Tiga hari pun berlalu, baik Dita maupun Edric masih saling mendiamkan satu sama lain. Mereka sama sekali belum berkomunikasi seperti biasa.
Dita selalu pulang malam, lalu tidur. Dan ia selalu bangun di siang hari setelah Edric berangkat ke kampus. Sehingga tidak ada waktu bagi mereka untuk saling tegur sapa layaknya suami istri biasanya.
[Hari ini aku akan berbicara dengan Luna, aku harap kau sudah menyiapkan dirimu] ~ Dita
Edric membuka dan membaca pesan yang ia terima dari istrinya, dia memejamkan mata sejenak sambil memijat pelipisnya.
Dosen tampan itu pun langsung mengalihkan pikirannya dengan melanjutkan kegiatannya, yakni memeriksa hasil post test sebelum ia harus masuk kelas dan memberi kuliah lagi.
***
"Luna! Habis ini kuliahnya pak Edric, kamu beneran nggak ngumpulin tugas yang kemarin?" Rina tiba-tiba datang dan mengingatkan Luna pada tugas yang belum sempat ia kumpulkan di jam sepuluh tempo hari.
"Duh, Rina! Kamu ngapain sih kok ngingetin aku!" Luna merutuki sahabatnya karena sudah mengingatkan dirinya pada hal yang sangat ingin ia lupakan.
"Ya, kan aku cuma nanya. Akhir-akhir ini kan kamu jadi sering Loneng, nggak rajin kayak dulu. Hihi!"
"Aku kan lupa ngumpulin karena waktu itu tiba-tiba dipanggil sama si dekil rese itu. Lagipula yah, aku juga kalau mau males tuh liat-liat dosennya kali, Rin. Kalau dosennya nyenengin ya, aku giat. Kalau malesin macem pak Edric, ya iyalah, bikin males." Luna memutar bola matanya dan menunjukkan wajah yang sangat enggan menghadapi dosen killer itu.
"Tapi ... kok mahasiswi yang lain pada semangat tuh, Lun! Liat, mereka pada sibuk dandan karena habis ini kuliahnya pak Edric." Rina menunjuk pada rekan-rekan lain yang juga akan mengikuti kuliah sang dosen kejam.
Di antara mereka ada yang sedang merapikan bedak, menebalkan maskara, memoles lip tint, dan juga mengubah style kerudung.
"Duh, mereka tuh yang pada ngebet sama pak Edric kayaknya, bukan yang semangat sama kuliahnya." Luna mengibas-ngibaskan tangannya.
Rina pun menimpali, "Haha, iya. Mereka semangat pengen dihalalin jadi istrinya pak Edric. Hihihi."
Deg
Tiba-tiba jantung Luna berdetak dengan cepat mendengar kata 'istri pak Edric' yang diucapkan Rina.
Gadis itu pun teringat akan tawaran yang akan menjadikan dirinya sebagai istri kedua dari dosen killer tersebut.
"Luna Loneeeeng, kenapa kamu ngelamun?" Rina melambai-lambaikan tangannya.
"Ah, eeuh, nggak Rin. Aku cuma lagi banyak pikiran aja." Luna memasang wajah sedihnya.
"Kamu teh bisa cerita sama aku, Lun! Jangan dipendem sendiri." Rina pun menatap sahabatnya penuh rasa iba.
"Jangan khawatir, Rin. Bukan masalah yang penting, kok! Aku emang terlalu banyak mikir," jawab Luna sambil memaksa kedua ujung bibirnya terangkat membentuk lekuk yang sangat cantik.
"Selamat siang! Seperti biasanya, kumpulkan resume yang sudah kalian buat. Untuk yang belum membuat, silakan keluar dari kelas ini!"
Semua mahasiswa yang ada di kelas itu pun dengan segera mengumpulkan resume yang telah mereka buat, beruntungnya pada saat itu tidak ada yang melewatkan tugas tersebut, sehingga tidak ada mahasiswa yang harus keluar.
Edric menyapu pandangan pada seluruh mahasiswanya, secara tak sengaja tatapan matanya bertubrukan dengan Luna. Dan gadis itu pun segera mengalihkan pandangannya, dalam hati Luna merasa bersalah karena ia belum menyiapkan jawabannya.
***
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
Ummu Sakha Khalifatul Ulum
Semangat thor semakin seru ceritamu 💪💪👍
2021-06-26
3
lestary
lanjut thor jangan terlalu lamaaa
2021-01-02
0
Yenni Marlina
semakin menarik,lanjut thor
2021-01-02
1