Dimas mengendarai mobilnya menuju Rumah yang terlihat mewah dan Luas. Pintu gerbang terbuka secara otomatis begitu mobilnya berada di depan gerbang.
Mobil Dimas kemudian berhenti di depan pintu utama dan tampak seorang pria mendekat ke arah mobil. Dengan segera ia membuka pintu mobil untuk Dimas.
Dimas keluar dari mobil itu, dan segera masuk ke dalam tanpa menoleh. Sedangkan pria yang membukakan pintu mobil untuk Dimas tadi, segera masuk ke dalam mobil Dimas. Dan memarkirkan mobil itu ke garasi yang terlihat luas dengan berbagai mobil mewah berjejer rapi di dalamnya.
Dimas melangkahkan kakinya ke lantai dua, tapi tiba-tiba pria paruh baya menghadang langkahnya.
"Ikuti Papa ke ruang kerja, Ada yang ingin Papa bahas denganmu"
"Maaf Dimas capek Pa, ingin istirahat dulu" Dimas berlalu pergi mengabaikan Papa Teo yang sedari tadi menunggunya.
Ya orang itu adalah Papa kandung Dimas. Sejak tadi Pria paruh baya itu menantikan kedatangan anaknya karena sebelumnya orang kepercayaannya memberitahukannya perihal kepulangan anaknya.
"Dimas Papa tunggu 2 jam lagi di ruang kerja, jika kau tak muncul juga, maka jangan salahkan Papa jika menyeretmu dari kamar" Papa Teo berteriak ke arah Dimas yang berjalan mengabaikan keberadaan pria paruh baya itu.
Setelah Dimas membersihkan tubuhnya dan istirahat sebentar akhirnya ia pergi ke ruang kerja menemui Papa Teo.
"Ada apa Pa" ucap Dimas santai lalu duduk di sofa berhadapan dengan Papa Teo.
"Apa maksudmu dengan memenjarakan sepupumu itu" Teriak Papa Teo
"Saya hanya berusaha membersihkan perusahaan dari hama pengganggu" Ucap Dimas datar.
"Apa kau sadar dengan ucapanmu, Ia adalah sepupumu dan kau dengan seenak jidat mu memenjarakannya. Bahkan kau menyuruh Aryo untuk menahanku apa kau pikir tindakanmu itu keren" Papa Teo meninggikan suaranya.
"Saya hanya melakukan apa yang harus dilakukan. Dan jangan lupa anda telah menyerahkan perusahaan ini sepenuhnya ke tangan saya. Jadi apapun tindakan saya Anda sebaiknya tidak perlu ikut campur" Dimas berlalu pergi meninggalkan ruangan itu ia sama sekali tak memperdulikan ucapan Papa Teo.
"Dimas" teriak Papa Teo.
Dimas pun menghentikan langkah kakinya tanpa menoleh ke arah Papa Teo.
"Berhentilah menggangguku Pa"
"Kalau kau tidak ingin di ganggu, maka segera beri aku cucu" ucap Papa Teo menggebu-gebu.
Dimas menghiraukan ucapan Papa Teo, dengan segera ia melangkahkan kakinya keluar ruangan itu.
**********
Hari telah menjelang pagi, cahaya matahari menelusup masuk lewat celah-celah jendela.
Di sebuah ruangan di rumah sakit, tampak Tiara sedang berbincang-bincang dengan seorang suster sesekali ia tertawa bersama suster itu.
Suster itu adalah suster Ana, orang yang di sewa Dimas untuk menemani Tiara.
"Suster Ana apakah kau sudah memiliki kekasih" tanya Tiara tiba-tiba.
"Belum Nona, ada apa nona bertanya seperti itu"
"Tidak Sus, tidak ada apa-apa hanya ingin bertanya saja" Tiara tersenyum menatap Suter itu.
"Apakah Anda bosan nona, kalau bosan saya bisa mengajak anda berjalan- jalan ke taman belakang rumah sakit ini."
"Apakah boleh?" tanya Tiara dengan wajah berbinar-binar.
"Tentu saja, saya akan mengambil kursi roda dulu Nona"
"Tidak Sus, saya tidak ingin menggunakan kursi roda. Saya masih bisa berjalan" Tolak Tiara.
"Baiklah, Ayo" Suster pun menuntun Tiara ke taman belakang rumah sakit.
"Tak lama setelah itu, Dimas datang menjenguk Tiara. Ia bingung mendapati kamar yang kosong, akhirnya ia menanyakan keberadaan Tiara pada suster jaga.
Sementara itu, Tiara yang berada di taman belakang duduk di kursi taman itu. Ia memperhatikan orang-orang yang bercengkrama bersama keluarganya.
Melihat itu semua mengingatkan Tiara pada Ayahnya. Tak terasa air matanya mengalir begitu saja, dan dengan cepat ia menghapusnya.
Dimas memperhatikan Tiara dari kejauhan, ia melihat wajah sedih wanita itu dan kemana arah Pandangannya.
"Apa kau merindukan keluargamu" Batin Dimas.
Dimas mendekat ke arah Tiara, Suster yang mengetahui kehadirannya ingin menyapa. Tapi Dimas memberi kode agar suster itu diam dan pergi dari situ. Akhirnya suster itu meninggalkan Tiara, dan Dimas secara perlahan duduk di sebelah Tiara.
Tiara yang asyik memperhatikan orang-orang tidak menyadari kehadiran Dimas.
"Apa kau merindukan keluargamu" Tanya Dimas memecahkan keheningan.
"Kau" ucap Tiara terkejut.
Dimas tersenyum menatap Tiara.
"Tidak, aku hanya bosan saja berada disini." ucap Tiara berbohong.
"Kalau kau bosan, kita bisa pulang hari ini" usul Dimas.
"Pulang, kemana?" seketika Tiara bingung.
"Tentu saja kerumahku, memangnya kau ingin kembali ke tempat itu" tanya Dimas.
"Tidak, aku tidak ingin berada disana" Tiara menggeleng dengan cepat.
"Tapi Tuan, bisakah anda mengantarkanku ke sana. Saya ingin mengambil barang-barang saya" tanya Tiara.
"Kau tidak perlu mengambil barang-barangmu aku akan membelikan yang baru."
"Tidak Tuan saya tetap harus mengambilnya, karena disana juga terdapat surat-surat penting."
"Baiklah Saya akan menyuruh anak buah saya, untuk mengambilnya. Kamu tenang saja."
"Terimakasih," ucap Tiara tersenyum.
"Matahari sudah mulai meninggi, Ayo kita kembali ke ruanganmu" Tanpa aba-aba Dimas menggendong Tiara.
"Tuan, tolong turunkan aku" Tiara terkejut dengan perlakuan Dimas yang tiba-tiba.
"Diamlah, kau akan terjatuh nanti" ucap Dimas lembut lalu berlalu dari sana dengan menggendong Tiara ala bridal style.
Tiara yang terlihat malu dengan tatapan orang-orang menyembunyikan wajahnya di dada Dimas. Dimas terkekeh geli melihat rona malu di wajah Tiara.
Sesampainya di ruangan Dimas menaruh Tiara di atas kasur Dangan hati-hati. Ia kemudian menghubungi suster untuk mengurus kepulangan Tiara. Tak lupa Dimas juga menghubungi anak buahnya untuk mengambil barang-barang milik Tiara.
"Tuan, apa tidak apa-apa anda membawa saya ke rumah anda, bagaimana nanti kalau orang tua dan keluarga anda tidak menyukai kehadiran saya" tanya Tiara khawatir.
"Kau jangan khawatir saya punya apartemen, kita bisa tinggal disana."
"Kita?" tanya Tiara.
"Iya, kita" ucap Dimas.
"Tapi Tuan..., apa tidak sebaiknya saya cari kontrakan kecil sendiri saja. Saya janji kapanpun Tuan membutuhkan saya, saya akan menemui Tuan" usul Tiara.
"Tidak, aku tidak mengijinkanmu tinggal jauh dariku" Kekeh Dimas
"Tapi Tuan, kita belum menikah bagaimana mungkin kita tinggal bersama?"
"Dengar Tiara kita bukan hanya akan tinggal bersama, tapi juga sekamar. Karena mulai saat ini kamu adalah wanitaku. Lagipula apartemenku hanya memiliki satu kamar saja.
"Saya bisa tidur di sofa tuan atau di dapur juga tidak masal..."
"Aku tidak memberimu pilihan apapun, atau kau lebih senang kembali ke tempat itu" ancam Dimas.
Tiara menggelengkan kepalanya, tanpa terasa air matanya menetes begitu saja. Aryo yang melihat perubahan raut wajah Tiara dan air mata Tiara. Akhirnya kembali melunak.
"Jangan khawatir, aku tidak akan melakukannya jika kau tidak menginginkannya" Dimas menghapus Air mata Tiara lalu merengkuhnya ke dalam pelukannya.
"Baiklah, kita pulang sekarang ya" Dimas melepaskan pelukannya dan mencium kening Tiara lembut.
***********
Sementara itu di tempat lain, Nyonya Anggi dan Tuan Bagas sedang duduk di sofa di ruang kerja Nyonya Anggi. Tak lama terdengar ketukan pintu.
Tok tok tok
"Masuk" ucap Nyonya Anggi.
Maya pun melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan.
"Ada apa?" tanya Nyonya Anggi.
"Begini Nyonya anak buah Tuan Dimas datang kemari ingin mengambil barang Tiara."
"Lalu kenapa kamu datang kesini, ambil saja barangnya di kamar Tiara" ujar Nyonya Anggi.
"Maaf Nyonya, semua barang yang ada di kamar Tiara sudah saya berikan. Tapi katanya masih ada tas kecil yang tertinggal dan itu Nyonya yang menyimpannya." Ucap Maya.
"Oh ya, saya hampir lupa hal itu" Nyonya Anggi lalu membuka salah satu lacinya dan mengeluarkan tas itu untuk di berikan pada Maya.
Tapi sebelum tas itu sampai di tangan Maya, dengan cepat Tuan Bagas mengambilnya.
"Bagas apa yang kau lakukan" teriak Nyonya Anggi marah.
"Aku hanya ingin melihatnya saja" Tuan Bagas membuka tas itu dan menumpahkan isinya ke atas meja.
Terdapat 2 buku tabungan, satu kotak kecil perhiasan, dompet, dan peralatan makeup dalam bentuk kotak kecil.
"Itu hanya tas gadis miskin saja, apa yang akan kau dapatkan dari memeriksa itu?" ucap Nyonya Anggi meremehkan.
Mata Tuan Bagas tertuju pada kotak perhiasan. Ia meraih kotak itu dan membukanya.
Seketika ia terkejut mendapati satu buah kalung yang terlihat begitu familiar baginya.
Dengan cepat ia mengambil Handphone nya lalu membuka menu galeri. Mencocokkan gambar kalung yang ada di galeri handphone nya dengan kalung yang ada di hadapannya.
Seketika matanya berbinar melihat kecocokan kalung itu.
TBC
terimakasih sudah membaca dan jangan lupa like ya terimakasih 🤗😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 283 Episodes
Comments
Suzana Diro
sibuk aje nak tahu barang orang lain nama perompak kebahagian orang
2021-12-02
0
Sari N
misteri dimulai...
2021-04-15
1
Jojo Qasyih Azlan
lanjutttt...semngat thiorr
apa kah bagas org yg tiara cari 🤔🤔🤔🤔
2021-04-04
1