Nyonya gina menerima buah tangan adel. Lalu ia meminta kelyn untuk mengantarkan adel ke kamar arya.
"Kelyn, anterin kak adel ke kakamar kak arya". Perintah nyonya gina.
"Siap mah, ayo kak". Kata kelyn.
"Adel permisi dulu tante". Pamit adel yang di anggukin kepala oleh nyonya gina.
Adel mengikuti langkah kelyn menuju kamar arya, setiap perjalanan adel selalu melihat sekitar. Sungguh rumah yang indah. Begitulah kira-kira batin adel.
Sedangkan di kamarnya arya sedang mengotak atik ponselnya. Meskipun ia sebenarnya merasa sangat pusing.
"Ini si kelyn mana sih lama amat, tidak tahu apa kakaknya sudah kelaparan". Gerutu arya.
Tak selang berapa lama pintu kamar arya di ketuk. Arya tahu itu pasti kelyn dan adel. Lalu ia buru meletakkan ponselnya dan membenarkan posisi duduknya. Pintu kamar arya terbuka. Benar dugaan arya bahwa yang datang kelyn dan adel.
"Kak ini kak adel mau jenguk kakak". Kata kelyn.
"Kak adel masuklah, kelyn mau ke kamar dulu". Lanjutnya. Adel hanya mengangguk.
"Oh iya kelyn". Kata adel.
"Ya kak, kak adel butuh sesuatu?". Tanya kelyn.
"Tidak, kakak hanya berpesan pintunya tidak usah di tutup". Kata adel.
"Oke kak". Kata kelyn lalu pergi.
"Bagaimana ke adaan tuan arya?". Tanya adel saat sudah berdiri di samping ranjang arya.
"Seperti yang kamu lihat". Jawab arya.
Adel melihat sekeliling kamar arya. Arya yang melihatnya pun menggreyitkan dahinya.
"Ngapain dia merhatiin setiap sudut kamar ini, apa persiapan jika nanti sudah nikah. Biar tidak tersesat". Batin arya.
Tapi tebakan arya salah. Adel sebenarnya memperhatikan mangkuk yang ada di meja yang ada di kamar arya. Adel menghampiri meja tersebut.
Saat sudah dekat terlihat makanan di dalam mangkuk itu masih utuh. Dan obatnya juga masih ada.
"Tuan belum makan?". Tanya adel. Dan arya hanya menggelengkan kepalanya.
"Bubur ini sudah dingin, jika di berikan kepada tuan arya juga percuma". Pikir adel.
"Buburnya sudah dingin, biar adel hangatkan dulu ya". Kata adel lembut.
"Aku tidak suka bubur del". Kata arya lirih.
Lalu adel menghampiri arya dan duduk di tepi ranjang arya.
"Jika tuan tidak makan tuan tidak akan sembuh. Tuan makan ya. Tuan mau apa biar adel buatkan". Kata adel.
"Aku ingin kamu". Guman arya pelan yang masih di dengar adel samar-samar.
"Tuan mengatakan sesuatu?". Tanya adel.
"Tidak, sudahlah aku tidak ingin makan". Kata arya.
"Keras kepala sekali dia". Batin adel.
Lalu adel berinisyatif membuatkan bubur baru untuk arya. Siapa tahu jika buburnya baru arya mau makan.
"Tuan tunggu sebentar iya, adel ke bawah dulu". Kata adel lalu keluar kamar arya.
"Mau apa dia". Guman arya.
Kelyn yang dari tadi mengintip dari luar pintu melihat adel keluar langsung masuk ke kamar arya.
"Kakak kenapa tidak mau makan sih?". Tanya kelyn.
"Dia tidak peka, kakak kan maunya di suapin". Kata arya.
"Hahaha, sejak kapan kakak ku yang dingin dan datar jadi bucin". Kata kelyn tertawa.
Sedangkan adel yang berniat ke dapur tidak tahu jalan ke dapur.
"Dimana sih letak dapurnya? Gue udah muter-muter dari tadi tidak ketemu". Gerutu adel.
"Nona sedang apa?". Tanya pelayan yang melihat adel.
"Haduh mbak, ngagetin aja. Adel mau ke dapur tapi tidak tau di mana dapurnya". Kata adel.
"Nona mau saya antarkan?". Tanya pelayan tersebut.
"Boleh mbak". Jawab adel.
Lalu pelayan itu mengantarkan adel ke dapur, sesampainya di dapur adel di buat takjub. Dapurnya sangat luas, bersih, dan juga peralatannya lengkap. Ada beberapa koki juga di sana.
"Ini nona dapurnya". Kata pelayan tersebut.
"Terima kasih mbak". Kata adel.
Lalu pelayan itu pergi untuk melanjutkan pekerjaannya. Kemudian adel di samperin oleh pelayan yang membukakan pintu tadi. Mungkin dia kepala pelayan di sini. Begitu pikir adel.
"Nona butuh sesuatu?". Tanya kepala pelayan tersebut.
"Adel ingin membuat bubur untuk tuan arya bi". Kata adel.
"Biar koki saja yang membuatnya nona". Kata kepala pelayan tersebut.
"Ah tidak perlu bi, adel ingin adel yang buat". Kata adel.
"Tapi nona nanti tuan arya marah, jika kami mengizinkan nona masak". Kata kepala pelayan tersebut.
"Tuan arya tidak akan marah bia, boleh ya". Kata adel.
"Baiklah jika nona memaksa". Kata kepala pelayan itu pasrah.
Lalu adel mulai menyiapkan bahan untuk membuat bubur. Dengan cekatan adel membuatkan bubur untuk arya. Nyonya gina yang ingin mengambil minum mencium aroma masakan yang enak pun melihat ke dapur.
"Loh adel, kamu sedang apa?". Tanya nyonya gina saat sudah sampai di dapur.
Semua pelayan yang mendengar suara majikannya pun menunduk hormat.
"Eh tante, ini lagi buat bubur untuk tuan arya tante". Jawab adel.
"Kan ada koki, kenapa tidak minta koki saja yang buatkan". Kata nyonya gina.
"Tidak apa tante, adel sudah biasa lakuin apa-apa sendiri kok". Kata adel lalu menuangkan bubur itu ke mangkuk.
"Em begitu, ya sudah kamu anterin buburnya saja. Biar nanti pelayan yang beresin dapurnya". Kata nyonya gina.
"Baiklah tante". Kata adel lalu melepas celemeknya. Dan membawa nampan yang berisi bubur itu ke kamar arya. Tidak lupa ia meminta obat baru yang harus di minum arya.
Nyonya gina tersenyum melihat tingkah adel yang menurutnya sangat mandiri. Dan juga tidak membeda bedakan derajat.
Sesampainya di kamar arya, adel tidak melihat kelyn karena ia sudah keluar dari tadi. Adel meletakan nampan tersebut di atas nakas samping ranjang arya.
"Tuan makan dulu ya adel suapin, ini bubur adel yang masak loh". Kata adel.
"Kamu yang masak? Yakin bisa di makan?". Tanya arya.
"Jika tidak mau ya udah adel pulang". Kata adel.
"Eh baiklah saya akan makan, tapi suapin". Kata arya.
Adel hanya mengangguk lalu mulai menyupin arya dengan telaten.
"Dulu tuan yang menyuapi adel sekarang adel yang suapin tuan jadi kita impas". Kata adel.
Tanpa mereka sadari di pintu kamar arya 3 pasang mata memperhatikan mereka. Siapa lagi jika buka nyonya gina, tuan addi, dan kelyn. Tuan addi baru saja kembali dari luar. Karena arya tidak berangkat dia yang mengahndle meeting hari ini bersama andra.
"Bukannya dia adel, sekertaris arya di kantor?". Tanya tuan addi.
"Papah benar sekali". Kata kyla.
"Dan asal papah tau, di wanita yang mamah ceritain waktu itu. Yang nolongin mamah". Kata mamah gina.
"Benarkah?". Taya tuan addi yang di anggukin nyonya gina.
"Setau papah emang dia wanita baik, semoga mereka berjodoh". Kata tuan addi.
"Iya pah mamah juga berharap begitu". Kata nyonya gina.
Lalu mereka pergi dari tempat itu sebelum arya dan adel menyadarinya. Sedangkan di kamar arya sudah selesai makan dan minum obat.
"Sekarang tuan istirahat biar cepat sembuh". Kata adel.
"Del boleh saya minta sesuatu?". Tanya arya dengan wajah serius.
"Apa tuan?". Tanya adel.
"Jangan pernah tinggalin saya". Kata arya dengan menatap mata adel. Adel mencoba mencari kebohongan di mata arya tapi tidak menemukannya.
Untuk beberapa saat tatapan mereka terkunci. Jantung adel berdetak sangat cepat. Kemudian adel memalingkan pandangannya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments