UPIK ABU & CEO TAMPAN
Namaku adalah Tiara Wijaya kelas XII semester akhir, aku merupakan murid berprestasi di sekolah.
Sekolah di sekolah terfavorit dan mendapatkan beasiswa penuh karena prestasi akademik. Aku anak tunggal yang hanya memiliki Ayah karena ibu meninggal dunia ketika usiaku 7 tahun.
Ayah bekerja sebagai tukang kebun di sekolahku, dia adalah sosok yang paling kukagumi karena keramahan dan rasa kasih sayangnya yang besar terhadapku.
Hari ini adalah hari terakhir ujian di sekolah, aku akan berusaha mendapatkan nilai terbaik untuk membuat Ayah bangga.
Selesai dengan lembar ujian sekolah, segera kulangkahkan kakiku keluar ruangan menuju ke halaman belakang sekolah. Aku ingin menghampiri Ayah, yang hari ini bekerja merapikan kebun halaman belakang sekolah.
Entah mengapa perasaanku hari ini selalu resah, rasanya Aku selalu merindukan Ayah dan selalu ingin dekat dengannya.
"Tiara!!" tiba-tiba ada orang yang berteriak di belakangku dengan lari tergesa-gesa ia menghampiriku.
Seketika aku menoleh dan menatap orang itu heran.
"Ya, ada apa Pak?"
"Tiara!! Ayahmu dilarikan ke rumah sakit umum, tadi ia terjatuh pada saat memotong pohon besar dibelakang sekolah"
Deg... bagai belati menusuk jantungku, tiba-tiba aku merasa sesak, dadaku terasa sakit dan air mataku pun lolos begitu saja.
"Ba..., Bagaimana bisa," tanyaku lirih.
Tanpa menunggu jawaban dari pria itu, aku berlari menuju keluar gerbang sekolah. Meninggalkan Pria itu yang terbengong menatap kepergianku.
Dalam hati aku terus berdoa "Ya Allah tolong lindungi Ayah, jangan biarkan sesuatu terjadi padanya, hanya ia yang kumiliki ya Allah".
Sampai di depan pintu gerbang, Kepala sekolah berteriak memanggilku.
"Tiara..., Tiara..." kepala sekolah berlari menghampiriku, Aku menghentikan langkahku.
"Ayo, aku antar kamu ke rumah sakit" kata kepala sekolah menarik tanganku begitu saja lalu menuntunku menuju mobilnya.
Di lorong rumah sakit aku berlari menuju ruangan Ayah dirawat, air mataku sedari tadi tak berhenti menetes.
Pandangan orang-orang yang menatapku heran disepanjang lorong rumah sakit pun tidak aku hiraukan sama sekali.
Sampai di depan ruangan khusus ayah dirawat, aku melihat ada Pak Joni, yang juga tukang kebun di sekolahku berdiri mondar-mandir dengan wajah yang terlihat gelisah.
Dengan langkah cepat aku menghampiri Pak Joni.
"Ba... bagaimana kondisi ayahku Pak" tanyaku terisak pada pak Joni dengan tubuh gemetar dan napas yang tersengal-sengal.
"Ayahmu masih dalam perawatan, yang sabar ya Tiara. Dokter di dalam masih menangani Ayahmu" jawab Pak Joni.
Aku melangkah mondar-mandir di depan ruangan Ayah dirawat sambil mengatupkan kedua tanganku dan berdoa dalam hati semoga Ayah baik-baik saja. Pak Joni mengelus punggungku dan meyakinkanku bahwa semua akan baik-baik saja.
Tak lama kemudian seorang Dokter keluar dari ruangan Ayahku dirawat dengan wajah lesu. Ia menghampiri Pak Joni dan juga diriku.
"Kondisi pasien sedang kritis saat ini, tapi beliau terus memaksa ingin bertemu dengan anaknya Tiara" kata dokter itu sambil menatap ke arahku dan juga Pak Joni.
Dengan cepat aku melangkah masuk ke dalam ruang rawat, untuk menemui ayah. Tinggal jarak beberapa meter, aku menghentikan langkahku. Ku tatap dalam sosok pria tak berdaya di atas ranjang pasien. Ku atur nafasku dan kulangkahkan kakiku perlahan.
Seketika tubuhku bergetar dan kakiku lemas melihat kondisi Ayah yang lemah tak berdaya. Dengan selang oksigen di hidungnya, alat monitor jantung yang menempel di dadanya dan luka-luka di beberapa bagian tubuhnya, ia terus memanggil-manggil namaku.
"Ti a ra... Ti ara...," Ayah memanggil namaku.
Dengan tubuh bergetar dan air mata yang terus mengalir aku menguatkan langkah kakiku mendekat ke ranjang ayahku.
"Ayah... ini Tiara Yah, Tiara mohon bertahanlah," ucapku lirih menggenggam erat tangannya dengan air mataku yang tak juga berhenti mengalir. Ku kecup punggung tangannya.
"Ayah pasti kuat demi Tiara Ayah, aku mohon bertahanlah jangan tinggalin Tiara sendirian Ayah"
"Ko... tak le ma ri, ba ca lah" dengan suara terbata-bata dan napas yang terputus-putus Ayah mencoba berbicara.
"Apa maksud Ayah? apa Ayah menginginkan kotak yang ada di lemari? Bertahanlah Ayah, aku akan membawa kotak itu kemari nanti, tapi berjanjilah Ayah akan bertahan dan sembuh demi Tiara Ayah" Sahutku dengan terisak dan ku usap lembut wajahnya.
Ayah terus menatapku dengan wajah tersenyum. Dan tiba-tiba terdengar beberapa kali suara tarikan nafas yang terdengar berat. kemudian tak terdengar lagi suara tarikan nafas itu. Diikuti dengan bunyi monitor jantung dan terdapat gambar lurus di dalamnya.
Dokter dan perawat yang masih ada di ruangan kembali memeriksa Ayah. Kemudian Ia menggelengkan kepalanya.
"Maaf, pasien sudah meninggal dunia" ucap dokter itu lirih dengan kepala menunduk.
"Ayah..., Ayah..., Aaaayyyaaahhh...." sambil terisak, dengan sekuat tenaga aku berteriak memanggil Ayah, memeluk dan menggoncang tubuhnya berharap dia kembali bangun dan membalas pelukanku.
"Dek sabar ya" ucap salah satu perawat berusaha memisahkanku dari Ayah.
Aku meronta dan terus berteriak memanggil Ayah. Terdengar langkah kaki kepala sekolah dan Pak Joni mendekat.
"Inalillahi wa inalillahi rojiun" ucap Pak Joni dan juga Kepala Sekolah bersamaan.
Pak Joni mendekat padaku, membantu seorang suster yang mencoba menenangkanku.
Kulihat Kepala sekolah mendekat pada jasad Ayahku, tangannya mengusap wajah Ayah dan mensedekapkan tangan Ayah. Lalu menutupi tubuh Ayah dengan selimut pasien.
"Jangan ditutup!!!, jangan ditutup!! biarin aja sebentar lagi Ayah pasti bangun!!, jangan ditutup!! aku mohon jangan ditutup..., teriakku menangis sambil meronta-ronta dan kakiku menendang orang-orang yang memegangi tubuhku.
"Sabar Tiara, Ayahmu sekarang sudah tidak merasakan sakit lagi. Ikhlaskan Ayahmu biar tenang dan bahagia disana" ucap Pak Joni berusaha menenangkanku.
Seketika duniaku berhenti, dadaku terasa sesak, kepalaku terasa berat, suaraku tersekat dan pandanganku mulai kabur.
Samar-samar kudengar suara Kepala sekolah dan beberapa orang di belakangku yang memanggil namaku, hingga akhirnya kesadaranku perlahan menghilang.
*****
Tak terasa 1 minggu sudah kepergian Ayah, meninggalkanku sendiri. Dan selama itu juga aku selalu mengurung diriku dikamar Ayahku sambil terus memeluk foto Ayah.
Proses pemakaman beserta Tahlilan Ayah semua diurus oleh tetangga dan sahabat Ayah. Tak ketinggalan Kepala Sekolah, guru dan juga beberapa teman sekolah bergantian mengunjungiku.
"Tiara... yang kuat ya Nak kamu harus bangkit, kasihan Ayahmu jika kamu terus mengurung diri seperti ini pasti Ayahmu akan sedih. Yang ikhlas ya Nak dan banyak-banyak berdoa, biar Ayahmu bahagia disana" kata kepala sekolah sambil mengelus punggungku.
Mendengar perkataan Kepala Sekolah, membuatku tersadar bahwa aku tidak boleh terpuruk seperti ini. Aku harus bangkit dan mengejar kembali mimpiku, agar Ayah bahagia melihatku dari sana.
"Terimakasih Pak karena selama ini bapak selalu perduli pada saya dan ayah saya", ucapku kepada Kepala Sekolah sambil terisak.
"Aku akan berusaha mengikhlaskan kepergian Ayah dan mulai menata hidupku kembali" ucapku.
Aku mengingat pesan Ayah tentang sebuah kotak yang ada di lemari Ayah.
Kukeluarkan kotak hitam yang ada di lemari ayah, kubawa keatas tempat tidur. Aku duduk di pinggiran tempat tidur itu dan perlahan kubuka kotak itu.
tbc.
Wah kira-kira apa isi kotak itu ya, buat kalian yang penasaran ikuti terus kelanjutannya ya!!
Mohon maaf jika masih banyak typo bertebaran dan mohon kritik serta sarannya juga,ya.
Jangan lupa like, komentar dan vote buat semangat terimakasih. 🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 283 Episodes
Comments
Ratu Kalinyamat
ok next author
2023-11-12
0
GZone Reborn
isi kotak : pinjam dulu seratus
2023-10-20
1
Marsaleni Leni
kangen bapak,😭😭alfateha bwt bpk
2022-03-06
0