"Luna! Kau mau pakai gitar atau piano?" Pak Hasan mengagetkan Luna.
"Ah ... eh ... euu ... pi-piano, Pak. Iya, piano saja!" ujar Luna gugup. Ia tak mengira akan melihat pasangan itu di tempat kerjanya.
"Pak Hasan, yang jadi tamu spesial siapa, tho?" tanya Luna agak berbisik.
"Tuuh, yang duduk paling depan. Nyonya Dita, pengusaha kaya," jawab pak Hasan yang juga sambil berbisik.
"Oouh ...," balas Luna sambil memonyongkan bibir. "Apa? Nyonya Dita?" tanya Luna lagi sambil agak terperanjak.
"Sssst! Iya, sana cepet nyanyi. Udah ditungguin." Pak Hasan agak mendorong Luna, agar gadis itu berada di tempatnya. Yakni, di belakan piano putih yang ada di sudut kafe.
Mata Luna memandang ke arah pasangan tersebut, dan saat matanya bertatapan dengan Edric, pria itu malah membuang mukanya. Namun ketika melihat ke arah Dita, wanita paruh baya yang terlihat sangat muda itu malah melambaikan tangannya. Luna hanya tersenyum pada mereka berdua.
Kini Luna pun menuju ke belakang piano berwarna putih itu, dan bersiap untuk memainkan tuts nya.
"Kau sengaja membawaku kemari?" tanya Edric pada istrinya.
"Ya, kenapa memang?" Dita malah balik bertanya. "Aku memang menyukai makanan di kafe ini." Dita menjawab lagi dengan santai.
Edric masih menatap istrinya dengan penuh curiga, sedangkan Dita nampak kalem dan malah meminum green tea beraroma mint favoritnya.
"Ada apa sih, sayang? Tidak ada yang salah, kan? Kenapa kau terus menatapku dengan cara seperti itu?" Dita meletakkan kembali minumannya.
Edric mengalihkan pandangannya ke sudut lain. Pria itu tak mengerti apa maksud dari istrinya membawa dirinya kemari, ke kafe di mana Luna bekerja.
"Ayo, makan sayang! Aku pesankan menu spesial ala Jogjakarta yang paling enak dari kafe ini!" Dita menunjuk pada gudeg dan ayam kalasan yang ada di hadapannya.
Edric mencoba untuk tidak memedulikan yang lainnya, ia berusaha menyantap makanan di hadapannya, walau tenggorokannya ternyata menjadi agak susah untuk menelan.
"Ini gudeg paling enak yang pernah aku makan. Kamu tau? Di kafe ini sebenarnya tidak menjual gudeg. Tapi aku kenal dengan pemiliknya sejak dulu ia berjualan angkringan pinggir jalan, dan sekarang ia bisa mendirikan kafe."
Edric tidak terlalu mendengarkan penjelasan Dita, entah mengapa keberadaan Luna yang sedang memainkan piano di depan sana sangat mengganggu dirinya, padahal permainan Luna sangatlah indah.
"Edric? Sayang?" panggil Dita pada suaminya yang sepertinya tidak mendengarkannya.
"Ah, iya? Kenapa sayang?" jawab Edric.
"Kamu tidak dengarkan aku?" Dita merajuk.
"Aku dengarkan kamu, kok!" Pria itu mengusap lembut pipi istrinya.
"Kamu sadar, kan? Kalau yang sedang bermain piano sambil menyanyi di sana itu Luna?" tanya Dita, entah dia hanya sekedar bertanya, atau hendak menguji suaminya.
"Hmmm," balas Edric tanpa ekspresi.
"Gimana permainannya, bagus kan? Luna itu punya suara yang merdu!" ucap Dita memuji Luna.
"Hmmm." Lagi balasan Edric hanya demikian. Sepertinya pria itu memang sedang tak ingin membahas Luna.
Namun, Dita terus saja membicarakan gadis itu. Entah apa tujuannya dari percakapan mereka ini.
"Cukup Dita!" tegas Edric. "Apa yang kau harapkan dengan membawaku kemari? Melihat Luna menyanyi? Lalu aku terpesona dan jatuh cinta begitu?" Suara Edric agak kencang sehingga menarik perhatian pengunjung lain.
"Ssst! Kamu terlalu kencang sayang!" Dita menyimpan telunjuk pada bibir Edric.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
Adreena
Istri yg luar biasa...kok bisa menikah karena apa???
2023-03-05
0
Ratna Wulandari
jadi bucin baru tau rasa tu adric 😘
2022-08-17
3
Oyah Oyah
Mampir thor
2022-08-12
0