Aryo menggendong Tiara ala bridal style. Tiara sempat terkejut dengan perlakuan Aryo, tapi ia kemudian mengalungkan lengannya di leher Aryo dan menyembunyikan wajahnya di dada Aryo.
"Patahkan semua tangan dan kaki mereka yang sebelah kanan" ucap Aryo memerintahkan kepada anak buahnya dan berlalu pergi meninggalkan ruangan itu dengan Tiara yang berada dalam gendongannya.
Aryo membawa Tiara ke ruangan VVIP, ruangan yang biasa mereka tempati. Aryo meletakkan Tiara di atas kasur.
"Istirahatlah aku akan pergi sebentar" Ucap Aryo lembut. Mendengar Aryo akan meninggalkannya, dengan segera Tiara bangkit dari tidurnya. Dengan cepat ia meraih tangan Aryo lalu mendekapnya.
" hik...hik..., To-tolong ja-jangan tinggalkan aku" Tiara menangis memohon pada Aryo.
"Baiklah, Aku akan menemanimu sampai kau tertidur. sekarang bisakah kau lepaskan tanganku" Aryo menatap tangannya yang berada di dekapan Tiara.
"Ti-tidak a-aku tak ingin melepaskanya to-tolongonglah aku Tuan kali ini saja. Tetaplah berada di sampingku. A-aku mohon, a-aku benar-benar takut hiks...hiks..." Air mata Tiara semakin mengalir deras dan Tiara mengeratkan dekapannya pada tangan Aryo.
"Baiklah" Aryo menggiring Tiara kekasur. Dengan segera Tiara membaringkan tubuhnya di sebelah Aryo. Aryo mendudukkan dirinya di kasur dengan posisi duduk dan tubuhnya di senderkan ke kepala ranjang.
Tiara sama sekali tidak melepaskan Tangan Aryo. Ia menggenggam erat tangan Aryo menautkan telapak tangannya di jari-jemari Aryo. Sebenarnya Aryo benar-benar tidak nyaman dengan posisinya ini, tapi melihat kondisi Tiara akhirnya ia membiarkannya saja.
"Jika Tuan Dimas mengetahui ini semua aku yakin ia pasti akan menghukumku" batin Aryo.
Aryo menatap Tiara yang sudah tertidur dan mulai terdengar dengkuran halus. Aryo menatap rambut Tiara yang terlihat acak-acakan bahkan sebagian rambutnya menutupi wajahnya.
Dengan perlahan tanpa ia sadari satu tangannya menyikap rambut yang menutupi wajah gadis itu. Ia kemudian menyelipkannya di telinga, sedangkan tangannya yang lain masih berada dalam genggaman Tiara.
Ia memperhatikan wajah gadis yang tertidur disampingnya. wajah yang putih bersih dan begitu cantik, hidung mancung dengan bibir sexy.
"Cantik" tanpa sadar Aryo mengeluarkan kalimat itu. ada desiran aneh di hatinya. Tak ingin terbuai terlalu lama Aryo mengalihkan pandangannya.
Ia berusaha melepaskan genggaman tangan Tiara. Tapi gadis itu malah mengeratkan genggamannya dan menarik tangan Aryo menjadikan bantalan kepalanya. tarikan Tiara
membuat tubuh Aryo setengah merosot ke bawah.
"Tidak Ayah..., jangan tinggalkan Tiara. Aayah.... bawa Tiara bersamamu" Tiara bergumam dalam keadaan mata tertutup, ketika Aryo ingin menarik tangannya yang berada di genggaman Tiara. Melihat raut wajah Tiara yang begitu menyedihkan akhirnya Aryo menyerah membiarkan tangannya menjadi bantalan gadis itu.
"Sepertinya dia mengigau, apakah kau begitu merindukan Ayahmu" ucap Aryo lirih.
"Aayaah..." Tiara mengangkat tangannya yang satu lagi melingkarkan tangannya itu di perut Aryo. Bahkan kaki Aryo sudah dijadikan guling oleh Tiara. Jadilah posisi Tiara menempel pada Aryo.
"Mati aku, wanita ini benar-benar bencana. Jangan pernah menyalahkanku bos tapi salahkan kelinci kecilmu ini yang sudah berubah menjadi koala" ucap Aryo lirih dengan wajah yang menyedihkan.
"Joni tenang ya dia bukan lembah milikmu" Aryo menarik nafasnya berkali-kali mencoba menenangkan yang sudah mulai sesak di bawah sana.
Aryo memang selama ini tidak pernah dekat atau tertarik pada wanita manapun. Tapi walau bagaimanapun, kenyataannya dia adalah laki-laki normal.
"huff..." Aryo menghela nafasnya kasar. Ia berusaha memejamkan matanya mencoba menenangkan hatinya yang ikut berkecamuk tak karuan.
Tak terasa waktu sudah berlalu selama dua jam. Tampak dua orang anak manusia yang masih tertidur pulas di atas kasur yang sama.
Tiara tertidur masih dalam posisi yang menempel seperti koala. Sementara Aryo yang juga ikut tertidur tampak seperti patung manekin yang tak berani bergerak sama sekali.
Perlahan Aryo mengerjapkan matanya dan menggeliatkan tubuhnya. Masih dengan kondisi yang ngantuk berat Aryo memaksakan membuka matanya.
Aryo membuka matanya perlahan dan betapa terkejutnya dia melihat ada seorang wanita yang menempel padanya. Wajah wanita itu tak terlihat jelas karena tertutup oleh rambutnya. Aryo mengucek kedua matanya untuk meyakinkan penglihatannya.
Sepertinya Aryo melupakan peristiwa yang baru saja ia lewati, dengan cepat ia berusaha melepaskan diri dari wanita itu dan mengingat apa yang terjadi.
Pergerakan Aryo membuat tidur Tiara terganggu, Tiara mulai membuka matanya dan menatap wajah pria yang telah mengganggu tidurnya.
"Aaaaaaaa!!!!!" Teriak Tiara dan Aryo bersamaan, bahkan Tiara juga menendang Aryo hingga jatuh terjungkal dari tempat tidur. Aryo mendarat sempurna dengan posisi nungging.
"Kau..., apa yang kau lakukan?" Aryo bangun dari tidurnya sambil menatap Tiara tajam.
Tiara terdiam sejenak, bingung dengan apa yang terjadi barusan.
"Ma-maafkan saya tuan, sa-saya terkejut"
"Salah Tuan sendiri kenapa pake pegang-pegang orang tidur, sayakan terkejut Tuan" Tiara memanyunkan bibirnya dengan pupy eyes mencoba membela diri.
"Astaga kenapa aku merasa jadi seperti pria mesum sekarang" gumam Aryo terdengar oleh Tiara.
"Itu juga maksud saya Tuan, kenapa Tuan jadi aneh? Tidur pake deket-deket Tiara segala. Biasanya juga kalau Tiara mau ngomong aja di suruh jaga jarak" Ucap Tiara polos tanpa rasa bersalah.
"Apa kau mencoba memfitnahku" ucap Aryo datar.
"Apa maksudmu Tuan" tanya Tiara heran
"Apa kau melupakan kenyataan bahwa kau merengek padaku, memintaku untuk tidak meninggalkanmu. Bahkan kau menempel padaku seperti koala" Aryo menatap Tiara tajam.
"Kenapa aku harus melakukan itu, Eh tunggu sebentar, kenapa tuan berada disini?"
"Astaga..., aku bisa gila menghadapi wanita ini.
Apa kau benar-benar tidak mengingat apa yang terjadi barusan" Aryo mulai menaikan nada bicaranya.
"Memangnya apa yang terjadi barusan, saya sedari tadi berada di ruangan ini." Tiara mengernyitkan keningnya bingung.
"Apa kau mengalami gagar otak karena kejadian tadi" Aryo mendekatinya memegang kepala Tiara, memiringkan ke kanan, ke Kiri dan menundukkan ke bawah untuk memeriksa apakah ada luka atau memar pada kepala Tiara.
"Apa yang kau lakukan Tuan, jangan coba-coba cari kesempatan deh buat dekat-dekat Tiara" ucap Tiara kesal dan menepis tangan Aryo yang memegang kepalanya.
Aryo yang sudah merasa kesal dengan Tiara akhirnya menelpon anak buahnya.
"Tolong kamu cek ruangan tempat kejadian tadi, Apakah ada CCTV atau tidak kalau ada, kau minta rekamannya dan bawa kemari" Ucap Aryo kemudian memutuskan sambungan teleponnya.
Setelah menunggu kurang lebih 30 menit akhirnya anak buah Aryo datang dan menyerahkan rekaman berbentuk USB pada Aryo.
Dengan segera Aryo mencolokkan USB itu pada Telivisi dan meminta Tiara untuk menyaksikannya.
"Perhatikan baik-baik, agar kau tidak menuduhku sembarangan" ucap Aryo tegas.
Televisi pun mulai dinyalakan dan menampilkan apa yang terjadi pada Tiara barusan
Mata Tiara melotot tak percaya menyaksikan apa yang terjadi dan Tubuhnya mulai bergetar, keringat dingin mulai membasahi tubuhnya.
Tiara menggeleng-gelengkan kepalanya dan mulai berteriak-teriak tak terima.
"Ti-tidak itu tidak benar, orang itu bukan saya. Tuan pasti bohong, ini pasti permainan tuan" teriak Tiara mengacak-acak rambutnya.
"Tidak itu bukan saya. Orang itu bukan saya.
Ya, itu pasti bukan saya" Tiara berteriak seperti orang gila, wajahnya terlihat pucat keringat dingin pun mulai membanjiri tubuhnya.
Aryo yang terkejut pun mencoba menghampiri Tiara sekalipun Tiara selalu menepis tangan Aryo.
Sekelebatan ingatan tentang kejadian tadi menghampiri ingatan Tiara. Tiara merasakan kepalanya berdenyut hebat dan sakit luar biasa.
Tiara membenci ingatan yang singgah di pikirannya itupun membentur-benturkan kepalanya ke tembok.
Aryo dengan segera menghampiri Tiara, memeluknya dari belakang dan memundurkan langkahnya menjauhkan Tiara dari tembok.
Aryo membalikkan tubuh Tiara. Ia menggoncang tubuh Tiara dan minta Tiara untuk menatapnya dan mencoba untuk menyadarkannya.
Tapi yang terjadi malah kebalikannya Tiara semakin histeris dan berteriak-teriak seperti orang gila. Karena saat ini mata Tiara tidak menatap Aryo tapi fokus pada televisi yang menampilkan kejadian yang mengenaskan yang terjadi padanya.
Aryo yang menyadari tatapan Tiara, segera meraih lampu tidur yang berada di dekatnya dan melemparkan pada televisi yang menjadi sumber kegilaan Tiara.
Aryo membawa Tiara ke dalam pelukannya.
Tubuh Tiara bergetar hebat dan kepalanya pun merasakan sakit yang luar biasa. Aryo yang merasakan tubuh Tiara bergetar pun memeluknya dengan erat.
"Maafkan aku, maafkan aku..." Aryo terus mengatakan kalimat itu sambil memeluk Tiara.
bersamaan dengan Tiara yang merasakan pandangannya mulai mengabur. Akhirnya Tiara pun pingsan dalam dekapan Aryo.
TBC
Buat yang penasaran apa yang sebenarnya terjadi pada Tiara. jawabannya ada di episode berikutnya ya.
Terimakasih buat yang sudah mampir, jangan lupa like dan komentarnya. terimakasih 🙏😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 283 Episodes
Comments
Aqiyu
jadi nebak-nebak kakaknya Aryo atau Michel
2021-11-13
1