Dua hari telah berlalu, sekenjak taruhan itu di mulai. Tak ada yang spesial kebersamaan Lia dan Bara.
Hari ini hari yang di nanti Dimas untuk menghabiskan waktu bersama lia
Dimas menjemputnya sore hari setelah pulang dari kerja.
Lia dirumah sudah siap. Tak lupa menyelesaikan tanggung jawab sebelum pergi, menyusui alfin dan menyimpan stok asinya sampai ia datang kembali besok.
Sebenarnya Lia sangat berat meninggalkan alfin. Namun apa boleh buat, Lia tak bisa menyakiti hati Dimas
"Sayang bunda harus pergi dulu ya, besok bunda kesini lagi, jangan rewel ya sayang." ucap Lia dan mencium kening dan pipi alfin yang tembem seperti bakpau.
"Mbak Lia jadi pergi?" tanya Ayu sambil mengambil Alfin dari tangan Lia.
"Iya mbak. Aku harus adil dan gak bisa egois. Aku sudah menandatangani kesepakatan itu.
"Mudah-mudahan mbak bisa menentukan mana yang terbaik buat mbak."
"Mudah- mudahan saja mbak. Doain saja Lia."
Tak lama mobil Dimas sudah sampai halaman rumah Bara. Masih mengenakan setelan jas Dimas keluar mobilnya dan menghampiri Lia yang sedang berdiri di teras bersama Ayu dan Alfin.
"Gimana Lia, apa kamu sudah siap?" tanya Dimas.
"Sudah mas, tinggal ngambil tas aja di kamar. Tunggu sebentar ya mas, Lia ambil tas dulu." ucap Lia dan Dimas pun mengangguk.
"Silahkan duduk tuan! maaf anda ini tuan Dimas ya?" tanya Ayu yang kepo.
"Iya. anda pasti tahu dari Lia ya?"
"Iya tuan. Ternyata bayangan saya gak meleset tuan memang sangat tampan dan kelihatannya baik hati dan murah senyum pula. Jarang lo saya melihat pria tampan, kaya dan kapan mau ngobrol dengan orang seperti saya."
"Ah...bibi terlalu memuji. Semua orang di mata saya sama kecuali Lia, dia orang spesial buat saya." ucap Dimas.
"Eeeeemmmm. ngomongin saya ya?"
"Gak mbak Lia, hanya ngobrol sebentar sambil nunggu mbak Lia." Jawab Ayu
"Gimana Lia, apa sudah siap. Kita langsung berangkat?" tanya Dimas dan Lia pun kengangguk.
"Mbak, Lia pergi dulu titip Alfin dan juga sampaikan pada mas Bara, Lia di jemput mas Dimas."
"Iya mbak Lia." Lia dan Ayu pun cipika cipiki sebelum pergi.
Lia pun pergi bersama Dimas meninggalkan rumah Bara. Selama di perjalanan Lia dan Dimas menghabiskan waktu di perjalanan dengan banyak ngobrol.
"Lia, kamu tahu hari ini aku bahagia sekali tanpa harus mengejar- ngejar kamu. Aku bisa bersamamu ya walaupun dua hari dalam seminggu."
" Mas, kenapa sih mas ikut-ikutan hal konyol seperti ini?"
"Kamu kan tahu kalau aku masih sayang sama kamu, aku gak rela kamu jadi milik orang lain."
"Kita lihat saja nanti, apa mas bisa meluluhkan hatiku yang sudah beku ini."
"Kita ke Cafe dulu ya, soalnya mas mau mengecek pembukuan sudah semingu mas gak kesana."
"Iya , terserah mas aja Lia ngikut aja. Oya Laila apa masih kerja di cafe mas?"
"Masih, dia sekarang jadi orang kepercayaanya mas. Benar yang kamu bilang dulu, kalau Laila memang bisa di percaya. Pantas saja kamu bela-belain dia setengah mati waktu mas tuduh dia."
"Lagian mas, nuduh orang tanpa bukti. Lia tu sudah memperhatikan kinerja Laila setiap kita ke cafe." ucap Lia mengenang masa lalu.
"Iya. Mas waktu itu memang salah gegabah mengambil tindakan. Sekarang mas sudah memberikan kepercayaan padanya."
Tak lama Dimas dan baru Lia sampai ke cafe DILIA cafe yang dirintis bersama-sama saat mereka masih pacaran dan menjadi tempat mereka menghabiskan waktu setelah bekerja. Seperti tak ada rasa lelah saat melayani pengunjung yang datang selama mereka bersama.
Cafe DILIA dirancang dengan nuansa romantis dengan sasaran remaja yang sedang menikmati indahnya pacaran.
Lia menatap nama calon cafe yang terpampang besar dengan nama DiLIA. Tak terasa Lia menitikan air mata saat mengenang kebahagian itu.
"Lia, kenapa menangis?"
"Gak mas. Lia cuma ingat masa lalu saja."
"Gak usah sedih. Kita akan memulainya lagi dari awal." Dimas menghapus air mata yang membasahi pipi lia.
Lia melangkah masuk cafe di gandeng Dimas. Saat Lia masuk betapa terkejutnya Lia. Semua tak ada yang berubah, semua sama seperti dulu.
"Tak ada yang mas rubah, semua sama seperti dulu termasuk kursi favorit kita nomor 2." ucap Dimas sambil membawa Lia ke tempat duduk yang spesial.
Saat Lia sudah duduk tak lama menu favorit Lia di cafe itu pun datang dan langsung di antarkan oleh Laila.
"Selamat menikmati makanannya nona cantik." ucap Laila.
"Laila, ini benar kamu? Aku hampir lupa dengan penampilan kamu yang sekarang." ucap Lia sambil memeluk Laila.
"Ini semua berkat kamu Lia, kalau kamu gak berusaha membelaku dan mempertahankan aku kerja di sini mungkin aku belum bisa jadi begini."
"Jangan berterima kasih padaku, terimakasih pada mas Dimas yang sudah membuat kamu jadi begini."
"Tentu saja itu Lia. Ya sudah nikmati kencan kalian, aku gak akan ganggu." Laila pun pergi meninggalkan Lia dan Dimas.
Lia kembali duduk dan menatap Dimas yang sedang menikmati secangkir kopi dan mata yang saling bertatapan.
Lia meraih tangan Dimas yang ada di atas meja dan menggenggamnya.
"makasih mas atas semuanya. Mas tak berubah sama seperti yang dulu selalu penuh kejutan buat Lia."
"Iya sayang, mas akan lakukan apapun untuk membahagiakan sayang. Mas harap sayang bisa membuka hati kembali untuk mas yang sudah pernah khilaf."
Dimas dan Lia menghabiskan waktu dengan mengenang masa lalu yang indah di cafe DILIA sambil menikmati suasana romantis cafe di tambah alunan musik dan penyanyi cafe membuat suasana makin romantis.
Tak terasa mereka menghabiskan waktu sampai pukul sepuluh dan Dimas sudah mulai lelah. Segera Dimas mengajak Lia pulang ke apartermen miliknya.
"Kita pulang ke apartermen saja ya. soalnya mas lebih betah di apartermen dari pada di rumah."
"Oke, tapi ingat sesuai kesepakatan." ucap Lia.
"Iya aku ingat. Aku janji gak akan macam- macam."
"Baiklah kau begitu. Ayo kita pergi sekarang! lagian ini sudah malam, mas mungkin jga sudah capek."
Lia dan Dimas pun pergi meninggalkan cafe dan menuju apatermen elit milik Dimas walaupun letaknya agak jauh dari cafe miliknya.
Selama di perjalanan Lia tertidur karena cukup lelah dan kenyang sedangkan Dimas fokus nyetir.
Kurang lebih satu jam. Akhirnya mereka sampai. Tanpa membangunkan Lia, dimas menggendong tubuh lia sampai ke apatermen miliknya dan setelah sampai langsung meletakkan tubuh lia di kasur dan menyelimutinya sedangkan Dimas memilih untuk mandi sebelum istirahat.
Terimakasih sudah mampir dan selalu menunggu kelanjutan cerita ini. Jangan lupa tinggalkan jejak. like, vote, favorit, komen dan hadiahnya. di tunggu.
" jejak kalian sangat berarti buat saya"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Katherina Ajawaila
semoga Dimas sopan ya Thour, lia ngk di jahatin
2023-07-16
0
Yuni Tri Hastuti
Tk kira cm kencan kok malah nginep
2021-12-28
0
Nining Bunga Rijkiya P
Lia Kya piala bergilir aja
💪💪💪 thooor 🥰🥰🥰
2021-03-30
0