"Kembalikan ponselku ?" pinta Putri ketika ia sudah berhasil menahan tangan King yang akan membuka pintu kamarnya.
"Makanya kita bicara dulu, setelah itu ku kembalikan." sahut King.
"Bicaralah !!"
"Bukan di sini." ucap King seraya menarik tangan Putri lalu membawanya ke dalam ruang kerjanya, setelah itu ia mengunci pintunya.
"Cepat bicaralah !!"
"Duduk dulu." King menarik tangan Putri lalu menyuruhnya duduk di sofa yang ada di dalam ruangan tersebut.
Kemudian King mengeluarkan beberapa bungkus cokelat dari dalam tas kerjanya. Putri yang dari dulu sangat menyukai cokelat, langsung berbinar ketika melihatnya.
"Untukmu." ucap King seraya menyerahkan cokelat tersebut, ia nampak mengangkat sudut bibirnya ketika melihat rona bahagia di wajah Putri.
"Aku bukan mau menyuapmu, agar kamu mau memaafkanku. Aku memang tidak pantas di maafkan, karena aku sudah keterlaluan. Kita sudah bersama dari kecil, aku tahu kamu tidak seperti itu." sambungnya lagi.
"Maafkan Papa ya Nak, sudah meragukan mu dan jarang memperhatikan mu. Mulai sekarang Papa janji akan lebih perhatian sama kamu." ucap King seraya mengusap lembut perut Putri.
Putri yang mendapat sentuhan di perutnya nampak tercengang, ia tahu sahabat sekaligus suaminya itu sungguh-sungguh mengatakannya. Tapi ia masih begitu sakit hati dan enggan untuk memaafkannya.
"Bukan berarti aku memaafkan mu." ucap Putri dengan memasang wajah dinginnya kembali.
"Aku tahu, lalu aku harus bagaimana biar kamu bisa memaafkan ku. Apa mau ku traktir makan ?" ucap King, ia ingat dulu setiap kali membuat kesalahan pada Putri, maka ia akan mentraktir sahabatnya itu makan sepuasnya.
"Atau bagaimana kalau besok ku temani ke dokter, sejak kamu hamil aku belum pernah melihat bayi kita." ucap King.
"Aku sudah memeriksanya." sahut Putri lagi-lagi dengan nada dingin.
"Besok weekend, bagaimana kalau setelah dari dokter. Kita ke taman hiburan, kita bisa mencoba beberapa wahana di sana." ucap King.
"Benarkah, apa bersama teman-teman yang lain juga ?" tanya Putri dengan rona bahagia.
"Nggak, hanya kita berdua." sahut King.
"Lalu Gladys ?"
"Besok dia ada acara di tempat orang tuanya." ucap King.
"Baiklah aku setuju, tapi aku akan lebih senang jika kita pergi bersama teman-teman lainnya." ucap Putri sembari bangkit dari duduknya, kemudian berlalu pergi meninggalkan ruangan tersebut
"Nggak akan." gumam King. Ia nampak sangat bahagia.
"Astaga, kenapa aku sebahagia ini." batinnya lagi sembari tersenyum, ia seperti seseorang yang baru saja jatuh cinta dan akan menantikan kencan pertamanya.
Padahal pergi ke taman hiburan bukan hal pertama bersama Putri. Ketika mereka belum menikah, setiap ada kesempatan mereka selalu pergi kesana bahkan ramai-ramai bersama teman-temannya yang lain.
...******...
"Sayang, beneran kamu nggak ikut ke rumah Mamiku ?" ucap Gladys pagi itu yang nampak sedang duduk di depan meja rias.
"Aku banyak kerjaan sayang, lagipula aku hari ini ada meeting bersama Kevin dan Endy." sahut King yang nampak sedang membaca surat kabar di sofa.
Sebenarnya hari ini ia tidak ada jadwal meeting dengan kedua sahabatnya itu, ia terpaksa berbohong karena sudah terlanjur janji dengan Putri untuk mengantarnya ke dokter dan menemaninya ke taman bermain.
"Sepertinya kamu lebih mementingkan mereka dari pada aku." protes Gladys.
"Bahkan sama Kevin dan Endy pun kamu cemburu." sindir King.
"Bukan begitu sayang, aku hanya tidak suka kamu sering bergaul dengan mereka." ucap Gladys.
"Dis, kami sedang ada proyek bersama tidak mungkin kalau kami tidak sering bertemu."
"Tapi aku tidak suka." sahut Gladys dengan setengah berteriak.
"Cemburumu tidak beralasan Dis, harusnya kamu mendukung ku bukan mencemburuiku setiap waktu." protes King.
"Kamu kenapa sih susah payah membangun perusahaan sendiri, padahal warisan dari keluarga mu sangat banyak." ucap Gladys.
"Kamu sama sekali tidak mengerti aku." sahut King yang kini fokus dengan koran di tangannya lagi, ia berharap istrinya itu akan selalu berada di sampingnya dan mendukungnya bukan selalu memojokkannya seperti saat ini.
"Sudahlah, aku pergi saja." ucap Gladys sembari berdecak kesal, ia berharap suaminya itu akan menahannya dan ikut pergi dengannya.
King yang melihat kekesalan istrinya, hanya menatap tak peduli kepergiannya tanpa ada keinginan untuk membujuknya. Ia sudah terlalu jengah dengan sikap posesif istrinya yang selalu saja menaruh curiga setiap saat.
"Kalian mau meeting dengan suamiku ?" ucap Gladys ketika melihat Kevin dan Endy sedang duduk di ruang tamu.
Sedangkan dua laki-laki yang di ajak bicara oleh Gladys itu hanya saling berpandangan. "Eh, tentu saja. Di mana King ?" tanya Kevin.
"Masih di kamar, apa meeting harus sepagi ini ?" selidik Gladys.
"Tentu saja." jawab Kevin lagi.
"Apa kalian tidak tahu ini weekend, bisa-bisanya mengajak suamiku meeting." sindir Gladys dengan kesal.
"Bukan kami yang mengajak, tapi suami mu sendiri." ucap Endy.
"Lain kali bisa kan menolak." ucap Gladys dengan sinis kemudian ia berlalu pergi.
"Memang hari ini kita ada meeting dengan King ?" tanya Endy.
"Nggak ada." sahut Kevin.
"Mereka baik-baik saja kan ?" ucap Endy penasaran.
"Mungkin King sudah mulai bosan kali sama Gladys." sahut Kevin terkekeh.
"Hey, sudah datang." ucap Putri yang baru bergabung, ia nampak cantik dengan dress putih selutut dan sneaker dengan warna senada.
"Aku juga sudah siap nih." ucap Kalla yang nampak berjalan di belakang Putri.
Disisi lain, King yang sudah bersiap-siap ia langsung keluar dari kamarnya. Memakai celana pendek selutut di padukan dengan kaos santai, ia nampak begitu tampan. Mungkin ketika para wanita di luar sana yang melihatnya tidak akan menyangka kalau dirinya sudah menikah bahkan mempunyai dua istri.
Sembari menuruni anak tangga, King mendengar suara tawa dari arah ruang tamu hingga ia mempercepat langkahnya untuk melihatnya.
"Sial, ngapain mereka pagi-pagi kesini." gerutu King seraya melangkah kan kakinya mendekati sahabat sahabatnya itu.
"Hey bro ?" sapa Kevin.
"Ngapain kalian pagi-pagi kesini ?" tanya King seraya menatap Kevin dan Endy bergantian.
"Semalam Putri menghubungi kami dan mengajak ke taman hiburan." sahut Endy.
"Apa ?" King langsung menatap tajam Putri, bukannya mereka hanya akan pergi berdua. Pikirnya.
Sedangkan Putri hanya memasang wajah datarnya, ketika suaminya itu menatapnya dengan geram seolah meminta penjelasan.
"Tapi kita akan pergi ke rumah sakit dulu untuk memeriksa bayiku dulu." ucap King kemudian, ketika istrinya itu hanya diam membisu.
"Bukannya semalam Putri sudah ke dokter ?" ucap Kalla.
"Tapi aku belum sempat melihat bayiku, makanya aku mengajaknya kesana lagi." sahut King.
"Baiklah kami juga ingin melihat calon keponakan kami, ya kan Ndy ?" ujar Kevin seraya menatap Endy.
"Boleh, ayo pergi." ucap Putri sembari melangkah kan kakinya keluar.
"Sial, kalau mereka semua ikut, bagaimana aku bisa memperbaiki hubungan ku dengan Putri." gerutu King.
"Put, kamu naik mobilku." ucap King dengan mencekal tangan Putri, ketika istrinya itu akan membuka mobilnya Kevin.
"Kenapa tidak satu mobil saja seperti biasa ?" tanya Kalla.
"Istriku lagi hamil, dia butuh tempat longgar." sahut King seraya menarik tangan Putri dan menyuruhnya masuk ke dalam mobilnya.
Sepanjang perjalanan Putri hanya diam membisu, sedikitpun ia tak berniat untuk berbicara pada suaminya itu. Ia masih kecewa dengan laki-laki yang duduk di sebelahnya itu, meski King sudah menyesali perbuatannya tapi ia masih tak habis pikir dengan pola pikirnya.
Apa karena King cemburu, hingga ia menghinanya seperti itu. Cih, mana mungkin. Sedangkan suaminya itu masih bersikap mesra dengan Gladys, memang bisa ya mencintai dua orang sekaligus. Berpikir sampai sini, Putri hanya bisa menghela napasnya dan membuangnya dengan kasar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 306 Episodes
Comments
Salma Asyura
nah ketauan kan ngarep warisan
2022-08-08
1
Sweet Girl
emang kamu kira putri ndak punya hp.... untuk hubungi mereka.....????
2022-08-07
0
Devi Handayani
bagus Putri kasi pelajaran sama si kelingKING😁😁😁
2022-06-16
0