Lia menghabiskan harinya dengan beristirahat di kamar Pasien. Dokter belum mengizinkan Lia untuk pulang karena kondisinya masih lemah, sedangkan Bara sedang ke kantor dan berjanji akan menjenguknya saat jam istirahat.
Ditengah Lia kan tertidur, dirinya dikagetkan dengan kedatangan Toni yang tak diduga.
"Pak Toni. Dari mana bapak tahu saya ada di sini?" tanya dia yang penasaran padahal tak ada yang memberitahunya. Bahkan Lia tak berharap Toni menjenguknya.
"Kenapa sayang, kamu gak suka aku datang kesini menjengukmu. Gak usah kaget aku tahu kamu sedang sakit dan di rawat di sini, makanya aku buru-buru kesini, melacak keberadaanan kamu itu sangat mudah." saut Toni sambil duduk di samping Lia.
"Tapi kan pak, Lia gak enak bapak repot-repot datang ke sini, lagian Lia gak cuma kelelahan aja."
"Kalau begitu setelah dokter mengizinkan kamu pulang, kamu pulang bersamaku. Aku gak mau calon istriku kecapean bekerja, akan ku jadikan kamu ratu di istanaku."
Entah darimana juga Dimas tahu kalau Lia di rumah sakit dan sekarang datang menjenguk.
"Tidak ada yang boleh membawanya pergi, Lia itu calon istriku jadi aku yang berhak untuk membawanya pergi dan menjaganya." saut Dimas saat mendengar ucapan Toni.
"Mas Dimas!" ucap Lia kaget.
"Iya Lia, aku kesini menjengukmu, gimana keadaanmu, apa sudah mendingan?" tanya Dimas.
"Aku sudah baik mas. Mas tahu dari mana aku ada di sini?" tanya Lia lagi.
"Dari Melda, dia yang memberitahu tadi."
"Hai..... Lia kamu selingkuh?" ucap Toni dengan nada meninggi.
"Hai Toni turun kan nada bicaramu, Lia ini calon istriku, enak saja ngaku-ngaku kalau Lia calon kamu?" saut Dimas yang tak terima Toni bicara dengan nada tinggi.
"Dia itu calon istriku, Lia sekarang katakan pilih aku atau dia?" ucap Toni yang kesal.
Lia hanya terdiam, tak bisa menjawab. "Ya Tuhan, bagaimana ini apa yang harus aku lakukan, aku tak ingin menikah lagi, kenapa mereka malah memperebutkanku seperti makan lezat. Mas Bara buruan datang dan tolong aku" gumam Lia yang gelisah.
Toni dan Dimas masih saja terus berdebat dan tak menyadari Bara datang.
"Pak Toni, pak Dimas kenapa mereka ada di sini dan kenapa mereka bertengkar, gak mungkin kan masalah perusahaan masing-masing di permasalahkan di rumah sakit, atau jangan-jangan?" gumam Bara dan buru-buru menghampiri Lia dan melewati Toni dan Dimas untuk bertanya langsung pada Lia.
"Lia, apa yang sebenarnya terjadi, Kenapa mereka ada di sini. Pak Toni dan pak Dimas." tanya Bara penasaran, tak biasanya ke dua pimpinan yang berbeda bertengkar.
"Mas Bara kenal mereka? mereka sedang merebutkan Lia buat di jadikan calon istri. Lia gak bisa mencegah mereka mas, Lia gak boleh bicara." jelas Lia Bara yang mendengar penjelasan Lia Bara pun ikut terpancing dan ikut meladeni mereka.
"Apa sih yang kalian ributkan, Lia itu calon istriku, bahkan sekarang dia tinggal denganku, jadi jangan kalian rebutkan Lia lagi mengerti."
Dimas dan Toni menatap Lia dengan tajam, kemudian menatap Bara dengan tatapan tak suka.
Lia menepuk jidatnya sendiri, "Apa-apaan ini, Kenapa mas Bara juga ikutan bukannya nolongin malah ikut menceburkan diri, mati Lia sekarang harus milih dia antara tiga pria.
"Aku gak mau nikah dengan kalian, aku gak mau menikah." tegas Lia
"Tapi aku mau menikahimu" jawaban serentak Dimas, Toni, Bara membuat Lia terdiam.
"Mas Toni, Mas Dimas, Mas Bara. kalian ini pria dewasa, pria berpendidikan, mapan dan tampan. Kalian gak seharusnya bertingkah seperti ini hanya untuk mendapatkan aku yang seorang janda. Masih banyak wanita canti, mapan dan lebih dari Lia yang mau menikah dengan kalian.
"Cukup Lia jangan memperpanjang masalah, ini adalah urusan lelaki dan kamu hanya tinggal menyetujuinya saja oke." jawab Dimas
"Baiklah, aku ada ide biar ini adil buat kita dan juga Lia bagaimana kalau kita taruhan selama tiga bulan, siapapun nanti yang di pilih Lia kita yang kalah harus menerimanya, kita akan buat perjanjian dia atas kertas dan atas persetujuan bersama silahkan masing-masing membuat kesepakatan dan akan kita gabungkan dan semua kesepakatan harus atas persetujuan Lia. Bagaimana apa kalian setuju?"
"Aku setuju" jawab Dimas
"Aku juga setuju" Jawab Toni.
"Baiklah jika kalian sudah setuju, dan Lia aku minta maaf kalau harus memakai cara seperti ini untuk mendapatkan kamu."
"Terserah kalian, tapi kalau dalam tiga bulan tidak ada satu yang memikat hatiku, maka perjanjian batal dan aku bebas memilih jalanku sendiri."
"Setuju." jawab serempak mereka.
Akhirnya Toni dan Dimas pergi dengan hati yang panas dan sepakat akan bertemu lagi esok hari sebelum Lia pulang.
Sedangkan Bara masih menunggu Lia sesuai janjinya.
"Mas Bara kenapa mas malah ikut-ikutan taruhan sih?" ucap Lia dengan sebel
"Maaf Lia hanya dengan begitu aku bisa menjagamu, kalau aku tidak ikutan, aku gak bisa menolongmu jika kamu di apa-apain sama mereka. Aku cuma menjalankan tugasku Selama kamu tinggal bersamaku dan masih Menyusui Alfin."
"Tapikan, aku gak suka. Aku ini bukan barang yang bisa di jadikan taruhan, apa kalian semua gak malu kalau nanti ada yang mengetahui para pemimpin perusahaan besar melakukan taruhan hanya untuk mendapatkan seorang Janda. Aku gak pernah berfikir sampai sini kalau aku akan di jadikan taruhan."
"Sudahlah Lia, nikmati saja perananmu jangan diambil pusing, Aku juga iseng-iseng ikutan siapa tahu bisa jadi ibu sambungnya Alfin." ucap Bara santai.
"Terserah kalian semua, aku gak mau mikirinya lagi, tambah sakit kepalaku. Jangan harap aku akan diam saja, aku pastikan kalian akan menyerah satu persatu." Lia membalikan tubuhnya membelakangi Bara.
Lia mencoba kuat dihadapan pria-pria yang memperebutkannya, padahal hatinya sangat sakit. Bagaimana tidak hidup dan pernikahan Lia sudah seperti di genggaman mereka semua. Bagaimana Lia bisa jatuh cinta jika dirinya hanya di jadikan bahan taruhan dan mengedepankan keegoisan masing masing tanpa memperdulikan perasaan Lia yang hancur.
"Aku berjanji, tak akan ada cinta yang tumbuh, akan ku tutup rapat-rapat hati ini, sampai kapanpun tak perduli apapun yang terjadi aku harus bisa memupuskan harapan mereka semuanya terhadap diriku. " gumam Lia dan menghapus air mata yang menetes di pipi agar Bara yang masih di sampingnya tak melihat kesedihannya."
Terimakasih sudah mampir jangan lupa tinggalkan jejak 👍❤️⭐🧿✍️ ditunggu.
Pepatah mengatakan:
🌳Apa yang kau tanam itu yang akan kau tuai
🌱Tanamlah dari sekarang like, komentar, vote. agar suatu hari saat dirimu ingin belajar menulis, hasil yang kau tanam akan kau petik bahkan bisa mengalahkan karya orang lain dan lebih sukses.🌾
SEMANGAT 💪💪💪💪
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Katherina Ajawaila
keren thour semoga yg menangBara karna punya Alfin
2023-07-16
0
Nining Bunga Rijkiya P
bukalah thor hati Lia untuk bara 😍😍😍
2021-03-30
0
Efan Zega
pilihan yg sulit,,,tp tetap menang toni yg udah duluan ngerasain lia
2021-02-09
0