Dimas dan Leo berjalan menelusuri lorong Rumah Sakit menuju Ruangan Tiara.
Leo membuka pintu kamar Tiara dan mempersilahkan Dimas masuk.
"Tuan Muda" Aryo terkejut melihat kedatangan Dimas dan segera ia bangun dari duduknya dan melepaskan tangannya yang menggenggam Tiara.
Dimas mengabaikan keberadaan Aryo, Ia mendekat pada Tiara menatapnya dalam.
"Suruh perawat membersihkan tubuhnya, ganti juga pakaiannya setelah itu pindahkan Ia ke ruangan khusus" Dimas berbicara tanpa menoleh ke arah Leo maupun Aryo. Ia tak melepaskan Pandangannya sedikitpun dari Tiara.
"Maaf Dim, bukankah ruangan khusus selama ini hanya di peruntukan Anggota Keluarga..."
"Apa saya butuh persetujuanmu?" Dimas menyela ucapan Leo.
"Maaf, akan segera saya laksanakan" ucap Leo sedikit menundukkan kepalanya.
"Astaga..., kenapa aku merasa atmosfer ruangan ini bertambah dingin" Batin Leo.
Dimas membalikkan tubuhnya lalu melangkah ke luar ruangan. Ketika langkahnya sampai di depan pintu ia pun menghentikan langkahnya.
"Pergi ke ruanganku segera" Dimas menoleh sekilas ke arah Aryo, lalu berlalu pergi.
"Apa ini yang kau sebut kejutan yang menungguku" Aryo menatap Leo kesal.
"Maaf, Ia melarangku menyampaikan kedatangannya padamu" Dimas menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Sepertinya Ia mulai meragukanku" gumam Aryo tapi terdengar oleh Leo.
"Bukan begitu Bro, tapi ..."
Aryo tak menanggapi ucapan Leo dia segera bergegas pergi, menyusul ke ruangan Dimas.
********
Tok tok tok....
Terdengar suara ketukan pintu dari ruangan Dimas.
"Masuk" perintah Dimas
Aryo melangkahkan kakinya masuk menghampiri Dimas yang sedang duduk santai di atas kursi kebesarannya. Dan kini Aryo telah berdiri tegak di hadapan Dimas yang hanya dipisahkan oleh sebuah meja.
"Apa ada yang ingin kau katakan padaku?" Tanya Dimas to the points.
"Tidak Tuan" Jawab Aryo tegas.
"Kenapa" Tanya Dimas lagi.
"Karena saya yakin anda sudah mengetahui semuanya" Ucap Aryo.
"Apa kau tak ingin membela diri" Dimas menatap dingin ke arah Aryo.
"Tidak Tuan"
"Lalu mengapa Kau masih disini" tanya Dimas lagi.
"Menunggu perintah Anda tuan"
"Katakan bagaimana aku harus menghukummu?" Dimas menyandarkan tubuhnya ke kursi.
"Apapun perintah Anda Tuan" ucap Aryo.
"Kemasi barangmu dan pergilah ke kota Z sekarang juga. Perusahaan disana sedang banyak masalah dan membutuhkan pimpinan. Kembalilah jika kau sudah bisa menyelesaikan semua urusan disana" ucap Dimas datar.
"Baik, Tuan" Aryo kemudian membungkukkan badannya di hadapan Dimas sebagai tanda terimakasih dan berlalu pergi.
"Bahkan setelah 20 tahun di sampingku, Aku masih terlihat asing bagimu" gumam Dimas.
Tak lama setelah Aryo keluar, Leo datang menghampiri Dimas.
"Kamu serius Dim, Menyuruh Aryo pergi" tanya Leo.
"Kenapa, apa kamu ingin menggantikannya pergi ke sana?" Dimas menatap Leo tajam.
"Bukan begitu konflik yang terjadi di perusahaan di kota Z bukanlah konflik biasa. Bahkan disana hampir tiap bulan selalu berganti pimpinan. Karena Pimpinannya selalu kabur karena mendapatkan teror" ujar Leo.
"Apa kau meragukan kemampuan Aryo? Tanya Dimas.
"Tapi..."
"Ini adalah kesempatan Aryo menunjukkan bakatnya. Selama ini yang ada dipikirannya hanyalah bagaimana melindungiku. Ia lebih memilih menjadi Kepala Pengawal dari pada mengelola sebuah perusahaan. Padahal kau tau sendiri Ia merupakan lulusan Magister Manajemen terbaik" Ucap Aryo.
"Maaf, aku berpikir kamu cemburu jadi menyingkirkan Aryo" ucap Leo.
"Itu juga merupakan salah satu pertimbanganku, Aku tidak ingin gadis itu terlalu bergantung pada Aryo" Dimas menatap Leo datar.
"Tapi gadis itu mengalami Trauma Dim, dan ia membutuhkan Aryo sebagai orang yang dekat dengannya saat ini" ujar Leo lagi.
"Kau tidak perlu khawatir tentang gadis itu, aku yang akan menanganinya" Dimas tersenyum smirk ke arah Leo.
"Terserah kau saja, aku ingin kembali melanjutkan pekerjaanku". Leo kemudian berlalu pergi meninggalkan ruangan itu.
"Pertama kali bertemu dengannya aku sudah pernah melecehkannya, tapi gadis itu tidak mengalami trauma apapun. Bukankah itu menandakan bahwa ia nyaman bersamaku" Batin Dimas asal.
**********
Leo memberitahu Dimas bahwa saat ini Tiara sudah sadar dan sedang ditemani oleh salah satu suster rumah sakit tersebut.
Dimas melangkahkan kakinya menuju ruangan khusus untuk melihat kondisi Tiara.
Tiara saat ini sudah di pindahkan ke ruangan khusus seperti permintaan Dimas. Ruangan ini lebih terlihat seperti hotel presidential suite dengan double bed.
Biasanya ruangan ini hanya di gunakan oleh keluarga besar Adi Nugraha, ketika sedang rawat inap. Ruangan lantai teratas dengan lift khusus.
Ketika sampai didepan pintu ruangan Tiara, Dimas menghentikan langkahnya. Ada rasa yang aneh yang menghampirinya. Walaupun sedikit ragu ia akhirnya memantapkan kakinya memasuki ruangan itu.
Tok tok tok....
Dimas mengetuk pintu dan tanpa menunggu jawaban dari dalam, Dimas langsung membuka pintu itu. Ia Melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan itu, pandangannya tertuju pada gadis mungil yang saat ini sedang berbaring dengan jarum infus menempel di tangannya.
Begitupula dengan Tiara yang saat ini sudah terbangun dalam posisi duduk. Ia juga sedang memandang ke arah Dimas dan mengernyitkan keningnya bingung.
"Kau sudah bangun" Dimas mendekat ke arah Tiara. Tiara menganggukkan kepalanya menatap Dimas. Ada suasana canggung diantara mereka.
"Saya permisi dulu Tuan, Nona" pamit suster yang berada di dalam ruangan itu, menatap Tiara dan Dimas bergantian.
"Tidak, bisakah kau disini saja menemaniku" pinta Tiara meraih dan menggenggam tangan suster itu yang kebetulan berdiri di sampingnya.
Entah kenapa Tiara saat ini merasa tidak nyaman dengan kehadiran Dimas. Suster itu menatap Dimas meminta persetujuan. Dimas menganggukkan kepalanya menyetujui permintaan Tiara.
"Tu-tuan, dimana Tuan Aryo?" Tanya Tiara sedikit ragu.
"Aryo baru saja berangkat ke luar kota, jadi jika kau menginginkan sesuatu kau bisa meminta padaku" ucap Dimas lembut dan tersenyum pada Tiara
Suster yang berada di ruangan itu melongo tak percaya melihat perlakuan Dimas terhadap Tiara. Pasalnya selama bekerja di rumah sakit itu ia tak pernah melihat Dimas bersikap lembut atau tersenyum seperti itu. Pria itu cenderung bersifat dingin dan cuek terhadap karyawan di rumah sakit itu, maupun lingkungan sekitarnya.
Pasti wanita ini sangat spesial untuk Tuan, batin suster itu.
"Dan jika ada yang ingin kau tanyakan, kau juga bisa bertanya padaku" Dimas menatap Tiara yang masih terlihat bingung.
"Maaf Tuan kenapa saya berada disini, dan jarum infus ini..., memang saya sakit apa Tuan."
"Aryo menemukanmu pingsan jadi ia membawamu kemari. Dan kau tak sakit apapun hanya kelelahan dan kekurangan cairan saja" ucap Aryo.
"Kelelahan, kekurangan cairan bagaimana mungkin kerjaanku setiap harinya hanya makan tidur saja" gumam Tiara lirih tapi masih terdengar oleh Dimas.
Dimas yang mendengar gumaman Tiara hanya tersenyum menatap Tiara.
"Sudahlah tak usah kau pikirkan lagi, istirahatlah yang cukup. Saya pergi dulu sebentar dan saya akan kembali lagi nanti" Dimas mengacak rambut Tiara gemas. Dan tanpa menunggu jawaban dari Tiara, ia melangkahkan kakinya menuju ke luar ruangan itu.
Ketika Dimas berjalan di koridor rumah sakit ia berpapasan dengan Dokter Leo yang ingin mengunjungi pasiennya.
Dimas menghentikan langkah Leo dan mengajaknya ke ruangannya.
Sesampainya di ruangan, Dimas mendudukkan tubuhnya di sofa yang ada di ruangan itu. Diikuti dengan Leo yang duduk di sebelahnya.
"Bagaimana Kondisinya sekarang" tanya Dimas to the points.
"Kondisinya sekarang sudah mulai membaik, tapi sebaiknya biarkan dia disini dulu. Sampai ia merasa nyaman berada di dekatmu, baru kau bisa membawanya pulang"
ujar Leo.
"Baiklah, biarkan suster itu menemaninya. Ada hal yang perlu saya selesaikan" Dimas menepuk bahu Leo lalu berlalu pergi dari sana.
TBC
Jangan lupa like, vote dan komentarnya terimakasih 🙏😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 283 Episodes
Comments
Sari N
tega benar dimas.. tapi klo lihat alasan pertama dia mengirim aryo sih masuk akal juga..
2021-04-15
1
Jojo Qasyih Azlan
lanjuttt..sya ttp menunggu up ya 😚😚😚😚
2021-04-03
1
Jojo Qasyih Azlan
semngat ya thorr😍😍😍😍😍
2021-04-03
1