Setelah selesai mengurus Alfin. Lia kembali ke kamarnya untuk menyimpan barang-barang yang sudah ia bawa. Mbak Ayu datang menghampiri Lia
"Mbak Lia, bolehkah saya ikut bantu?" tanya Ayu.
"Gak usah mbak, gak banyak kok yang perlu di rapikan. Mbak Ayu istirahat aja, pasti capek jagain Alfin yang masih rewel," ucap Lia namun Ayu tetap mau membantu.
"Mbak saya mau bilang terimakasih sama mbak Lia, kalau tadi pagi mbak Lia gak belain saya, mungkin saya sudah kehilangan pekerjaan."
"Gak usah bilang terimakasih mbak, kita ini sama-sama bekerja jadi harus saling membantu, siapa tahu nanti giliran saya yang minta tolong sama mbak Ayu," ucap Lia sambil tangannya terus menyusun baju.
Mbak ayu menatap sebuah foto yang Lia bawa , "Ini suami mbak Lia?" tanya Ayu
"Iya itu almarhum suami saya mas Rian."
"Almarhum suami mbak tampan sekali, serasi banget dengan mbak, tapi sayang sudah duluan ninggalin mbak."
"Mungkin jodoh saya sama mas Rian cuma sampai di sini mbak, saya juga gak bisa larut dalam kesedihan berlarut-larut. Bukan berarti saya melupakan mas Rian, dia akan selalu di hati saya seumur hidup."
"Benar kata mbak, walaupun di tangisi empat puluh hari empat puluh malam, orang yang sudah meninggal gak mungkin bisa balik lagi. Mbaknya yang sabar ya, Suatu hari nanti pasti akan ada yang bisa menggantikan mas Rian buat jagain mbak."
"Mbak Lia, dipanggil pak Bara turun untuk makan siang." Bi sumi memanggil Lia dari balik pintu.
"Mbak Lia makan dulu sana, biar ada tenaganya."
Lia dan Ayu pun keluar kamar. Lia datang menghampiri Bara yang tengah menunggu Lia di meja makan.
Bara dan Lia menikmati makan siang bersama dengan menu masing-masing. Bi Sumi mengantar segelas susu hangat rasa cokelat untuk Lia.
Lia hanya menatap susu yang ada di gelas, matanya tak mau berkedip menatap segelas susu seperti sedang menatap monster pemakan manusia.
"Lia, kenapa di liatin, cepat diminum nanti keburu dingin."
"Bagaimana cara minumnya pak?" mencicipinya aja sudah mual apa lagi suruh menghabiskan, bisa keluar semua isi perut saya."
Bara menghampiri Lia dari belakang dan kini wajahnya berada di samping Lia.
"Lia kamu suka minum apa?" tanya Bara dengan suara lembut di telinga Lia.
"Saya suka minum jus jeruk pak."
"Anggap saja ini jus jeruk yang sangat enak, apa kamu mau minumnya kalau ini jus jeruk."
Bara mengambil gelas yang berisi susu dan langsung mengarahkannya ke mulut Lia untuk meminumnya. Berlahan Lia meminumnya sampai habis dan setelah selesai sebuah ciuman mendarat di pipi Lia. "Anak pintar," Bara mengusap rambut Lia dan Lia baru menyadari bahwa Bara baru saja di dekatnya dan telah mendapat ciuman dari bara.
"Apa yang bapak lakukan pada saya, kenapa bapak mencium pipi saya." teriak Lia
"Uuuussstttt Jangan nyaring-nyaring, itu cuma buat hadiah kamu sudah menghabiskan segelas susu tanpa rasa mual."
"Susu, kapan saya menghabiskan susu ini, perasaan belum saya minum, kalau sudah Kenapa saya gak mual."
"Karena susunya gak mau di lihati jadinya dia langsung lari keperutmu."
Lia kebingungan sendiri dengan apa yang dia lakukan, sedangkan Bi Sumi hanya menahan tawa, melihat cara pak Bara menghipnotis Lia yang takut minum susu.
Bara meninggalan Lia dengan tersenyum melihat tingkah Lia yang lucu. Lia sendiri yang masih bingung sambil memandangi susu yang sudah habis.
"Susu-susu apa benar kamu sudah masuk keperutmu?"
"Bi, apa bi Sumi liat larinya susu di gelas ini?"
"Ya ampun non, mana bisa susu berjalan sendiri sedangkan gelasnya masih di depan non Lia, berarti sudah non minum."
"Tapi kok gak muntah bi? dan lidah saya gak terasa minum susu."
"Sudah non, jangan dipikirkan lagi, nanti malam juga minum susu lagi."
Tak ada aktivitas yang Lia lakukan selama Alfin tak minta ASI, Lia memilih menonton TV sambil.
Malam harinya Lia dan Bara akan menemui Klein yang mengundang makan malam.
Lia memakai gaun panjang warna coklat, Bara yang melihat penampilan Lia, sangat terpesona, dan baru melihat Lia yang berdandan kerena Lia suka yang natural.
Akas sudah lebih dulu sampai ke salah satu restoran Meranti dan juga sudah datang Klein yang mengundangnya
Saat sampai restoran tiba-tiba tangan Lia gemetaran saat di ketahui kliennya adalah mantan bosnya.
"Lia kamu gak papa? kenapa tanganmu gemetaran."
"Kenapa bapak gak bilang kalau kliennya pak Toni."
"Kamu kenal, terus apa hubungannya dengan tanganmu yang gemetaran."
"Saya selalu begini kalau ketemu namanya Mantan. Dia mantan bos saya, yang sangat licik apapun yang dia mau harus dia dapatkan, saya pernah berkerja dengan beliau hanya bertahan enam bulan, saya gak kuat dengan mesumnya beliau."
"Gak usah kuatir, kan ada saya." bara menggenggam tangan Lia untuk mengurangi tangannya yang gemetaran.
"Selamat malam pak Bara dan Lia sayang. Terimakasih sudah mau datang."
"Gimana kabarmu Lia, sudah lama kita gak bertemu." mata Toni berkeliaran menatap tubuh Lia dan membuat Lia sangat risih
"Saya baik, maaf anda sedang berbisnis dengan pak Bara bukan dengan saya."
Makan malam pun berjalan lancar dan kerjasama kontrak pun berjalan lancar.
Lia yang masih risih dengan tatapan nakal Toni, ternyata di perhatikan Bara, segera saja Bara menyudahi acara makan malam dan ingin beranjak pergi.
"Tunggu dulu sebentar pak Bara, saya ingin Lia besok yang mengantarkan berkas-berkas yang perlu di tandatangani ke kantor saya, saya tidak mau yang lain." ucap Toni
Terpaksa bara mengiyakan permintaan Toni, karena untuk mendapatkan kerjasama dengan perusahaan Toni bukanlah hal mudah.
Dengan senyuman penuh kemenangan Toni pun pergi dahulu dan masih sempat-sempatnya tangan pak Toni meremas tangan Lia memberi kode nakal.
Hati Lia menjadi kacau, melihat Pak Toni mendapatkan kesempatan untuk menggoda dirinya lagi seperti waktu iya bekerja jadi sekertarisnya.
Tanpa bicara Lia pergi dulu meninggalkan Bara dan menghapus air mata yang sempat menetes di pipi.
Tak lama Bara pun muncul dan duduk di sebelah Lia.
"Lia maafkan aku, aku tahu kamu sebenarnya gak mau bertemu pak Toni lagi, tapi aku gak bisa apa-apa, jika perusahaan kita gagal bekerja sama dengan perusahaan pak Toni, posisi perusahaan kita akan anjlok dan perusahaan lain yang akan melampaui perusahaan kita " Bara berusaha menjelaskan
"Kita pulang aja pak, aku gak ingin membahasnya." jawab singkat Lia
Selama di perjalanan Lia tak banyak bicara dengan Bara. Bara sendiri tahu dengan perasaan Lia yang kecewa dengan keputusannya untuk tetap mengirim Lia menemui Toni, yang jelas-jelas ada niatan tak baik dengan Lia.
Jangan lupa tinggalkan jejak 👍❤️⭐🧿✍️ ditunggu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Sinar Batu Abadi
makin seru
2023-08-10
0
Alya Yuni
Kenapa gk batalin aja Bara jngn jdikn Lia bisnismu
2022-05-07
0
Alsya Frizal
dimaklumin aja mungkin kurang fokus jadi kata"nya ada yg kurang
2021-01-08
2