BAB 8

"Benar kan flo yang gue bilang, dia pasti akan kesal jika tahu lo belum kembali". Kata lia.

"Jadi lo sudah tau?". Tanya adel pada lia dan diangguki kepala oleh lia.

"Ini bukan salah lia, memang kemarin gue berencana akan kembali ke itali. Tapi kakak gue bilang mau kenalin gue sama seseorang, jadi gue batalin lah, masalah lia tahu. Itu baru tadi siang saat akan makan siang. Gue udah hubungi lo tapi tidak lo angkat". Kata flora panjang lebar.

"Ya sorry gue sibuk banget hari ini, tadi aja pegang hp karena ada pesan dari lia". Kata adel.

"Udah, lebih baik kita makan sekarang, keburu habis waktu istirahat". Kata lia.

Lalu mereka makan dengan di selingi canda tawa. Saat sedang asik berbincang tiba-tiba ponsel adel berdering. Adel pun melihat siapa yang menelfon.

@Kak_Jihan calling...

"Siapa?". Tanya flora.

"Kak jihan". Jaqab adel lalu mengangkat telfonnya.

"Hallo kak". Kata adel saat panggilan sudah tersambung.

"..................".

"Tidak, adel sedang makan sian, memang ada apa kak?". Tanya adel.

".................".

"Baiklah, adel ke sana sekarang". Kata adel lalu mematikan telfonnya

"Ada apa?". Tanya lia.

"Mamah tidak mau makan siang, gue harus ke sana sekarang, tapi 10 menit lagi jam makan siang selesai". Jawab adel.

"Udah lo pergi saja, nyokap lo lebih penting. Nanti biar gue izinin ke bos". Kata lia.

"Benar del yang di katakan si lia, gue akan anterin lo kesana". Kata flora.

"Em baiklah, maaf merepotkan kalian". Kata adel.

"Sans aja kali". Jawab flora dan lia serempak.

Setelah membayar mereka pun meninggalkan cafe tersebut. Lia kembali ke kantor, sedangkan adel dan flora menemui mamah dena.

Sesampainya di lobi lia melihat arya dan andra yang baru saja kembali dari makan siangnya.

"Tuan arya". Panggil lia.

Arya yang merasan namanya di panggil pun menoleh. Ia mengreyitkan dahinya melihat lia berdiri di depannya. Andra yang mengerti kebingungan arya pun membisikkan sesuatu.

"Dia teman nona adel tuan". Begitulah kira-kira hal yang di bisikkan oleh andra.

"Maaf tuan jika saya lancang, saya hanya ingin menyampaikan bahwa adel izin pulang cepat karena mamahnya sedang sakit". Kata lia.

Sedangkan di sana karyawan yang mendengar perkataan lia mulai berbisik-bisik.

"Baru juga masuk kerja sudah izin pulang cepat saja".

"Dia kira ini perusahaan nenek moyangnya apa".

"Kalau aku jadi tuan arya sudah ku pecat dia".

Kira-kira begitulah bisik-bisik para karyawan. Lia ingin sekali marah mendengar itu semua tapi di depannya masih ada arya. Tanpa merespon perkataan lia. Arya pergi dari tempat itu menuju ruangannya. Lia yang melihat arya pergi tanpa sepatah kata pun menjagi khawatir.

"Semoga saja tuan arya tidak menuruti perkataan para karyawan tadi". Guman lia lalu pergi ke ruangannya.

Sedangkan di sisi lain adel dan flora baru saja sampai di butik mamahnya. Adel langsung berlari masuk meninggalkan flora. Adel terkejut melihat mamahnya tidak sadarkan diri.

"Kak jihan ada apa dengan mamah?". Tanya adel saat sudah di dekat mamahnya.

"Kita juga tidak tahu del, tadi nyonya dena tidak mau makan, terus kakak tinggal telfon kamu, saat kakak kembali dari menelfonmu nyonya dena sudah tidak sadarkan diri". Jawab jihan.

"Mah bangun mah, adel hanya punya mamah. Pliiisss jangan tinggalin adel mah". Kata adel mulai menangis.

"Del kita bawa tante dena ke rumah sakit aja sekarang". Kata flora. Adel hanya menganggukkan kepalanya.

"Tolong bantu angkat nyonya dena ke mobil saya". Kata flora.

Lalu para pegawai laki-laki membantu mengangkat mamah dena ke mobil.

"Kak adel titip butik ya". Kata adel.

"Iya kamu tenang saja". Kata jihan.

Lalu adel dan flora bergegas ke rumah sakit. Sepanjang perjalanan adel tak henti-hentinya menangis.

"Lo yang kuat del, tante dena pasti baik-baik saja kok". Kata flora menenangkan adel.

"Gue takut flo, gue takut mamah ninggalin gue seperti papah". Kata adel.

Flora tidak bisa menjawab perkataan adel. Dia sendiri sudah merasakan bagaimana sedihnya kehilangan kedua orang tuannya. Masih untung dia memiliki sang kakak, walau kakaknya memiliki sifat kurang baik setidaknya dia masih punya saudara. Tapi adel, hanya mamahnya yang saat ini dia punya.

Mereka pun sampai di rumah sakit. Dokter langaung membawa nyonya dena ke ruang UGD. Adel dan flora menunggu di luar UGD dengan perasaan cemas. Adel hanya bisa menangis, flora yang melihat adel seperti itu pun tidak tega. Ia lalu memeluk adel untuk menguatkannya.

Sedangkan di perusahaan arya terlihat sedang memikirkan sesuatu. Andra yang melihatnya pun tidak tahu harus berbuat apa.

"Andra". Panggil arya.

"Iya tuan". Kata andra.

"Cari tahu tentang cewek bar-bar itu". Perintah arya.

"Tumben tuan menyuruhku mencari tahu tentang cewek". Batin andra.

"Apa kamu mendengarkan saya andra". Tanya arya.

"Em, baik tuan saya akan melakukannya, saya permisi dulu tuan". Pamit andra yang di angguki arya.

Kembali ke rumah sakit.

Dokter yang memeriksa keadaan nyonya dena dena tak kunjung keluar. Adel semakin merasa cemas.

Ceklek.

Pintu ruang UGD terbuka.

"Keluarga pasien". Tanya sang dokter.

"Saya dok, saya putrinya". Kata adel.

"Saat ini keadaan nyonya dena sedang kritis". Kata dokter.

"Kritis dok? Sebenarnya mamah saya sakit apa dok, karena setahu saya mamah hanya sakit biasa". Kata adel.

"Nyonya dena sakit kangker otak setadium akhir". Kata dokter.

Bagaikan di sambar petir di siang bolong adel mendengan penuturan dokter, kenapa ia tidak tahu mamahnya sedang sakit parah.

"Kangker? Apa masih bisa di sembuhkan dok?". Tanya flora.

"Kemungkinan masih ada nona, jika nyonya adel melakukan operasi dan melakukan kemoterapi, tapi untuk melakukan operasi resikonya sangat besar". Kata dokter.

"Makasih dokter". Kata flora.

Lalu dokter tersebut pergi, flora menenangkan adel yang sudah menangis histeris. Setelah nyonya dena di pindahkan ke ruang rawat flora mengajak adel menjenguk mamahnya. Flora meminta pihak rumah sakit untuk memindahkan ke ruang vip, dan semua biaya akan di tanggung flora.

Setelah membuka ruangan tersebut tangis adel kembali pecah melihat mamahnya terbaring lemah dengan beberapa alat medis.

"Mah, kenapa mamah tidak bilang jika mamah sedang sakit keras". Kata adel setelah duduk di samping mamahnya.

Sedangkan flora memilih keluar untuk mengabari lia.

"Mamah harus sembuh demi adel, hanya mamah yang saat ini adel punya". Kata adel.

"Salah apa adel di masa lalu hingga takdir menghukum adel seperti ini mah?". Kata adel.

"Mamah harus sembuh". Lanjutnya.

Flora merasa sedih melihat sahabatnya itu, ia memutuskan untuk menunggu adel di depan ruangan nyonya dena. Dia tidak ingin adel melihatnya menangis, karena itu akan membuat adel semakin terpuruk.

"Nih". Kata seorang pria memberikan sapu tangan kepada flora.

Flora mendongakkan kepalanya, melihat seorang dokter muda yang tampan, tersenyum kepadanya.

"Terima kasih". Kata flora menerima sapu tangan laki-laki tersebut.

"Boleh saya duduk?" Tanyanya lalu flora mengangguk.

Bersambung.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!