Setelah sampai di ruangannya adel mendapat panggilan dari arya untuk membawakan berkas yang harus arya periksa dan tanda tangani. Adel yang masih meras takut merasa ragu untuk masuk ke dalam ruangan arya. Tapi setelah mengumpulkan keberaniaan ia mencoba untuk mengetuk pintu.
Tok...tok...tok...
"Masuk". Perintah suara dari dalam.
Ceklek.
Saat adel melangkahkan kakinya masuk yang terlihat adalah arya yang sedang melihat ke arah komputernya. Cukup lama adel berdiri dan melamun di ambang pintu. Hingga sebuah suara membuyarkan lamunannya.
"Saya memanggil kamu itu untuk membawakan laporan yang harus saya periksa, bukan untuk melamun di ruangan saya". Kata arya dingin.
"Tampan sih tapi kek kutup utara". Batin adel.
"Maaf tuan, ini laporan yang anda minta". Kata adel mendekat lalu memberikan map yang dia bawa.
"Letakan saja di meja". Kata arya yang tetap fokus pada kompurnya.
Lalu adel meletakkan map itu di meja arya.
"Jika sudah tidak ada yang tuan butuhkan saya permisi". Pamit adel.
"Hm". Kata arya berdehem.
Baru saja adel melangkah suara arya menghentikannya.
"Tunggu". Kata arya.
"Apa sih maunya ni orang". Guman adel pelan dengan membuang nafasnya.
"Iya tuan ada yang anda butuhkan?". Tanya adel berusaha sesopan mungkin.
"Buatkan saya teh". Perintah arya.
"Tapi tuan di sini kan banyak OB, kenapa anda tidak meminta saja kepada OB". Kata adel.
"Kamu menentang perintah saya". Kata arya dengan suara mulai meninggi.
"Bukan begitu maksut saya tuan, tapi...". Ucapan adel terpotong.
"Tidak ada tapi-tapian kamu buatkan saya teh atau kamu saya pecat". Perintah arya.
Adel hanya bisa mengela nafas.
"Baiklah tuan, saya permisi dulu". Pamit adel lalu berbalik akan keluar. Tapi lagi-lagi suara arya menghentikannya.
"Tunggu". Kata arya.
"Iya tuan". Kata adel.
"Jangan lupa tutup kembali pintunya". Kata arya.
Adel benar-benar merasa kesal dengan arya, belum juga ada sehari ia memimpin tapi adel benar-benar di buat naik darah.
"Baik tuan, apa ada lagi?". Tanya adel berusaha selembut mungkin.
"Tidak, pergilah". Kata arya dengan wajah tanpa berdosanya.
Adel keluar dari ruangan arya dengan perasaan kesal, ia sampai menghentakkan kakinya karena itu. Arya yang melihat tingkah adel hanya tersenyum tipis.
Adel pergi ke patry untuk membuatkan teh untuk arya, sepanjang perjalanan tak henti-hentinya ia menyumpah serapahi arya.
"Dasar bos dingin, datar, dan menyebalkan". Gerutu adel.
"Gue itu sekertarisnya, tapi dia menyuruh gue buat minuman seperti OB". Gumannya.
"Dasar kutup utara". Kata adel
Sepanjang jalan adel terus saja mengomel hingga ia tidak menyadar ia berpapasan dengan andra. Andra yang mendengar sumpah serapah dari adel untuk arya merasa heran.
"Ada apa dengan tuh cewek". Guman andra bertanya-tanya.
Andra pun kembali melanjutkan jalannya menuju ruangan arya. Sedangkan adel saat ini sedang berada di patry. Dengan tetap mengomel ia membuat teh untuk arya. Saat sedang asik dengan dunianya ia di kagetkan dengan kehadiran lisa.
"Udah disini aja lo". Kata lisa.
"Astaga lisa lo ngagetin aja". Kata adel terkejut.
"Haha, sorry. Tumben lo minum teh biasanya juga air putih doang". Kata lisa.
"Bukan untuk gue, tapi untuk si kutup biar mencair". Kata adel asal.
"Si kutup?". Tanya lisa bingung. Yang hanya di balas deheman oleh adel.
"Maksut lo pak arya?". Tanya lisa sambil tertawa kecil.
"Iya siapa lagi". Jawab adel.
"Sialan lo del, bos tampan dan berkarisma seperti itu lo namai kutup, tapi iya sih dia dingin seperti kutup". Kata lisa.
"Tuh tau, udah lah gue mau memberikan ini dulu, bye". Pamit adel lalu pergi.
Lisa hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah adel. Bagi lisa setelah lama adel bekerja di tempat itu baru kali ini lisa melihat adel kesal seperti itu. Adel dan lisa memang lebih suka membuat minuman sendiri dari pada menyuruh OB.
Adel yang sudah sampai di depan ruangan arya pun mengetuk pintunya, setelah suara dari dalam menyuruhnya masuk ia lalu masuk.
"Ini tuan teh yang anda minta". Kata adel lalu meletakkan minuman itu di meja arya.
Andra yang melihat itu pun mengreyitkan dahinya. Pasalnya arya tidak terlalu menyukai teh.
"Tapi nona tuan arya kan...". Ucapan andra terpotong saat melihat arya memberinya isyarat untuk diam.
Arya mengambil gelas yang berisi teh itu dan mulai meminumnya. Adel yang melihat ekspresi arya biasa-biasa aja menjadi khawatir jika teh yang dia buat kurang enak.
"Enak". Batin arya.
"Bagaimana tuan?". Tanya adel dengan perasaan cemas.
"Biasa aja". Jawab arya.
"Tiap hari kamu harus buatkan saya teh seperti ini, kamu mengerti". Kata arya.
"Katanya biasa aja, tapi di suruh buatin tiap hari, dasar bos aneh". Batin adel.
"Bagaiman?". Tanya arya membuyarkan lamunan adel.
"Em saya mengerti tuan, jika sudah tidak ada lagi yang anda butuhkan saya permisi tuan". Pamit adel dan arya mengangguk.
Setelah itu adel keluar dari ruangan arya, dia langsung duduk di bangkunya dan menyandarkan kepalanya. Dia berpikir baru nekerja dengan arya beberapa jam saja dia sudah merasa lelah menghadap i sikap arya. Apalaagi berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun.
Adel menggeleng-gelengkan kepalanya memikirkan hal itu. Setelah puaa berperang dengan pikirannya adel pun mengerjakan pekerjaan yang sangan menumpuk. Saking seriusnya adel dalam mengerjakan pekerjaannya ia sampai tidak sadar jika sudah waktunya makan siang.
Hingga perutnya merasa lapar, dan dia melihat jam tangannya ternyata udah hampir selesai jam makan siang. Ia buru-buru membereskan pekerjaannya lalu pergi ke kantin kantor untuk makan siang.
Setelah makan siang adel kembali ke ruangannya, dan kembali berkutat dengan tumpukan berkas. Hingga tak terasa hari sudah sore dan waktunya pulang, tapi bosnya belum pulang masak iya dia pulang duluan. Jadi adel putuskan untuk menunggu arya pulang.
"Kamu belum pulang?". Tanya arya saat keluar dari ruangannya.
"Belum tuan, karena saya pikir tuan belum pulang, jadi saya putuskan untuk menunggu tuan". Jawab adel.
Arya hanya ber oh ria. Lalu pergi menuju lift.
"Mari nona". Ajak andra. Dan adel hanya mengangguk lalu mengikuti langkah andra.
Di dalam lift tidak ada yang berbicara, hanya keheningan yang ada.
"Suasana macam apa ini, menegangkan sekali". Batin adel dengan sesekali melirik arya.
"Saya tau saya tampan, jadi tidak usah curi-curi pandang seperti itu". Kata arya dengan bangganya.
"PeDe sekali dia". Guman adel pelan sambil memutar bolah matanya malas.
Meskipun adel berguman dengan pelan tapi andra masih bisa mendengarnya. Andra hanya bisa tersenyum tipis pasalnya baru kali ini ada cewek yang tak tertarik dengan tuannya. Biasanya cewek-cewek di luar sana jika melihat arya langsung histeris. Tapi ini biasa-biasa aja. Sungguh berbeda dari yang lain batin andra.
Setelah lift terbuka arya dan andra langsung menuju mobil mereka, sedangkan adel menuju motornya. Setelah itu mereka pergi meninggalkan area kantor untuk pulang ke rumah masing-masing.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments