Lia di kamar menangis terisak-isak
Kenapa masa lalunya harus kembali, saat dirinya ingin melupakan semua dan menjalani kehidupan yang baru.
"Lia.... kamu kenapa, kalau ada masalah kamu bisa cerita denganku, aku siap menjadi pendengar yang baik." Ucap Bara dari balik pintu.
Lia menghapus air matanya dan membuka pintu untuk Bara. Lia langsung memeluk Bara dan menumpahkan kesedihannya kembali.
"Kenapa masa laluku kembali." Lia terisak dalam pelukan Bara. Bara mengusap punggung Lia mencoba menenangkannya.
"Ada apa sebenarnya Lia, apa yang membuatmu sedih, aku kuatir dan tak tenang jika aku gak langsung menanyakannya padamu."
Lia hanya menggeleng dan masih menyembunyikan wajahnya di dada Bara dan masih berdiri di depan pintu.
"Maaf pak, saya mengganggu," ucap Ayu mengagetkan Lia dan Bara.
"Ada apa mbak."
"bisakah saya meminta ijin cuti beberapa hari, saya mendadak dapat kabar dari keluarga kalau ibu saya sedang sakit dan masuk rumah sakit, izinkan saya untuk merawat ibu saya dulu pak, ibu saya sudah tua saya ingin merawat ibu," jelas Ayu.
"Baiklah, kamu saya izinkan, jaga ibumu sampai sembuh, setelah itu kamu bisa kembali," ucap Bara.
"Tapi bagaimana dengan Alfin pak, siapa yang menjaganya sementara saya pergi, dan besok Alfin imunisasi."
"Kan ada saya mbak, saya bisa kok jagain Alfin. Oya besok imunisasi Alfin yang pertama ya, baiklah biar besok saya yang bawa," jawab Lia.
"Terimakasih mbak, saya bisa tenang kalau mbak Lia yang jagain, kalau begitu saya permisi dulu pak, mbak mau siap-siap, soalnya saya langsung berangkat malam ini." Ayu pun pergi meninggalkan bara dan Lia yang masih berdiri terpaku.
"Maaf pak, tadi saya gak ada maksud apa-apa. Saya permisi dulu mau kekamar Alfin." Lia sedikit salah tingkah dan langsung saja pergi kekamar Alfin.
Bara hanya tersenyum dan pergi dari depan pintu kamar Lia.
______
Hari ini Alfin akan imunisasi untuk yang pertama kalinya, dan sudah siap.
Alfin memakai baju kodok warna kuning, pakai topi warna senada dan juga kaos kaki panjang. Aroma khas bayi tercium sangat wangi.
Kali ini Lia memakai dress warna biru muda dengan rambut panjang yang di ikat kuda, polesan lipstik menghiasi bibir tipis Lia.
"Pagi papa, Alfin sudah siap mau disuntik." sapa Lia dan Alfin pada bara yang sedang sarapan.
Alfin hanya tersenyum, melihat papanya.
"Anak papa sudah wangi, sudah siap imunisasi ya, jangan nangis ya. beritahu papa nanti perkembangan kamu." Bara mencium kening putranya yang sedang tumbuh kembang.
"Lia aku hanya bisa mengantarkan kamu ke klinik tapi maaf ya aku gak bisa jemput, soalnya hari ini aku ada mitting penting."
"Gak papa, nanti aku bisa naik taksi."
"Jagakan putraku baik-baik."
"Akas aku mengantar Lia ke dokter anak, kamu duluan aja." Ucap Bara pada Akas.
Mereka pun berangkat ke dokter anak tempat Alfin akan imunisasi. Setelah sampai Bara hanya menurunkan Lia dan Alfin lalu pergi ke kantor.
Sebelum di imunisasi Alfin di tambang dulu, dan ternyata Alfin banyak kemajuan berat badannya naik hampir satu kilo dan dalam kondisi sehat. Setelah itu Alfin pun dapat hadiah suntik imunisasi pertamanya.
Dalam hitungan detik Alfin menangis sejadi jadinya, Lia mencoba menenangkannya dan jurus terakhinya yaitu memberikan ASI agar Alfin mau diam.
Imunisasi Alfin selesai, Lia berencana untuk pergi ke cafe sebentar untuk istirahat, dan pergi menggunakan taksi.
Lia terus saja menggedong Alfin, sambil menikmati segelas jus alpukat.
Seorang pria tiba-tiba datang dan duduk di samping Lia.
"Apa aku mengganggumu." Ucap Dimas yang duduk di samping Lia.
"Mas Dimas." Lia kaget
"Dengan siapa kamu di sini?"
"Aku sendiri saja mas."
"Lia aku mau minta maaf, atas kejadian kemaren, Aku benar-benar khilaf, seharusnya aku gak bertidak bodoh seperti itu, maafkan aku Lia."
"Gak papa mas, aku juga minta maaf kalau ucapan Lia ada yang salah itu di luar Kendali Lia."
"Gak papa Lia itu wajar."
"Itu anak siapa Lia, yang kamu gendong?"
"Anakku mas, namanya Alfin."
"Kamu bohong kan, aku tahu kamu gak punya anak. Aku sudah tahu semuanya tentang kamu."
Air mata Lia langsung menetes, saat Dimas tanpa sengaja membuka duka yang baru Lia alami.
"Lia maafkan aku, bukan maksudku bicara seperti itu." Dimas menghapus air mata Lia.
"Lia, izinkan aku menggantikan almarhum suamimu untuk menjagamu, aku siap menerima semua kekuranganmu. Kamu tahu kan aku dari dulu selalu mencintaimu, dan selalu menjagamu. Bisakah kamu memaafkan aku dan kita mulai dari awal lagi."
"Tapi mas, aku baru saja kehilangan suamiku, gak sepantasnya seorang istri begitu saja berpaling dan mencari pengganti."
"Iya Lia, aku paham itu, tapi apakah kamu mau memaafkan aku. Aku bersedia menunggumu sampai kamu siap."
"Aku sudah memaafkanmu mas, aku gak pernah benci sama kamu mas. Mungkin dulu itu ujian buat kita, akunya aja yang gak kuat."
"Apakah kita bisa mulai dari awal, aku janji tidak akan menggangu privasi mu, dan aku akan menjagamu. Gak masalah jika sekarang belum ada cinta di hatimu, aku akan menunggu sampai cinta itu tumbuh kembali seperti dulu."
"Kita coba pelan-pelan ya mas, aku belum bisa katakan iya atau tidak."
Alfin kembali menangis setelah bangun dari tidurnya, dan ponsel Lia pun berdering dan itu panggilan dari Bara.
"Kamu dimana Lia, aku menjemputmu di tempat tadi katanya kamu sudah pulang, aku tanya orang rumah kamu belum pulang." tanya Bara di telpon.
"Aku masih di cafe toy gak jauh dari klinik."
"Kamu tunggu di situ aku akan jemput."
"iya pak."
Bara pun mematikan panggilannya dan bergegas pergi menjemput Lia.
"Mas Dimas, maaf ya aku harus pergi dulu, papanya Alfin menjemput."
"Iya Lia, hati-hati di jalan." Dimas pun mengecup kening Lia. dan Lia langsung pergi menunggu Bara di parkiran, sedangkan Alfin masih rewel dan menangis.
Tak lama Bara pun sampai dan langsung saja Lia masuk dalam mobil Bara dan pergi, sedangkan Dimas memperhatikan kepergian Lia dengan Bara.
"Mas tadi katanya gak jemput, kok tiba-tiba nyariin Lia."
"Aku mitting gak jauh dari sini, makanya setelah selesai aku langsung menjemputmu. Ngapain mampir di cafe, bukannya langsung pulang."
"Aku, hanya ingin santai sebentar dengan Alfin, maaf kalau gak bilang."
"Lain kali, kalau pergi kemana-mana bilang dulu, biar aku gak kuatir. Bukan maksudku mengekang kamu, tapi Alfin masih membutuhkan kamu, jadi aku juga harus bisa menjaga kamu, aku gak mau sampai kamu kenapa-kenapa Lia, kamu paham kan."
"Iya pak, saya paham, dan terimakasih sebelumnya atas perhatian bapak sama saya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Pijaran Hati 89
peran cewenya terlalu murah di kekep majikan ok di cium mantan bos ok di kejar mantan pacar mlh ngobrol aneh
2025-01-04
1
Meike Sianipar
konsisten dunk author, masa tetiba manggil mas ??
2022-07-02
0
Windy Lyana
peran utama nya koq gampangan ya thor yg cowok sk celap celup kayak teh.yg cewek wlpun sm mantan di peluk di kecup gak berontak sama sekali alias pasrah.
2021-06-24
2