Sudah hampir sebulan, King berada di Jerman. Waktu yang harusnya ia pakai untuk berbulan madu, lebih banyak ia habiskan untuk bekerja.
Entahlah sejak mengetahui kalau dirinya bukan pertama bagi istrinya, King selalu di hantui perasaan kecewa. Kebahagiaan yang dia bayangkan sebelum pernikahan, kini hanya sebuah angan.
Selama sebulan ini ia jarang sekali berhubungan intim dengan istrinya, ia akan benar-benar menyentuh istrinya itu jika dalam keadaan setengah mabuk. Jika dalam keadaan sadar, entah kenapa ada sebersit perasaan jijik di hatinya. Duh, laki-laki memang di ciptakan dengan keegoisannya tanpa menilik dirinya sendiri.
Sebenarnya, King sudah berusaha untuk menerima Gladys apa adanya, tapi prinsip dia yang memang dari dulu menganggap tabu berhubungan intim sebelum nikah sudah sangat melekat di alam bawah sadarnya, hingga ia sampai saat ini belum benar-benar bisa menerima Gladys seutuhnya.
Mungkin doktrin yang di lakukan oleh Mama Aline sedari ia kecil, membuat King selama ini membatasi pergaulannya dengan wanita. Mengingat bagaimana kehidupan Dannis Ayahnya dulu yang seorang cassanova, membuat Aline selalu mendoktrin anak-anaknya bahwa menjaga keperjakaan itu sangat penting dan itu Aline ajarkan selama bertahun-tahun hingga kedua anaknya dewasa.
"Sayang, apa hari ini kamu akan kerja lagi." tanya Gladys pagi itu ketika baru menyelesaikan sarapannya.
"Maafkan aku sayang, harusnya aku tidak egois. Aku akan mencoba menerima kamu apa adanya, karena aku sangat mencintaimu." batin King sembari menatap wanita yang sudah dua tahun ini mengisi seluruh hatinya.
"Nggak, aku akan menemani mu jalan-jalan hari ini. Sebelum nanti malam kita kembali ke tanah air." sahut King yang nampak sedikit mengukir senyumnya, ada sebersit perasaan bersalah pada istrinya itu yang selama sebulan ini ia lebih menyibukkan diri pada pekerjaannya ketimbang bersamanya.
"Terima kasih sayang, nanti aku akan membeli beberapa oleh-oleh lagi." sahut Gladys dengan wajah berbinar.
"Apa selama sebulan ini, kamu belum cukup belanja ?" tanya King sembari melirik dua koper penuh dengan belanjaan istrinya.
"Itu semua barang barangku, kalau hari ini aku akan belanja oleh-oleh buat teman-teman ku." sahut Gladys.
"Jangan lupa belikan oleh-oleh juga untuk Mama dan Papa." pinta King.
"Kamu saja yang belikan, aku tidak tahu mereka sukanya apa." sahut Gladys sembari fokus pada ponselnya.
"Astaga sayang, kita sudah dua tahun pacaran. Masa kamu sama sekali tidak tahu selera orang tuaku." protes King.
"Aku memang nggak tahu sayang." kilah Gladys yang memang selama ini tidak terlalu dekat dengan mertuanya itu.
"Makanya sedikitlah lebih akrab sama orang tuaku, terutama sama Mama. Mereka sekarang kan juga sudah menjadi orang tuamu juga." ujar King.
"Iya, aku tahu. Oh ya nanti setelah kita pulang, kita langsung tinggal di Apartemen kan ?" tanya Gladys.
"Belum tahu, nanti kita ijin sama Mama dan Papa dulu ya." sahut King.
"Aku nggak mau ya, kalau orang tuamu ikut campur dalam urusan rumah tangga kita." celetuk Gladys yang sedikit membuat King tersentak.
"Sayang, kenapa sih kamu begitu tidak menyukai orang tuaku ? Padahal mereka ingin sekali punya anak perempuan dan Mamaku bukan tipe ibu mertua yang jahat sama mantunya seperti drakor yang kamu tonton itu." ucap King.
"Mama kamu memang tidak jahat, tapi aku tidak suka kamu lebih perhatian padanya daripada ke aku." batin Gladys, ia mengingat bagaimana sayangnya suaminya itu pada Ibunya.
"Udahlah jangan di bahas lagi, yuk katanya mau jalan." ucap Gladys sembari bangkit dari duduknya.
Karena tak mendapat tanggapan dari istrinya, King nampak berdecak kesal. Kemudian ia meraih kunci mobilnya lalu mengikuti langkah istrinya yang sudah berjalan mendahuluinya.
Sepanjang hari King menemani istrinya itu jalan-jalan, ia menunjukkan beberapa tempat favoritnya ketika kuliah dulu hingga tak terasa hari sudah mulai petang dan mereka segera bersiap-siap karena beberapa jam lagi pesawat mereka akan take off.
Setelah menempuh perjalanan 17 jam lebih, kini King dan Istrinya sampai di Surabaya. "Wah, sepertinya anak Mama sangat bahagia. Apa sudah ada hasilnya ?" ucap Aline ketika anak dan menantunya itu baru menginjakkan kaki di rumahnya.
"Hasil apa sih, Ma ?" tanya King tak mengerti, ia nampak bermanja sama Ibunya itu.
Sedangkan Gladys yang melihat tingkah suaminya yang tak henti-hentinya memeluk Ibunya itu nampak raut kecemburuan di wajahnya.
"Tentu saja cucu sayang, Mama berharap Gladys cepat hamil." ujar Aline dengan antusias sembari menatap menantunya itu dengan senyumannya.
"Bagaimana mau hamil orang Gladys lagi datang bulan." sahut King sarkas.
"Ya sudah nggak apa-apa, nikmati saja masa-masa pengantin baru kalian. Ya sudah kalian istirahat sana, Mama mau siapin makan malam dulu sebelum Papamu pulang kantor." ujar Aline, kemudian ia beranjak dari duduknya.
"Sayang, kapan kamu bilang Mamamu kalau kita mau tinggal di Apartemen ?" rengek Gladys.
"Sayang kita baru pulang, bisa tidak tinggal di sini beberapa hari dulu." pinta King.
"Tapi...."
"Dis, ku mohon hargai keputusan ku. Kalau kamu mencintaiku, tolong cintai juga orang tuaku." pinta King, kemudian ia beranjak pergi meninggalkan istrinya. Ia sedikit kesal dengan sikap sang istri yang selalu ingin menghindari orang tuanya dan kali ini ia ingin sedikit lebih tegas.
...*****...
Dua hari ini, Putri merasa nggak enak badan. Entahlah setiap pagi bangun tidur ia merasa perutnya seperti di kocok, mungkin sakit lambungnya kambuh atau masuk angin. Pikirnya.
"Put, pulang bareng aku saja ya. Nanti kenapa-kenapa lagi di jalan." pinta Endy sembari membuka kaca mobilnya ketika melihat sahabatnya itu melewatinya di parkiran kantornya.
"Nggak usah Ndy, aku masih kuat kok bawa motor." tolak Putri.
"Ya sudah, hati-hati." ujar Endy, setelah itu ia mulai melajukan mobilnya.
Sesampainya di rumah, setelah mendapatkan kerokan dari dari Ibunya Putri langsung tertidur.
Keesokan harinya
Pagi harinya lagi-lagi Putri merasa mual lagi dan kali ini bertambah parah karena kepalanya juga terasa pusing. "Hueeeeek." Putri langsung berlari ke kamar mandi ketika rasa mual sudah tidak bisa ia tahan lagi.
"Sayang kamu kenapa, Nak ?" Ibunya putri nampak berjalan tergopoh-gopoh ketika mendengar rintihan sang putri.
"Kepala Putri sakit, Bun." keluh Putri sembari bersandar di dinding kamar mandi.
"Tahan ya sayang, Bunda telepon taksi dulu baru kita ke dokter." ucap Ibunya Putri.
Setelah menunggu 30 menit, taksi yang di pesan pun datang. Kemudian mereka segera pergi ke rumah sakit.
"Bagaimana keadaan anak saya, dok ?" tanya Anindya ibunya Putri, ketika dokter tersebut selesai memeriksa keadaan Putri.
"Sepertinya anak Ibu hamil, tapi untuk lebih jelasnya silakan di cek ke bagian kandungan." ucap dokter yang sedang bertugas di IGD tersebut.
"Hamil Dok, apa saya tidak salah dengar. Anak saya belum menikah, Dok ?" protes Anindya.
"Maaf Bu, tapi sesuai hasil pemeriksaan saya memang seperti itu." sahut dokter tersebut.
Putri yang mendengar perdebatan Ibunya dan dokter tersebut hanya bisa terpaku, ia nampak shock sampai berkata-kata pun ia tak mampu.
"Put, katakan pada Bunda. Siapa laki-laki yang sudah menghamili mu ?" tanya Anindya sembari mengguncang tubuh putrinya itu.
"Siapa yang hamil, sayang ?" tanya Dewa yang baru saja masuk ke dalam ruangan IGD tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 306 Episodes
Comments
💗 AR Althafunisa 💗
Benar-benar King salah cari istri, mungkin hikmah dia tidur sama Putri. Biar nanti Putri yang jadi istri seorang 😌
2024-05-08
0
Bylbhina Balqis
yahhh gladys membangongkan ga tuh?
2022-12-14
1
zha syalfa
padahal dia sendiri juga, apapun alasan dam kondisi nya King
🤭
2022-11-30
0