tinggal di sini ?"
"Aku hanya ingin rumah tangga kita mempunyai privasi sayang."
"Tapi justru aku khawatir kalau di Apartemen kamu akan kesepian dan nggak ada yang jagain kamu. Sedangkan kalau di sini masih ada Mama dan Putri yang bisa menemani mu."
"Kamu menyuruhku berteman dengan pelakor itu ? jangan mimpi, sampai kapan pun aku membencinya."
"Sayang, Putri nggak salah itu semua kecelakaan. Lagipula aku hanya menganggap Putri cuma sebagai sahabat tidak lebih."
"Sama saja selagi dia masih berstatus istrimu aku tidak mau berteman dengannya."
"Terserah deh, kamu selalu saja mengajakku ribut." sahut King seraya menarik selimutnya dan langsung tidur dengan memunggungi istrinya.
King merasa geram, seharian ia sangat bekerja keras dan berharap di saat dia pulang bisa menghabiskan waktunya bersama istrinya. Entah itu dengan bercinta semalaman atau sekedar obrolan ringan tapi justru istrinya itu selalu saja membuatnya emosi.
Keesokan harinya
Hari ini King sengaja pulang dari kantornya agak cepat, ia ingin membicarakan masalah kepindahannya ke Apartemen. Ia berharap istrinya itu bisa lebih mendukung pekerjaannya jika mereka tinggal di Apartemennya.
Setelah selesai makan malam mereka langsung berkumpul di ruang keluarga. "Ma, Pa ada yang ingin kami bicarakan." ucap King, ia nampak duduk bersebelahan dengan Gladys.
"Apa ada masalah ?" tanya Aline.
"Sebenarnya kami ingin pindah ke Apartemen." ucap King dengan ragu.
"Dengan Putri juga ?" kini Dannis yang menimpali.
"Kalau Putri mau ikut, kami bisa tinggal bertiga." ucap King, ia tidak mungkin meninggalkan Putri karena Ayahnya itu pasti akan marah dan tidak menyetujui.
"Sayang, bukannya kita hanya tinggal berdua saja. Aku tidak mau jika pelakor itu ikut bersama kita." ucap Gladys dengan kesal.
"Putri bukan pelakor Dis, dia tidak pernah merebut King darimu itu semua adalah kecelakaan. Lagipula Papa tidak setuju kalau kalian bertiga tinggal di Apartemen, kamu tahu kan kandungan Putri sangat lemah dan dia butuh pengawasan." ujar Dannis.
"Tapi Pa....."
"Papa tidak suka di bantah." potong Dannis.
"Ma ?" King nampak memohon pada Ibunya, ia berharap wanita yang sudah melahirkannya itu mau membantunya.
Sedangkan Putri yang sedang membuat susu di dapur, hanya bisa menghela napas mendengar perdebatan di ruang keluarga tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 306 Episodes
Comments
Sweet Girl
hallaaa embuh wes King...
2022-08-06
0
Sweet Girl
yakin luuu
2022-08-06
0
Sweet Girl
salah pilihan istri ksmu King....
2022-08-06
0