Lia sudah memutuskan hari ini akan datang ke kantor Dimas. Tempat di mana 4 tahun lalu ada kenangan manis bersama Dimas.
"Mbak Asiah, Lia mau pergi sebentar, nanti kalau aku kelamaan dan Alfin rewel minta ASI, hubungi aku ya." pesan Lia sebelum pergi.
"Ya mbak, emangnya mbak Lia mau kemana?" tanya Asiah.
"Mau bertemu teman lama. Aku pergi dulu ya mbak, jangan lupa ya kalau Alfin rewel."
Tekat Lia sudah bulat untuk datang ke kantor Dimas, sebelum semuanya terlambat.
Sesampainya di kantor, Lia menghampiri resepsionis untuk menanyakan keberadaan Dimas.
"Pak Dimas ada?" tanya Lia.
"Adddda. Lia ini beneran kamu?" Melda kaget melihat temannya datang.
"Pagi Melda, masih betah aja kerja disini?" sapa Lia.
"Di betah- betahin, kamu gimana kabarnya kangen nih, dan lama banget gak pernah bertemu."
"Aku baik, nanti jam istirahat kita ngobrol sebentar ya."
"Oke, aku tunggu di kantin, ngomong-ngomong tadi nyariin pak Dimas ya."
"Iya ada gak orangnya?"
"Ada di ruangannya, aku hubungi dulu ya pak Dimas nya."
"Gak usah, aku langsung ke sana aja, buat kejutan."
"Kamu ini dari dulu gak berubah, tapi hati-hati ya, sekertaris pak Dimas yang sekarang galak."
Lia beranjak keruang kerja Dimas. Setelah sampai Lia langsung mengetuk pintu ruangan. Tak lama sekertaris Dimas membukakan pintu.
"Ada perlu apa nona?" tanya Ana sekertaris Dimas.
"Pak Dimas ada?" tanya Lia.
"Apa ada sudah ada janji?" tanya balik Ana.
"Belum." Lia menggeleng.
"Maaf, Pak Dimas sibuk gak bisa di ganggu."
"Siapa Ana?" tanya Dimas.
"Alia mas." jawab Alia sendiri dengan nyaring.
"Alia...." Dimas buru-buru beranjak dari kursi kerjanya dan menghampiri Lia.
Dimas langsung mempersilakan Lia masuk ke ruangannya dan mengajaknya duduk di sofa tamu.
"Maaf mas, aku gak bilang kalau mau kesini, soalnya aku menghubungi mas gak bisa-bisa."
"Maaf Lia, hpku rusak dan gak sempat ngabarin kamu."
"Gak papa, aku kesini cuma mau mengembalikan ini. Barang ini terlalu mahal, aku gak bisa menerimanya." Lia mengembalikan kalung yang pernah di kirim Dimas.
"Tapi Lia, ini aku beli memang untuk kamu, sudah lama aku membelinya hanya untuk kamu."
"Tapi mas ini terlalu mahal."
"Jangan menolak, kalau kamu menolak lebih baik aku buang saja ke tong sampah."
"Oke aku terima, tapi bisa gak mas meluangkan waktu buat Lia kapanpun itu, Lia ingin mengatakan sesuatu sebelum ada penyesalan."
"Memangnya kenapa Lia, apa gak bisa cerita sekarang."
"Gak bisa, mas siapkan mental saja dulu sebelum Lia mengatakan sesuatu."
"Baiklah Lia, kalau itu mau mu, Sabtu sore kita ketemu oke."
"Baiklah mas, sekarang Lia pergi dulu, maaf kalau menggangu pekerjaan mas"
"Baiklah, maaf aku tidak bisa menahan mu karena aku sedang sibuk." Dimas memilih membiarkan Lia pergi namun sebelum Lia pergi Dimas selalu mencium kening Lia.
Setelah Lia pergi Dimas menatap tajam sekertaris nya, " lain kali kalau Lia datang kesini, jangan mencegah dia masuk dia itu calon istriku mengerti." ucap tegas Dimas.
"Maaf pak, saya mengerti sekarang dan gak akan mengulanginya lagi." jawab Ana, merasa bersalah.
"Bagus kalau mengerti, sampai di ulangi lagi, aku pecat kamu." Dimas kembali ke kursi kerjanya.
Lia kembali menemui Melda dan menunggunya sampai jam istirahat yang tak lama lagi."
Setelah istirahat Lia dan Melda ke kantin untuk melepas rindu.
"Lia, kamu sekarang kerja dimana, dan tiga tahun ini kamu menghilang kemana?"
"Aku sekarang jadi babysitter. Aku gak menghilang kemana-mana ceritanya panjang banget kalau di jelasin."
"Kenapa turun derajat kerjaan mu?" memangnya ada masalah apa selama ini, bisa kan kamu berbagi dengan ku."
"Setelah aku keluar jadi sekertaris mas Dimas, aku mencari pekerjaan baru dan dapat kerjaan di salah satu perusahaan besar, namun sayang nasibku tak bagus, bos ku ternyata menyukai ku dan memaksa aku menikah dengannya, saat itu aku gak mau, karena aku tahu sifat buruknya mantan bos ku. Rupanya penolakan ku membawa bencana, dia menjebak ku dan menodai ku bahkan merekam adegan itu dia menyimpan video dan foto diriku dengannya" Lia menghentikan ceritanya dan menangis.
"Yang sabar Lia, aku gak nyangka hal ini bisa menimpamu." Melda mengusap punggung Lia dan merasa prihatin dengan nasib Lia.
"Aku hancur Melda, aku sangat hancur dan terpukul, apa lagi sampai sekarang dia masih mengancam ku setiap ingin bertemu. Sampai suatu hari ada seorang pria yang mau menerima keadaanku yang sudah kotor. Mas Rian, dia pria yang sangat baik dan mengerti keadaanku, Dia seorang karyawan biasa, dia membimbingku untuk kembali bangkit dari keterpurukan. Akhirnya aku menikah dengan mas Rian namun sayang pernikahan kami tak mendapat restu keluarga mas Rian. Kami mengarungi bahtera rumah tangga selama dua tahun, saat kebahagiaan kami tiba, ke hendak yang kuasa tak dapat di elak, kami mengalami kecelakaan saat menuju ke rumah sakit, saat itu aku akan melahirkan namun saat aku sadar dari koma ku, berita duka menyambut ku mas Rian dan anakku tak selamat dan aku juga di vonis tak bisa memiliki anak selamanya Jika aku tak melakukan pengobatan untuk memulihkan bagian-bagian rahimku yang rusak, tak cukup sampai di situ keluarga mas Rian mengusirku dan mengambil alih harta yang sudah kami kumpulkan selama dua tahun.
"Jadi karena itu kamu tak kembali menjadi Sekertaris dan memilih jadi babysitter."
"Bukan, bukan karena itu, aku kembali ke dunia sekertaris, tapi aku di pertemuan dengan Alfin bayi mungil yang kehilangan ibunya dan sedang membutuhkan ASI ku. Papanya meminta ku untuk berhenti jadi sekertaris nya dan dipekerjakan sebagai babysitter dengan gaji lumayan untuk menyambung hidupku."
"Mudah-mudahan, suatu hari nanti ada yang bisa menggantikan almarhum suamimu untuk menjagamu, kamu harus tetap semangat ya Lia."
Tak lama ponsel Lia berdering dan itu dari Asiah. Lia sudah paham dan langsung pamit pada Melda
"Mel, sepertinya aku harus pulang, anakku sudah menunggu ku, Aku mohon sama kamu tolong yang kamu dengar tadi jangan sampai mas Dimas tahu, biar aku sendiri yang memberitahunya."
"oke Lia, percaya saja denganku. Rahasia mu aman bersamaku. Hati-hati di jalan Lia, sampai ketemu lagi."
Lia pun pergi meninggalkan Melda dan bergegas pulang, takut Alfin menangis kelaparan.
Tak lama Bara pun menghubungi Lia dan dengan segera Lia mengangkatnya.
"Halo pak!"
"Kamu dimana, Alfin menangis dari tadi kelaparan, kamu malah gak ada di rumah. Kenapa mau pergi gak bilang-bilang dulu padaku."
"Maaf pak, saya sudah di jalan mau pulang." jelas Lia
"Ya sudah cepat pulang, aku butuh penjelasan mu." Nada Bara sedikit kesal dengan Lia.
"Sabar sayang, bentar lagi bunda sampai, maafin bunda ya, yang sudah lupa waktu." gumam Lia sambil gelisah ingin segera sampai.
Makasih mampir membaca Jangan lupa tinggalkan jejak 👍❤️⭐🧿✍️ di tunggu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Sinar Batu Abadi
perjuangan wonder woman
2023-08-10
0
Efan Zega
rian suami yg baik bgt,,,,mau nerima aulia
2021-02-09
1
Anika Anika
gara " Toni batin Lia tersiksa.
tp..Lia kurang tanggung jawab dgn krjnya Uda tau dia krjnya menjaga seorang bayi toh disempatkannya pergi menjumpai temannya sampai dia lupa waktu
2021-01-22
1