Sejak Alfin di imunisasi, badannya menjadi hangat dan sangat rewel Bahkan tidak mau turun dari gendongan.
Lia yang sudah lapar, tak bisa menyuap nasi. Bara yang masih sibuk tak bisa menggantikan untuk mengendong putranya.
Tak ada pilihan saat dirinya sudah sangat kelaparan, harus makan sambil berdiri.
Bara yang melihat Lia, kerepotan bergegas, menghampiri.
"Sini biar Alfin aku yang gendong, kamu makan saja dulu, kasian kamu sangat kerepotan." Bara mengambil Alfin dari gendongan Lia.
"Makasih pak, saya hanya sebentar makannya."
"Jangan buru-buru, aku sudah selesai. Kamu nikmati aja makannya."
Bara pun menimang putranya dan sesekali ngobrol sambil mondar-mandir. Sedangkan Lia menghabiskan makanannya karena perutnya sangat lapar.
Setelah selesai, Lia ingin mengambil Alfin.
"Alfin sudah tidur nyenyak, aku akan meletakkannya di ranjangnya." suara pelan Bara, seperti orang berbisik-bisik.
Lia tersenyum melihat Bara, sudah mulai menunjukkan rasa sayangnya langsung pada Alfin, walaupun Alfin bukan darah dagingnya dan bara bukan suaminya namun Lia merasa memiliki keluarga utuh dan mulai menghilangkan dukanya.
Lia menyusul Bara ke kamar Alfin, dan berdiri di samping Bara.
"Lihatlah Lia, Alfin sudah mulai besar dan berisi. Terimakasih Lia kamu telah hadir di kehidupan kami." Bara melingkarkan tangannya di pinggang Lia sambil tetap memperhatikan Alfin.
"Alfin sudah seperti putraku sendiri, aku rela menghabiskan waktu bersamanya. Rasanya aku tak ingin pergi jauh darinya."
"Sekarang istirahatlah, kamu pasti lelah. kalau Alfin nanti terbangun dan masih rewel bangunkan aku, Aku akan ikut menjaganya. Sekarang aku keluar dulu kamu istirahat saja."
Baru saja Lia ingin memejamkan mata, ponselnya bergetar ternyata ada panggilan dari nomer baru. Lia pun langsung mengangkatnya.
📲
"Malam sayang"
"Pak Toni, dari mana bapak tahu nomer saya?"
"Ayolah sayang, aku tahu semua tentang kamu. Sekarang kamu belum tidur kan."
"Sudah mau tidur, ada perlu apa bapak menghubungi saya?"
"Besok aku ingin bertemu kamu, saat jam makan siang kerja."
"Maaf pak saya gak bisa, saya masih kerja."
"Tidak ada penolakan, pokoknya kamu harus mau kalau tidak aku bisa melakukan apapun."
"Gini aja pak, malam aja bisa gak pak, kalau siang gak ada yang gantikan saya."
"Oke gak papa, aku tunggu besok malam jangan kecewakan aku."
"Iya pak." Lia pun mematikan panggilannya dengan segera.
Baru saja Lia menarik nafas ponselnya bergetar kembali, kali ini Dimas yang menghubungi.
📲
"Malam mas, ada apa malam-malam telpon."
"Gak, aku cuma pengen dengar suara kamu aja. kamu tadi telponan dengan siapa, aku hubungi kok sibuk terus."
"Oh, tadi ada orang iseng aja."
"Lia besok kamu ada waktu? aku ingin ngajak kamu jalan, kamu mau kan."
"Maaf mas, aku gak bisa kalau besok, aku sibuk kerja."
"kalau lusa gimana?"
"Aku usahain ya mas, tapi gak janji. Mas tahu kan aku kerja jadi babysitter jadi waktuku gak banyak."
"Yaudah kalau kamu ada waktu bilang ya, aku siap setiap saat, sekarang sudah malam kamu tidur aja, dan jangan lupa jaga d."
"Iya mas."
Dimas pun mematikan panggilannya.
"Kenapa sih, hidupku sekarang berhubungan dengan mantan bos, baru saja beberapa hari bertemu, kenapa langsung mengacau hidupku."
"Fin. Bantuin, bunda harus bagaimana?" Lia mengacak rambutnya sampai berantakan.
Mentari menyambut hangatnya pagi, Lia dan Alfin sudah rapi. seperti biasa mereka selalu berjemur di pagi hari.
Bara yang melihat sarapan Lia belum di sentuh.
"Lia belum bangun kah bi, kok sarapannya belum di sentuh."
"Mbak Lia lagi berjemur, Alfin masih rewel makanya mbak Lia belum sempat sarapan." jelas bi Sumi
"Sepertinya kalau dilihat-lihat, Lia cocok jadi bundanya si Alfin." ucap Akas membuat Bara langsung tersedak.
"Ngomong apaan sih kamu."
"Masa kamu gak bisa membedakan Lia sama Ayu bagaimana cara mereka mencurahkan kasih sayangnya ke Alfin. Kalau aku jadi kamu, buru-buru Lia aku nikahi, biar gak keduluan orang lain. Kalau terlambat baru tau Lo rasanya MENYESAL....."
"Kamu ini ngomongnya ngaco, mana mungkin Lia mau sama aku," ucap Bara tak yakin.
"Kalau gak di coba, mana tahu. lagian kamu kan duda dan Alia janda, gak masalah kan kalau kalian nikah, kecuali Lia punya cowok baru."
"Udah lah, aku mau nganterin sarapan Lia, kamu duluan aja berangkatnya." Bara menghampiri Lia yang masih berjemur di halaman belakang.
Dari kejauhan bara memperhatikan bagaimana Lia begitu menyayangi Alfin bahkan menghabiskan waktunya hanya bersama Alfin. "Apa benar yang di katakan Akas. Terus bagaimana caraku menyampaikan niatanku padanya." gumam Bara.
"Lia, kok belum sarapan. Nanti kamu sakit Lo."
"Alfin gak mau lepas dari gendongan pak, mungkin bekas imunisasinya masih sakit." jelas Lia
Bara menyendok nasi dan sayur, "Buka mulutmu, biar aku yang nyuapin kamu. Aku kasihan kalau kamu kerepotan gara-gara Alfin dan sampai telat makan." Bara pun menyuapi. Awalnya Lia ragu-ragu, kemudian dia mau menerima suapan dari Bara.
sambil bermain dengan Alfin, tak terasa sarapan Lia habis.
"Makasih pak, sudah repot-repot mau nyuapin Lia."
"Seharusnya aku yang terimakasih, karena kamu putraku tak kehilangan sosok seorang ibu. Aku harus kekantor titip Alfin, jangan lupa kalau pergi kemana-mana kabari aku."
"Tunggu sebentar pak." tahan Lia
"Iya ada apa lagi?"
"Malam nanti saya.minta izin mau pergi sebentar, menemui seseorang." Bara hanya mengangguk tak ikhlas.
"Kenapa kamu Bara, tak ikhlas sekali memberikan izin buat Lia. Itu kan hak Lia mau bertemu dengan siapa aja." gumam Bara. sampai lupa mau berjalan kemana.
panggilan dari Toni pun masuk. Rasanya Lia malas sekali untuk mengangkatnya, kalau gak di angkat pasti akan terus menghubunginya.
📲
"Halo sayang, jangan lupa malam nanti, aku menunggumu."
"Iya aku ingat, gak perlu di ingatkan lagi."
"Jangan lupa pakai baju yang sudah aku belikan, aku ingin kamu terlihat seksi malam ini."
"eeeemmm, kalau sudah saya matikan dulu, saya masih sibuk."
"Iya sayang, sampai jumpa malam nanti."
Lia buru-buru, mematikan panggilan Toni.
"Kenapa sih aku harus terjebak dengan pak Toni yang mesum ini. Mudah-mudahan gak ada hal buruk terjadi saat bersama dengan pria mesum itu."
Setelah hari mulai panas, Lia kembali masuk ke rumah bersama Alfin.
"Mbak, ada yang ngantarin paket."
"Dari siapa bi?"
"Gak tau mbak, cuma bilang buat mbak Lia. Paketnya sudah tak taruh di kamar Mbak Lia."
"Makasih bi, pak bara tahu kalau ada yang ngantar paket?" tanya Lia lagi.
"Gak mbak, duluan pak bara berangkat ke kantor sebelum kurir datang." jelas bi Sumi.
"Ya udah, kalau begitu Lia ke kamar dulu, makasih bi sudah kasih tahu."
"Sama-sama mbak."
Lia pun kembali ke kamar bersama Alfin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Katherina Ajawaila
kasian nasip lia, jadi jaendes cakep repot juga t
2023-07-16
0
Rita Tambunan
lia nya. ga. tegas mengambil sikap
2021-06-07
0
Elliesa Khadi
beuhhh, janda makin di depan 😎
2021-02-13
0