Seharian Bara tak melihat aktivitas Lia di rumah dari dia berangkat kerja sampai pulang bahkan sampai malam pun tak melihat Lia.
Akas lagi santai memainkan ponselnya di temani kacang kulit dan bir di ruang santai.
Bara yang baru selesai membersihkan diri dan menyusul Akas di ruang santai.
"Akas ada liat Lia gak, tumben seharian gak melihat dia."
"Calonmu lagi sakit tu kayaknya, tadi aku gak sengaja liat dia bersin-bersin."
"Kenapa gak bilang dari tadi, ini pasti gara-gara kemarin." Bara langsung berdiri dan segera menghampiri Lia.
..."Woi, emangnya kemarin ngapain?" teriak Akas...
Tanpa mengetuk pintu Bara langsung masuk kedalam kamar Lia. Bara mendapati Lia sedang tertidur dengan berselimut.
Dipegangnya dahi Lia, dan ternyata panas badannya.
"Lia bangun, ayo kita ke dokter. Badan kamu panas sekali." Bara membangunkan Lia.
"Gak usah mas, aku baik-baik saja, aku sudah minum obat penurun panas tadi," tolak Lia.
"Ini pasti gara-gara kemarin malam kan, kamu tahu Kalau di luar dingin masih aja nekat nemanin aku."
"Aku gak papa mas, gak usah nyalahkan hal kemarin, mungkin aku kelelahan saja."
"Tunggu sebentar." Bara keluar kamar dan mencari air hangat untuk mengompres Lia.
Bara kembali ke kamar Lia membawa air kompres dan langsung mengompres Lia.
"Kamu harus sembuh, kasian Alfin nanti gak bisa dapat asi kalau kamu masih sakit."
Lia menggenggam tangan Bara, "Mas terimakasih sudah mau peduli dan perhatian padaku, tapi aku merasa tak enak kita tak ada ikatan apa-apa, aku takut orang akan menilai aku ini wanita murahan, yang berani tinggal di rumah seorang pria."
"Sudah gak usah di pikirkan, kita ini seperti simbiosis mutualisme yaitu saling menguntungkan kamu bisa tinggal disini tanpa memikirkan kebutuhan hidup primer mu sedangkan aku di untungkan dengan adanya kamu Alfin bisa mendapatkan asi dan juga kasih sayang seorang ibu."
"Biarlah orang mengagap Seperti simbiosis parasitisme, tapi kenyataannya aku tidak di rugikan. Sekarang istirahatlah, aku akan bergadang menjagamu mumpung besok libur, mudah-mudahan kamu besok bisa sembuh." ucap bara dan Lia menganggukan kepala, Lia merasa senang saat dirinya sakit ada yang mau menjaga dan merawatnya.
Sepanjang malam Bara menemani Lia yang tertidur. Saat jam menunjukkan pukul dua dini hari Lia tiba-tiba saja menggigil kedinginan.
"Mas, Lia kedinginan." ucap Lia sambil bibirnya bergetar.
"Bara segera mengecek keadaan Lia, panasnya masih tinggi namun Lia kedinginan. Segera saja Bara meminta Lia meminum obatnya.
"Apa masih dingin." tanya Bara saat menambah selimut Lia.
"Masih dingin mas." ucap Lia dengan bibir gemetaran.
Bara meraih tubuh Lia dan mendekapnya.
"Mudah-mudahan sedikit mengurangi rasa dingin mu, sekarang kembalilah tidur biar obatnya cepat bereaksi"
Kini Lia tertidur di pelukan Bara. Sedangkan Bara sendiri berusaha memeluk Lia dengan erat berharap Lia tidak kedinginan lagi.
Keesokkan harinya Lia juga belum juga turun demamnya, Bara yang buru-buru keluar dan meminta sopir menyiapkan mobil.
"Pagi-pagi gini ngapain ribut sih." ucap Akas yang bersiap untuk olahraga pagi.
"Lia demam dari semalam gak turun-turun. Dan sekarang aku mau membawanya kerumah sakit." ucap Bara sambil bergegas kekamar untuk mengganti pakaian.
"Berarti semalaman Bara nemanin Lia." ucap Akas sambil berjalan keluar untuk olahraga.
Bara mengangkat tubuh Lia untuk di bawa kerumah sakit dan berpesan ke Ayu untuk menyusul jika Alfin cerewet.
Setelah sampai rumah sakit Lia langsung di periksa dokter dan di tangani lebih lanjut.
"Bagaimana keadaan Lia dok?" Tanya Bara yang tampak cemas.
"Pasien mengalami hipotermia, pasien tidak bisa berada dalam kondisi dingin, itu bisa mempengaruhi kesehatannya dan bisa saja kehilangan kesadaran bahkan bisa mengalami kematian, tolong di jaga istrinya jangan sampai kejadian ini terulang lagi." dokter pun pergi setelah menjelaskan panjang lebar mengenai kondisi Lia.
Bara menghampiri Lia yang sedang terbaring.
"Kalau aku tahu kamu mengalami hipotermia, aku pasti sudah melarang mu menemaniku, ini semua salahku aku gak bisa menjagamu. Cepat sembuh Lia, aku dan Alfin menunggu mu." Bara memegang tangan Lia.
Setelah beberapa jam Lia kehilangan kesadaran akhirnya Lia mulai pulih dan Sadar. Bara yang sedari tadi menunggu Lia reflek saat melihat Lia sadar dan langsung memeluk Lia.
"Lia kamu sudah sadar, aku kuatir sekali, gara-gara aku kamu jadi seperti ini, maafkan aku ya."
"Mas bisa lepas gak, Lia sesak." ucap Lia.
Bara langsung melepas pelukannya dan sedikit salah tingkah atas tindakannya.
"Maaf..."
"Alfin mana pak, Lia belum memberi asi buat Alfin?"
"Kamu ini, sedang sakit masih merepotkan Alfin."
"Kasian Alfin kalau gak dapat ASI."
"Alfin di sini mbak Lia." ucap Ayu yang baru datang bersama Alfin dan Akas.
"Mbak berikan Alfin, kasian sudah siang begini belum dapat asi." Lia mengambil Alfin dari gendongan Ayu.
Alfin yang mulai bisa memahami mimik Lia tersenyum sambil Melihatkan gusinya yang masih ompong.
"Alfin senang ya ketemu bunda lagi, maaf bunda gak dari kemaren gak terlalu mengurus Alfin."
"Mas Bara bisa balikan tubuh, Lia mau menyusui Alfin."
"Oh, baiklah aku akan duduk di sana."
"Makasih Lia, aku sudah peduli dengan Alfin lebih dari siapapun, bahkan dalam kondisi mu yang masih lemah, kamu masih saya mencari Alfin, aku harap kamu bisa sepenuhnya menjadi ibunya Alfin." gumam Bara sambil menjauh dari Lia
Akas sendiri sedang asik ngobrol dengan Ayu di luar ruangan.
"Alfin, jangan kuat-kuat nak nyusunya, punya bunda terasa sakit."ucap Lia dan Alfin malah tersenyum.
"kok malah ngeledek bunda, bunda ini ngomong beneran gak bohong" Lia mulai gemes dengan Alfin.
"Mas, lihatlah anak mas Bara, bikin Lia gemes, masa Lia di ledek." ucap Lia sambil tersenyum.
Bara tak pernah sanggup melihat senyum manis Lia dan membuatnya selalu terbayang bayang Lia setiap saat.
"Nanti biar mas marahi Alfin, kalau buat kau kesakitan."
"Jangan, papa gak boleh marah-marah sama Alfin, nanti bunda Lia yang akan ganti marahi papa." ucap Lia yang seolah olah Alfin yang bicara.
Setelah selesai menyusui Alfin. Lia bermain bersama Alfin tak perduli kondisinya sekarang yang masih lemah.
Lia sudah seperti sosok ibu yang luar biasa, rela berkorban untuk anaknya, tak perduli dalam kondisi apapun akan selalu membuat anaknya tersenyum lebar.💜💜💜 bunda Lia
Makasih sudah mampir jangan lupa tinggalkan jejak 👍❤️⭐🧿✍️ di tunggu.
Setiap komentar dan like kalian selalu aku tunggu, andai aku tahu siapa saja yang ngasih like aku pasti ucapkan terima kasih satu persatu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Sinar Batu Abadi
cohuyy
2023-08-10
0
Katherina Ajawaila
bagus mas bara biar di nikahin aja, jadi Toni ngk kurang ajar
2023-07-16
0
Micke Rouli Tua Sitompul
kasih ibu
2021-05-04
0