"Pagi Ma, Pa ?" sapa King pagi itu sembari menenteng tas kerjanya di tangan kirinya lalu tangan kanannya membawa dasi.
Kebiasaan King setiap pagi adalah meminta Ibunya memasangkan dasi untuknya. "Kenapa nggak kamu suruh istrimu sayang, kamu bukan anak bujang lagi ?" tegur Aline ketika melihat sang putra menyodorkan dasi padanya.
"Gladys masih tidur, Ma." sahut King.
"Dia sudah menjadi istri bukan gadis lagi harusnya mengurus suami, bukan malah enak-enak tidur." gerutu Dannis sembari membaca surat kabar di meja makan.
"Mungkin Gladys belum terbiasa sayang, biarkan saja." ucap Aline sembari menaruh nasi goreng dengan telur mata sapi di atas piring anak dan suaminya, setelah selesai memasangkan dasinya King.
"Paling tidak dia sempatkan untuk sarapan pagi bersama dan mengantar suaminya berangkat kerja, seperti yang kamu lakukan sejak pertama kali kita menikah dulu." ucap Dannis kemudian.
Sedangkan King yang mendengar perdebatan orang tuanya hanya bisa mendengarkan sembari memakan sarapannya, tanpa mau berkomentar untuk menanggapinya.
Karena ia baru sebulan menjalani rumah tangganya, yang ia rasakan saat ini adalah perasaan saling mencintai. Tanpa ia tahu kalau membina sebuah rumah tangga itu tidak hanya cinta, tapi juga sebuah perhatian, saling pengertian dan saling menghargai.
Karena pada hakekatnya, sebuah rumah tangga yang sesungguhnya itu tidak seperti hubungan pacaran atau seperti di sebuah novel yaitu cukup dengan cinta dan akan bahagia selamanya. Rumah tangga adalah menyatukan dua kepala yang berbeda dengan pemikiran yang berbeda pula dan di sanalah sebuah cinta akan di uji, apa cinta itu akan semakin kokoh atau justru semakin rapuh.
"King berangkat dulu Ma, Pa." ucap King setelah menyelesaikan sarapannya.
Sedangkan Gladys yang mendengar pembicaraan suami dan kedua mertuanya dari lantai atas nampak sangat geram.
"Sepertinya tidak hanya Mama mertua yang menyebalkan, tapi Papa mertua juga suka nyinyir. Aku harus segera mengajak King secepatnya untuk pindah dari rumah ini." batin Gladys, kemudian ia berbalik badan lalu melangkahkan kakinya menuju kamarnya.
Brakkkkk
Terdengar suara pintu yang di tutup dengan keras oleh Gladys.
"Suara apa itu, sayang ?" tanya Dannis ketika akan bangkit dari tempat duduknya di meja makan.
Aline yang tadi melihat sekilas menantunya, sedang berjalan di lantai atas hanya bisa menatap nanar.
"Mungkin jendela di atas yang kena angin, sayang." sahut Aline beralibi padahal ia bisa menebak asal suara itu.
Tak lama kemudian, Gladys nampak menuruni anak tangga. "Baru bangun sayang, ayo sarapan dulu. Mama tadi masak nasi goreng." ucap Aline dengan ramah nampak senyum mengembang di bibirnya.
Sedangkan Dannis yang melanjutkan membaca surat kabar di ruang keluarga, hanya melirik sekilas anak menantunya itu.
"Saya tidak biasa makan nasi goreng Ma. Bik, bisa buatin saya sandwich." sahut Gladys kemudian ia memanggil ARTnya yang terlihat sedang sibuk di dapur.
"Baik, Non. Akan saya buatkan." ucap ART tersebut.
"Sekalian nanti bersihkan kamarku ya, sama ganti seprainya yang terkena noda darah tamu bulanan ku." ucapnya lagi dengan nada perintah.
Aline yang sedang mencuci piring di wastafel nampak menggelengkan kepalanya.
"Sepertinya kamu salah pilih istri, Nak. Kamu sangat mengagumi Ibumu, tapi justru wanita yang kamu pilih menjadi pendamping hidupmu berbanding 180° dengan Ibumu." batin Dannis yang melihat bagaimana sifat menantunya itu.
Meski sudah dua tahun pacaran dengan Gladys, King jarang sekali membawa wanitanya itu ke rumahnya. Bukan tanpa alasan karena memang Gladys yang tidak mau.
Disisi lain Putri nampak sesenggukan dengan buliran air mata yang sudah mengalir deras di wajahnya, ia merasa sangat bersalah. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya ia melihat Ayahnya menangis di hadapannya.
"Yah, maafkan Putri. Putri sudah kecewakan Ayah." ujar Putri sembari memeluk pinggang Ayahnya yang nampak berdiri di samping brankar anak gadisnya itu.
"Ayah yang salah, Nak. Ayah sudah gagal menjagamu, Ayah sudah gagal jadi orang tua." ujar Dewa.
"Nggak Yah, Ayah nggak pernah salah. Putri minta maaf Yah, Putri yang salah."
"Nak, katakan siapa laki-laki itu? Siapa Ayah dari anak yang kamu kandung ?" ucap Dewa dengan menangkup kedua pipi sang putri.
"Di-dia..."
"Katakan, Nak !! Dia harus bertanggung jawab dengan perbuatannya." ucap Dewa lagi.
"Di-dia, King. Ayah." sahut Putri dengan terbata.
"Apa, King ?" ucap Dewa dan Anindya bersamaan.
"Ya, Yah." ucap Putri, kemudian ia menceritakan semuanya. Bagaimana ia bisa tidur dengan sahabatnya sendiri waktu itu pada kedua orang tuanya.
"Kenapa kamu tidak mengatakan pada kami, Nak ?" ujar Anindya
"Putri takut, Bun. Putri takut kalian akan menyuruhku menikah dengan King, sedangkan kami tidak saling mencintai. Aku juga tidak mau menghancurkan pernikahan King, karena itu akan membuat malu keluarga Mama dan Papa Dannis." sahut Putri sembari terisak.
"Bagaimana pun juga King harus bertanggung jawab, Nak." ucap Dewa kemudian ia berlalu meninggalkan ruangan IGD tersebut, sedangkan Putri yang ingin mengejar Ayahnya terhalang oleh infus di tangannya.
"Ayah mau kemana, Bun ?" tanya Putri, ia khawatir melihat Ayahnya pergi dalam keadaan emosi.
"Ayahmu tahu, Nak. Apa yang harus Ayahmu lakukan." ucap Anindya.
Dewa melajukan kencang mobilnya menuju kediaman Dannis pagi itu, raut wajahnya terlihat begitu emosi. Dewa tidak menyangka laki-laki yang sudah ia anggap seperti anaknya sendiri tega menghamili putrinya.
Sesampainya di depan rumah Dannis, dengan seragam kebesarannya sebagai perwira polisi. Dewa segera turun dari mobilnya. Petugas keamanan yang bekerja di rumah Dannis segera membuka gerbang setelah tahu siapa yang datang, karena sebelumnya memang Dewa sering datang kemari meski hanya untuk bersantai dan bermain catur bersama sang pemilik rumah.
"Selamat pagi, Pak ?" sapa security tersebut, tapi yang di sapa tak menghiraukannya.
Karena Dewa sedang fokus melihat laki-laki yang nampak sedang sibuk bicara melalui ponselnya. Ia segera melangkahkan kaki ke arah King yang bersandar di pintu mobilnya sambil sesekali tertawa dengan lawan bicaranya di ponsel.
Brukkkk
Tanpa bicara, Dewa langsung memberi bogem mentah pada laki-laki yang sudah menghamili anaknya itu.
"Om ?" ucap King terkejut, ia nampak tersungkur di lantai dengan sudut bibir yang sudah mengalir darah segar.
"Pak Dewa apa yang sedang......"
"Diam di sana !!" perintah Dewa dengan mengarahkan pistolnya ke arah security tersebut.
"Tapi, Pak..."
Dorrrr
Dewa langsung menembakkan senjata apinya ke atas. "Diam atau pistol ini akan menembus jantungmu !!" ancam Dewa.
"Om, apa yang sebenarnya terjadi ?" tanya King tak mengerti.
"Baj*ng*n kamu." teriak Dewa, sekali lagi ia memukul King.
"Om ?"
"Kamu apakan Putriku, sampai dia hamil ?" tanya Dewa dengan mencengkeram kerah kemeja King.
Mendengar ucapan Dewa, seketika King langsung tersentak. Apa yang dia takutkan, akhirnya terjadi juga. Putri sahabatnya sedang mengandung anaknya.
Dannis dan Aline yang mendengar suara keributan dan tembakan segera berlari keluar rumah, mereka nampak terkejut ketika melihat sahabatnya itu sudah siap melesatkan tinjunya lagi pada putranya itu.
"Dewa berhenti !!" teriak Aline.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 306 Episodes
Comments
Bylbhina Balqis
salfok sama pertanyaan om dewa..
putri kamu apain kok sampe hamil?? 😅😅
lahhh ya di anuin dong om 😅😅
2022-12-26
2
Ayu Nuraini
emng iya
2022-08-31
0
Sweet Girl
waduh pak... jangan main pistol...
2022-08-06
0