Bara memberikan Alfin pada Lia, saat Lia meminta untuk bisa menggendongnya.
Mata Lia berkaca-kaca melihat Alfin bayi mungil yang tak berdaya. Dengan naluri seorang ibu Lia mulai menenangkan Alfin yang terus menangis.
"Aku akan menemui dokter, tolong jaga Alfin sebentar untukku," pinta Bara dan segera pergi, Lia sendiri hanya mengangguk tanda setuju.
Dengan ragu-ragu untuk Lia mencoba memberi asi miliknya pada Alfin apa lagi secara langsung, tapi Lia merasa sangat kasihan dengan bayi yang ada di gendongan itu, seperti ia sangat kelaparan makanya tak berhenti menangis.
"Mbak, ada kain gak? tanya Lia.
"Buat apa mbak? ini ada kain bedong Alfin." tanya mbak Asiah seraya menunjukkan bedong Alfin.
"Gak papa mbak. Kenapa Alfin bisa demam mbak?" tanya Lia sambil mengambil kain bedong yang di berikan Asiah pada Lia.
"Dua hari ini dia kekurangan ASI mba, banyak ASI yang dia tolak, padahal bapak sudah menyiapkan banyak stok ASI yang di beli dari bank Asi, tapi Alfin-nya yang sangat susah minum ASI." Jelas Asiah.
Lia duduk di sofa dan mulai membuka beberapa kancing baju bagian atas dan mencoba memberikan Asi-nya pada Alfin walaupun dengan perasaan campur aduk.
Respon tak terduga yang terjadi. Alfin mau menghi*nap ASI yang idi produksi dari tubuhnya, seperti bayi yang memang kelaparan Alfin dengan rakus mnghi*sap.
Respon tak terduga membuat Lia menitikkan air mata, Untuk pertama kalinya ia bisa merasakan menjadi ibu yang sesungguhnya dengan meny*usui seorang bayi, walaupun bayi itu bukan darah dagingnya.
Asiah heran apa yang di lakukan Lia hingga membuat Alfin terdiam dari tangisnya. Karena Lia tak memperlihatkan jika dirinya sedang menyusui Alfin.
Karena sudah kenyang dan nyaman di dalam gendongan Lia, Alfin pun akhirnya bisa tidur.
Setelah tertidur Lia ingin melepaskan Alfin pu*tingnya dari mulut Alfin, namun gagal Alfin kembali menangis dan meminta lagi. Lia kembali memberikan yang sebelahnya pada Alfin dan membuat Alfin kembali tertidur.
Lia merebahkan tubuhnya di samping Alfin karena lelah dan membiarkan Alfin tertidur dengan posisi masih meny*usu dan ia ikut tertidur.
Dokter dan Bara datang untuk melihat perkembangan Alfin. Bara terkejut melihat Lia sekertarisnya sedang tidur dan di sampingnya ada Alfin putranya yang juga tidur.
"Mbak, apa-apaan ini kenapa putraku bisa tertidur dengan dia?" tanya Bara tak percaya.
"Jangan marah pak, mbak Lia tadi sepertinya memberikan Asi-nya pada Alfin dan ternyata Alfin mau makanya Alfin bisa tertidur." jelas Asiah.
"Lia memberikan Asi, memangnya Lia sudah memproduksi ASI." Bara heran.
"Tenang pak, nanti bisa kita periksa mbaknya kalau sudah bangun, yang penting demam anak bapak mulai turun. Dan sepertinya asi mbaknya di sukai anak bapak." Jelas dokter setelah memeriksa Alfin.
Bara menghampiri Lia dan menyelimuti tubuhnya dengan jasnya. Bara melihat putranya yang tertidur pulas di samping Lia.
Bara menunggu putranya yang sedang tidur sampai terbangun namun tak di sertai tangisnya lagi, membuat Bara sangat senang. Asiah segera mengambil Alfin dan menggendongnya.
Tak lama Lia pun bangun Dangan kancing baju masih terbuka. Lia menggeliat tak ingat dirinya sedang berada di mana.
"Mbak bajunya di kancing dulu, malu kelihatan bapak." Tegur Asiah dan Lia baru menyadarinya setelah melihat bosnya menutup wajahnya dengan koran.
"Maaf mbak, saya lupa." Lia pun segera mengancing bajunya dan segera merapikannya.
"Maaf pak, saya gak sengaja." ucap Lia pada Bara.
"Ikut aku sekarang."
"Kemana pak?" tanya Lia namun tak ada jawaban, namun dirinya harus tetap ikut bosnya.
Bara membawa Lia untuk di periksa Masalah ASI yang ia miliki. Saat sedang berhadapan dengan dokter itu Lia di cerca dengan banyak pertanyaan yang membuatnya harus mengingat kejadian yang baru saja menimpanya.
Lia belum sempat menjawab namun air mata lebih dahulu mengalir membasahi pipinya.
"Mbak, apa mba pernah memilikibanak? tanya dokter.
Lia menatap Bara yang juga penasaran. Lia menarik nafas panjang dan menjawab pertanyaan Dokter tersebut.
"Satu setengah bulan lalu saya saya mengalami kecelakaan bersama suami saya dan saat itu saya sedang hamil sembilan bulan dan akan melahirkan. Tuhan sayang dengan Suami dan anak saya dengan mengambilnya mendahului saya. Saat saya kehilangan putra pertama dan satu-satunya anak saya, hidup saya sangat menderita dengan ASI yang saya produksi, sehari sampai empat kali saya memompa ASI saya jika tak memompanya payu*dara saya bengkak dan itu membuat saya sakit sampai meriang. Jika ada obat untuk menghentikan ASI yang saya produksi lebih baik saya akan melakukan pengobatan itu, kerena ASI ini membuat hari-hari saya menderita." jelas Lia.
Bara yang mendengar ikut simpati dan bergumam, "Sayang jika dia harus menghentikan ASI-nya karena masih ada bayi lain yang membutuhkan."
Bara menatap Lia yang mencoba menenangkannya.
"Lia bisakah kamu keluar sebentar aku mau bicara dengan dokter sebentar tolong lihatkan kalau-kalau Alfin menangis lagi," Lia pun mengangguk dan pergi meninggalkan Bara dan dokter yang baru memeriksanya.
Tak lama Bara kembali keruang putranya dan mencari- cari keberadaan Lia namun tak didapatkannya.
"Lia mana mbak kok gak kelihatan?" tanya Bara sambil matanya terus mencari Lia.
"Mbak Lia, sudah pulang pak, bilangnya sudah selesai jam kerjanya." jawab Asiah.
"Alfin gimana apa demamnya sudah mulai turun?"
"Sudah pak, demamnya sudah turun."
"Bawa sini Alfin, Mba beres-beres saja, Alfin sudah bisa di bawa pulang."
Bara pun membawa Alfin pulang karena demamnya sudah turun, dan akan lebih baik jika di rawat di rumah untuk pemilihan.
Lia yang sudah pulang segera membersihkan diri, rasa perih di kedua pu*tingnya membuat dirinya ingat dengan Alfin yang begitu rakus meny*edot ASI-nya.
Setelah selesai membersihkan diri, Lia segera masak karena perutnya yang sangat lapar, siang hari dirinya tak sempat makan dan baru sekarang dirasakan perutnya perih.
Lia hanya memasak mie instan dan telur hanya itu yang dia miliki kerena sudah tanggal tua dan belum mendapatkan gaji pertamanya.
Setelah selesai makan, payudara kembali ngilu karena sudah penuh, makin sering di pompa semakin sering ASI-nya memenuhi ***********.
Tak butuh waktu lama Lia langsung memompa *********** agar tak menyakiti dirinya.
Setelah selesai Lia menangis menyandarkan dirinya di dinding. "Mas, kenapa mas begitu cepat ninggalin Lia dan membawa anak kita. Aku disini menderita mas, aku tersiksa." Lia menangis tersedu-sedu sendirian.
Setelah puas melampiaskan tangisnya Lia memilih tidur dan melupakan semua kejadian hari ini.
*****
Alfin kembali menangis tak hentinya dan tak mau tidur setelah di bawa pulang. Mbak Asiah mencoba menenangkan Alfin namun tetap tak bisa bahkan di berikan ASI yang ada pun tak mau.
"Pak, sepertinya Alfin butuh mbak Lia, soalnya tadi siang bak Lia yang bisa menidurkan Alfin," ucap Asiah.
"Tidak ada pilihan lagi mbak selain menjemput Lia, hanya dia harapkan terakhir kalau tidak Alfin bisa masuk rumah sakit lagi."
"Akas...." panggil Bara.
"iya ada apa Bara?"
"Kamu tahu rumahnya Lia kan, jemput dia dan bawa kemari."
"Ini dah malam Ra, Lia pasti sudah tidur. Memangnya Kenapa manggil Lia malam-malam gini."
"Jangan banyak tanya, jemput Lia sekarang kalau gak mau, kamu harus paksa ikut, aku butuh dia sekarang kalau tidak aku bisa stress."
"Ra, kamu masih waras kan, kamu gak ada niatan mau macam-macam sama Lia kan." Akas mulai berfikiran aneh tentang ucapan Bara.
"Ngeres amat pikiranmu, Cepat pergi sekarang." Bentak Bara dan Akas pun langsung pergi.
To be continued ☺️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Katherina Ajawaila
bagus thour, semangat semoga sukses awal yg bagus ceritanya
2023-07-16
1
Yayoek Rahayu
bagus
2022-06-25
0
Yovi Zakaria
asik hugs Baca nyA. menarik nih kisah nya
2021-05-13
0