Sesampainya di rumah, Lia buru-buru, menghampiri Alfin dan segera menyusuinya.
"Maafin bunda ya nak, bunda lalai dengan tugas bunda." ucap Lia sambil menyusui Alfin.
"Lain kali, kalau mau pergi ingat waktu, Alfin masih butuh kamu didekatnya, setiap saat dia membutuhkan kamu." ucap Bara menegur Lia
"Iya pak, maafkan aku. Aku janji gak akan mengulanginya lagi." jawab Lia
"Memangnya kamu dari mana? kata mbak Ayu kamu perginya dari pagi."
"Aku....aku....hanya bertemu teman lama, kami ngobrol panjang lebar sampai lupa waktu. Sekali lagi aku minta maaf."
"Baiklah, aku terima penjelasanmu tapi lain kali jangan diulangi lagi." tegas Bara
"Iya pak."
"Aku tahu sebenarnya kamu ada masalah, tapi aku gak bisa maksa kamu lagi untuk cerita, Tapi ingat beban hidupmu tak akan bisa selesai jika kamu gak mau berbagi cerita dan mencari solusi yang terbaik. Hanya satu yang aku minta dari kamu, selama kamu disini dan masih menyusui Alfin kamu adalah tanggung jawab ku. Jadi aku mohon sama kamu tolong mengerti." Bara bangkit dari kursi sebelah Lia dan pergi meninggalkan Lia bersama Alfin.
Setelah membersihkan diri untuk istirahat, Lia mendapati Bara sedang menyendiri duduk di halaman belakang dengan cuaca yang dingin.
Lia mengambil sweater nya dan membuatkan secangkir kopi untuk Bara.
Lia meletakkan kopi di meja di samping Bara duduk.
"Disini udaranya sangat dingin pak, Lia buatkan kopi untuk menemani bapak." Lia duduk di samping Bara.
"Lia ngapain kamu disini, kenapa gak tidur?" tanya Bara yang kaget.
"Aku belum bisa tidur pak, aku masih kepikiran dengan ucapan bapak tadi. Terimakasih bapak sudah mau menegur kesalahan saya, yang lalai dengan kewajiban saya, seharusnya saya sadar diri dengan posisi saya di sini, gak boleh seenaknya datang dan pergi tanpa pamit." ucap Lia
"Maaf, kalau ucapan ku tadi menyinggung perasaanmu, tapi aku juga gak bisa berdiam diri jika ada orang di sekitar ku apalagi tinggal satu atap denganku, tidak bisa mengikuti peraturan di rumahku aku pasti akan menegurnya, itu adalah tanggung jawabku sebagai kepala rumah tangga di sini."
"Iya pak, aku yang salah, seharusnya aku gak boleh egois mementingkan diriku dan urusanku, aku masih punya tanggungan yaitu Alfin yang setiap saat membutuhkan aku."
"Oya, bapak ngapain malam-malam disini, nanti bisa masuk angin."
"Aku masih kepikiran dengan Sofia, mamanya Alfin Kenapa usianya sangat pendek, aku gak nyangka dia nekat melakukan itu di hadapan ku."
"Memangnya kenapa pak?"
"Apa kamu tahu, aku bertemu dengan Sofia Karena kecelakaan saat kami sedang mabuk entah bagaimana ceritanya aku bisa bermain ranjang dengan dia padahal aku gak pernah mengenalnya, biasanya kalau aku menginginkan wanita aku lebih sering membeli, tapi gara-gara kejadian itu aku di minta untuk tanggung jawab karena dia hamil. Aku akui aku yang salah mengambil kehormatannya malam itu, dan untuk mempertanggung jawabkan kesalahan ku, akupun terpaksa menikahinya dengan berbagai persyaratan dan dia pun menerimanya, saat itu aku masih punya kekasih namanya Bunga dan saat aku menikahi Sofia hubunganku dengan bunga hancur, apa lagi kakaknya menolak mentah-mentah lamaran ku saat dia tahu aku menghamili wanita lain.
"Apa pada akhirnya bapak mencintainya?"
"Tidak, bahkan sampai sekarang aku tidak mencintainya, karena setelah aku menikahi Sofia aku hanya memberikan nafkah lahir tapi tidak dengan batin, aku menggantikan semua kebiasaan ku, bahkan setelah aku menikah dengan Sofia sampai dia meninggal aku tak pernah menyentuhnya, bahkan aku tak mencari wanita di luar sana, aku yang syok dengan keadaan ini, aku menjadi laki-laki yang kehilangan hasrat s*ks*al."
"Kasihan sekali hidup bapak, tapi Lia juga kasihan dengan Sofia yang harus kehilangan nafkah batin dari suaminya, pasti Sofia tertekan hidup berdampingan dengan orang yang tak di cintainya."
"Sofia meninggal juga karena itu, ia bunuh diri beberapa Minggu setelah melahirkan Alfin, penyebabnya adalah aku, dia bilang dia tidak bisa menjadi istri yang sempurna, tidak bisa membahagiakan aku."
"Ya Tuhan, kenapa begitu rendah pemikiran Sofia, jika aku jadi dia, Aku akan menggugat cerai bapak dan menikah dengan laki-laki lain, apa gunanya punya suami tapi tidak bisa menafkahi batin, itu rugi besar."
"Siapa juga yang mau, kondisinya begini. Aku juga gak ngira bisa kehilangan libido secara tiba-tiba, dan itu menyakitikan hatinya."
"Tapi, akhir-akhir ini ada seorang wanita yang membuatku kembali menjadi laki-laki, bahkan di setiap aktivitasku selalu ada dia di pikiran ku."
"Oya, luar biasa tiba-tiba ada seorang wanita hadir dan yang bisa mengembalikan jiwa laki-laki bapak dalam waktu sekejap, Aku rasa pasti wanita itu cantik, seksi, dan menggoda."
"Kemungkinan begitu, mudah-mudahan aku bisa menahannya untuk tak menyentuh tubuhnya."
Lia hanya tersenyum geli, mendengar cerita terakhir Bara.
"Oya Lia, aku ini bukan bos kamu jadi lebih baik kamu panggil aku mas aja biar lebih akrab dan kita bisa berteman agar tidak canggung." ucap bara.
"Berteman dengan mas Bara gitu, sepertinya itu lebih baik, lagian usia kita juga gak terlalu jauh dan juga sama-sama menyandang status yang jarang orang sukai. Iya kan pak."
"Maksudmu status apa?
"Duda di tinggal mati, janda di tinggal mati"
"Kamu ini ada-ada saja, kalau aku mau aku masih bisa menikah dengan seratus wanita, tapi sebelum seratus aku akan mencoba mendapatkan wanita yang satu ini, jika gak bisa cara baik-baik cara ilegal pun tak masalah."
"Seharusnya, mas bara bersyukur masih bisa jadi laki-laki normal dan bisa menikah dengan seratus wanita. Tapi aku, untuk mencintai satu laki-laki pun aku takut, aku takut jatuh cinta padanya, dan akhirnya aku harus mengecewakannya dengan keadaanku yang sudah tak bisa memiliki anak lagi."
"Apa maksudmu Lia? aku tak paham." tanya Bara yang masih bingung.
"Karena kejadian kecelakaan waktu itu, aku di vonis dokter tidak akan bisa memiliki anak jika tak melakukan pengobatan rahim, tapi itu butuh biaya besar dan aku tak bisa." jelas lia
"Sabar Lia, aku yakin semua sudah kehendak ilahi, apapun bisa terjadi. Aku gak nyangka kamu punya masalah besar seperti itu, jika aku bisa membantu pasti akan aku bantu, seorang wanita tanpa anak itu sangat menyakitikan."
"ini sudah jalanku mas, tak bisa aku tolak atau pun aku hindari, biarlah aku menjalaninya semampu aku bisa jika tidak aku akan lakukan sama seperti mantan istrimu, menghilangkan penderitaan secara singkat." ucap Lia sambil memandang Bara yang ada di sampingnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
nesya
431
2021-02-19
2
buat santai
222
2021-01-21
1
Bunda Saputri
Waaaa
2021-01-20
1