"Apa tujuanmu?" tanya Duke tegas
Shin terdiam sejenak dalam pertanyaan Duke, melihat sang Duke yang duduk di kursi dengan sikap waspada, Shin tenggelam dalam pikirannya,
Sambil terus menahan pedang yang siap menyerang di leher Albert, Shin terus berfikir untuk menjawab Duke, namun alasan apa yang harus dia berikan.
"...."
Duke yang waspada terus mengetukkan jari di gagang kursi tempat dia duduk karena menunggu Shin yang sedari terdiam tak memberinya jawaban.
Shin ingin berkata jujur pada Duke, tentang dimana dia berasal atau apa yang terjadi padanya, tapi rasa percaya Shin pada Duke tak setinggi itu,
Hal itu membuat Shin ragu, di sisi lain, Shin juga sama sekali tak mengerti tentang dunia Sagart! jika Shin sembarangan bicara maka dia akan lebih susah bergerak,
Fakta bahwa dia orang dari dunia lain sudah pasti akan membuat dunia memburunya dengan alasan alasan mereka.
"Apakah kamu mata mata kerajaan? atau musuh dari kerajaan lain?" tanya sang Duke kembali
Melihat kekuatan Shin yang bisa mengalahkan Albert, Duke berfikir Shin adalah mata mata yang dikirim raja untuknya atau seorang budak kerajaan iblis yang diperintah untuk menyusup ke kerajaan Ashtard.
Meski Duke berfikir begitu, dia merasa aneh kenapa shin repot repot menjadi budak yang ditangkap para bandit, padahal Shin memiliki kekuatan yang seperti itu di usia muda,
Alhasil Duke kini menjadi penasaran pada identitas asli dan maksud Shin sebenarnya
""Bukan." ucap Shin singkat
Shin merasa bersalah tak dapat menjelaskan terlalu banyak pada Duke, Shin hanya bisa mengalihkan wajah karena merasa bersalah telah membuat masalah di kediaman sang Duke.
'Siapa sebenarnya bocah ini? melihat sikapnya dia sama sekali tak pernah takut untuk melawanku, melihat aura yang dia miliki mungkin dia terlihat seperti bocah biasa,
Tapi sikapnya membuatku yakin, jika kami bertarung kami pasti seimbang! hal seperti itu hanya akan membahayakan Isana dan Lyisa.' pikir Duke
Meski berfikir begitu Duke juga merasa takut pada potensi Shin, jika di usia muda Shin sudah seperti ini bagaimana di masa depan? akan bagus jika Shin ada di sisi Duke,
Tapi seorang yang kuat juga bisa membahayakan keluarga Duke, karena itu Duke tak tahu aku berbuat apa pada Shin,
"Apa kau musuh?" tanya kembali sang Duke
"Bukan." jawab Shin dengan nada tegas memberi tahu bahwa, Shin tak ingin bermusuhan dengan Duke.
Mendengar jawaban Shin, Duke merasa lega tapi dia juga tak bisa membiarkan Shin untuk tinggal dari rumahnya lagi,
Duke melirik Albert untuk mundur namun pedang yang masih ada di depan leher membuat Albert tak bisa bergerak dari tempatnya,
Menyadari itu Duke bangkit dari tempat duduknya dan berbalik membelakangi Shin untuk menunjukkan bahwa Duke tak ingin melanjutkan kejadian tersebut.
"Baiklah, aku percaya padamu! tapi kamu harus pergi meninggalkan tempat ini." ucap sang Duke
Mendengar kata itu Shin menurunkan pedang dari depan leher Albert, membuat ketegangan yang terjadi di dalam kamar berakhir dengan diskusi singkat.
Setelah Shin menurunkan pedang Albert mundur dan bergegas menuju Duke untuk membukakan pintu kamar yang masih tertutup,
Albert juga merasa lega tak terjadi hal lebih buruk, jika Duke dan Shin benar benar bertarung maka Albert yakin hari ini akan menjadi hari terakhir dia melihat bulan.
Sudah dipastikan Shin akan membunuh Albert lebih dulu jika Shin dan Duke akan benar benar bertarung.
"Klakk~~"
Melihat pintu yang tertutup Shin berjalan kearah ranjang dalam kamar, dia pun menjatuhkan diri disana sambil merasa lega konflik yang lebih besar tak terjadi.
Meninggalkan Shin yang istirahat sebelum matahari terbit di lorong kastil Albert mencoba bertanya tentang Shin pada Duke.
"Duke.." ucap Albert ingin bertanya namun Duke segera memotong suara Albert
"Albert terlalu berbahaya bertarung di sini, bukan hanya membahayakan istri dan putriku, tapi jejak pertarungan hanya akan menimbulkan lebih banyak masalah, melihat sikapnya yang tidak merasa gentar aku yakin, menanganinya bukanlah hal mudah." kata Duke menjelaskan.
.
"Apakah benar anak itu sekuat anda." tanya Albert kembali
Albert memang sedikit merasakan kekuatan yang tak bisa dijelaskan ketika Mata Shin dan Duke bertemu, tapi Albert tak mengira Shin adalah lawan yang kuat bagi Duke.
Duke juga tak yakin Shin sekuat dirinya atau tidak, tapi instingnya berkata jika bertarung dengan Shin persentase kemenangannya hanya 50%, jika Shin tidak mati maka Duke yang mati,
Belum lagi korban yang terlibat akibat adu kekuatan yang mereka lakukan.
"Iya." jawab Duke singkat
Mendengar jawaban Duke, Albert berfikir bagaimana jadinya Shin jika dewasa, bukankah lebih bagus jika Shin ada di sisi Duke yang berencana untuk melawan raja.
Albert ingin mengungkapkan pemikirannya namun melihat tangan Duke yang mengepal di belakang punggung membuat Albert menghentikan setiap kata yang ingin keluar dari mulutnya,
'Tuan tidak mungkin tidak memikirkan ini! sekarang aku hanya bisa berharap semua semua baik baik saja.' pikir Albert sambil terus berjalan di belakang Duke.
'Hah~~ Aku harap putri juga baik baik saja mendengar hal ini.' pikir Albert kini memikirkan Lyisa pasti sedih jika tahu Shin akan pergi dari kediaman Duke.
.
•Pinggiran Hutan Shanva
"Huft~ Huft~" seorang gadis kecil berlari dengan cepat menghindari kejaran para prajurit
Gadis itu terus berlari menembus ranting ranting yang membuat luka luka gores tubuhnya, dengan nafas tak beraturan dia terus berlari tak peduli dengan luka luka ditubuhnya,
Gadis itu hanya berfikir agar prajurit yang mengejarnya tak berhasil menangkap dan membawanya kembali
"Tuan putri.."
"Putri kemari lah, ayo kita bersenang senang."
"Phak~" sebuah pukulan mendarat di kepala salah satu prajurit, yang meneriakkan kata kasarnya,
"Bodoh, apa kau sudah bosan dengan kepalamu, jika ada yang tau! setelah kematian mu keluargamu akan menyusul." jelas salah satu prajurit di sampingnya, prajurit yang tersadar dengan ucapannya segera melihat sekitar untuk memastikan apakah ada prajurit lain disekitar mereka.
Prajurit itu terdiam memandang temannya dan kembali menulusuri bagian pinggir hutan,
"Ah aku tak berfikir dia akan lari kesini."
"Siapa yang tau, mungkin dia lelah dan mau bunuh diri."
"Ah, karena dia---"
dengan cepat salah satu prajurit menutup cepat mulut prajurit itu sebelum kata katanya keluar lebih jauh
"Sebaiknya kau diam dan segera mencarinya sebelum monster yang lebih ganas muncul." prajurit lainnya berbisik pada teman bermulut besarnya, sambil tetap membekap mulutnya, ia pun mengangguk untuk menyetujui kata kata itu dan melanjutkan pencarian mereka.
Di bagian atas pohon tak jauh dari 2 prajurit itu terdiam gadis yang sedang menutup mulut dengan kedua tangannya agar tak menimbulkan suara yang tak diinginkan.
Nafas lega keluar dari dirinya ketika melihat dua prajurit yang mengejarnya telah menjauh dari tempatnya bersembunyi. Gadis kecil itu segera bersandar pada batang utama di pohon tersebut untuk melepas lelahnya.
"Apa kau tak apa." ucap rubah kecil berekor sembilan di dekat sang gadis,
Gadis itu melihat rubah hitam kecil berekor 9 di depannya, rubah itu mendekat kearah gadis yang kelelahan serta merasa kesakitan di sekujur tubuhnya.
"Iya, terima kasih Kuro. " ucap sang gadis, lalu gadis itu mengulur kedua tangannya ke depan untuk meraih rubah hitam itu ke pelukannya,
"Akhirnya aku bebas dari neraka itu." ucap gadis itu kembali,
senyum gadis itu mulai terlihat disela rasa sakit di sekujur tubuhnya yang mulai terasa perih karena ketakutannya mulai mereda..
"Charl..Ch--" kata Kuro,
gadis itu bisa mendengar suara kuro sedang memanggilnya,
namun pandangan sang gadis pada kuro terasa semakin menjauh dan penglihatan matanya semakin kabur, membuat sang gadis pingsan karena kelelahan yang tak sanggup ditanggung oleh tubuhnya.
.
•Mansion pagi hari
Dengan mata berat Shin terbangun dari tidur singkatnya, sebelum mentari pagi terlihat terbit dari balik gunung yang menjadi pemandangan jendela kamar tamunya,
Shin segera berjalan ke arah pintu kamarnya, ia membuka pintu dihadapannya dan berakhir melihat gadis kecil yang biasanya memasuki kamar tamu itu tanpa permisi.
"Lyisa, ada apa?" Shin bertanya pada gadis yang sedang murung didepan pintunya
"Ibu dan ayah melarang aku masuk." kata lyisa, sifat cemberut dan pipi yang mengembung serta jari jemari yang memutar satu sama lain membuat Shin merasa melihat seorang adik yang sedang mengeluh pada kakaknya.
"Baiklah, jangan sedih ayo makan." ucap Shin sembari mengelus rambut perak lyisa untuk menenangkannya,
'Apakah kebiasaan bangsawan sejak dini bangun sepagi ini?' pikir Shin melihat lyisa yang sudah berdiri didepan pintu,
'Dan apakah Duke percaya padaku sehingga membiarkan putrinya mendatangiku sendirian.' pikir Shin kembali.
Mereka berjalan di lorong menuju ruang makan, Shin merasa tak enak mengikuti mereka makan bersama,
Tapi lyisa datang padanya dan berbicara bahwa Duke mengundangnya untuk sarapan bersama,
Meski Shin merasa canggung, dengan rasa terpaksa Shin duduk bersama mereka disalah satu kursi meja makan dengan makanan yang telah tersaji diatasnya, Lyisa duduk disebelah ibunya untuk menanti sarapan paginya.
'Suasana macam apa ini? Canggung yang terasa di antara aku dan Duke membuat istri Duke serta para pelayan yang berdiri agak jauh dari meja makan terdiam tanpa berani berkata kata membuatku berfikir apakah para pelayan tau kejadian semalam, kesampingkan istri Duke karena ia pasti tau tapi para pelayan?' pikir shin
"Jadi kapan kau akan pergi?" Suara Duke memecah lamunan shin, Dengan kata lembut yang terdengar,
Shin yang mendengar perkataan Duke tak mengerti, perkataan Duke itu termasuk pengusiran atau pertanyaan.
Di suasana canggung diantara mereka Lyisa menyela di sela sela makanan yang sedang dia makan.
"Apakah kakak akan pergi?" ucap Lyisa sambil memandang Shin dengan penuh tanya, namun anggukan pelan dari Shin membuat Lyisa duduk kembali di kursinya dengan wajah cemberut.
"Tapi..--" Lyisa ingin mengatakan sesuatu seolah ingin membuat pertanyaan protes tapi ibunya menutup mulutnya sambil memandangku dengan rasa takut.
Shin hanya tersenyum menanggapi itu, karena Shin bisa melihat rasa khawatir seorang ibu pada anaknya di wajah Isana, sedang disisi lain Duke tetap diam sambil terus melahap daging di piring yang ada dihadapannya.
Dengan kejadian itu makanan yang Shin lahap terasa lebih hambar sehingga membuat shin ingin cepat pergi dari tempat itu.
Setelah waktu makan itu, shin segera menuju ke gerbang untuk meninggalkan mansion Duke, tanpa membawa bekal atau barang apapun dari kediaman Duke.
"Kakak... Kakak.." teriak Lyisa
Shin bisa mendengar suara Lyisa dibalik punggungnya, ia ingin cepat pergi tapi mendengar suara serak bercampur tangisan membuat shin terhenti dari langkahnya untuk menoleh kebelakang.
Shin melihat lyisa di pegangan albert sedang berusaha lepas untuk berlari kearah shin, shin yang melihat kearah duke yang membuat albert juga ikut menoleh kearah sang Duke.
Duke akhirnya mengangguk perlahan memberi isyarat pada albert untuk membiarkan putrinya mendekati shin yang sudah mencapai gerbang mansion rumah tersebut.
"Kakak." lyisa berlari memeluk shin dengan cepat sambil menangis dihadapannya.
"Heh, bukannya kita baru dua hari bermain kenapa kau menangis untuk orang yang baru kau kenal dua hari." Shin mengelus rambut lyisa, mencoba untuk menghentikan isak tangis yang Lyisa lakukan.
"Kakak ya kakak." ucap Lyisa menjawab kata kata shin dalam pelukannya
"Baiklah, suatu saat kita akan bertemu lagi." ucap shin mencoba menenangkan Lyisa agar kejadian itu tak berlangsung lama di mata sang duke yang memperhatikan mereka.
Lyisa yang sudah tenang melepas pelukannya dan menyerahkan sesuatu yang dia genggam sejak awal, itu adalah sebuah gelang yang diberikan Lyisa di telapak tangan Shin.
"Bukankah ini."ucap Shin pelan,
Shin tau Lyisa mulai belajar etika dan menyulam, suatu hari shin melihat Lyisa membuat gelang, lyisa bilang itu untuk ayahnya sebagai jimat atau sesuatu, 'Tapi kenapa dia menyerahkan padaku.' pikir shin
Ketika shin melirik Lyisa untuk bertanya, Lyisa hanya mengangguk dan tak membiarkan shin menolak pemberiannya, setelah Shin memasukkan gelang itu di inventory, shin berbalik dan pergi melewati gerbang rumah tersebut.
[Ting]
[Quest Harian]
......................
INI TL PENTING TOLONG DIBACA..!!!
Abis chapter 10, Yaitu Chapter 11 - 28, berubah jadi sudut pandang pemeran, Jadi isinya aku, kamu, aku, kamu, gak ada penjelasan, atau apapun, jadi kalau gak suka novel yang make POV pemeran, karena ceritanya bolak balik, mending gak usah dilanjutin,
Daripada ntar komen yang bikin mood author ilang buat nulis!,
Kayak sekarang! mau nulis chapter 48 gak jadi karena baca komen protes, kasian yang nunggu update, kalau cuma gara gara kalian komentar protes, author jadi males nulis,
Author itu pertama kali nulis, butuh saran bukan protes,
mending cabut aja, ada yang baca author seneng, meskipun itu cuma 1 / 2 orang, jadi mending cabut aja sebelum nulis komentar protes dan bikin mood author ilang.!
Dah gitu aja terima kasih udah mampir, moga tetap sehat!
23 Feb 2021, [Shins]
Masih di revisi author ch 11 - 28.
Tl bakal dihapus jika sudah selesai.
2 Agustus 2021. [Shins]
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Sang M
cerita gak jelas, bocil gak jelak. dancoook
2023-10-03
0
Mob Gerhanata
seruu biarkn yg komen g jelas abaikan
2022-01-06
0
LNR『i'p』⁹⁴
sdah bgus2 malah bikin ribet😒
2021-07-05
0