"Hmmm, nyonya Dita umurnya 48 tahun, Bu. Bahkan lebih tua dari ibu." Dita memberitahu pada ibunya mengenai usia wanita cantik bagai aktris Asia ternama itu.
"Masa' sih nak? Ibu nggak percaya, lho. Tapi kok ibu kelihatan lebih tua." Lilis tiba-tiba merengut dan merasa aneh. "Ah, sudahlah itu ndak penting, sekarang ibu mau tanya. Bagaimana tadi hasil pembicaraanmu dengan mereka, ibu ndak enak hati, Nduk!" Lilis mengusap-usap tangan putrinya, ia nampak khawatir.
"Mereka menawari hadiah dua puluh milyar bu, tapi syaratnya, Luna harus mau menjadi istri kedua dari pak Edric." Luna berujar dengan lesu pada ibunya.
"Nduk, ibu ndak akan memaksa. Biaya bapak dan biaya kuliahmu biar jadi tanggung jawab ibu, kamu tidak harus berkorban seperti ini. Apalagi harus menjadi istri kedua," ujar Lilis berlinangan air mata.
Luna tak menjawab, ia memeluk ibunya dengan erat. Ia sangat paham bagaimana kesulitan yang dihadapi sang ibu karena masalah keuangan. Hari demi hari selalu mereka lewati dengan perasaan khawatir, sebagai anak yang sangat menyayangi kedua orang tua, Luna ingin berbakti pada mereka.
"Tapi, nyonya Dita itu kasihan, Bu. Dia punya penyakit yang membuatnya tidak bisa hamil. Sementara mereka berdua sangat ingin punya momongan, maka dari itu mereka meminta tolong pada Luna." Luna melepas pelukannya dan menatap mata ibunya.
"Tapi, Nduk! Kenapa harus kamu? Apa kamu memang sudah kenal lama dengan mereka?" tanya Lilis masih merasa was-was meski telah mendengar penjelasan Luna.
"Ibu kan tahu, pak Edric itu dosen Luna. Nyonya Dita bilang, dia mengawasi semua wanita yang sudah dikenal sama pak Edric, dan dia merasa cocok dengan Luna. Selain itu, nyonya Dita juga ingin membantu keluarga kita. Menurut Luna, alasan nyonya Dita itu cukup masuk akal kok." Luna berusaha meyakinkan ibunya.
"Kalau begitu, ibu hanya bisa mendo'akan yang terbaik untukmu, Nduk!" Lilis mengusap pucuk kepala Luna dengan lembut dan penuh kasih sayang.
Wanita itu merasa tidak tega melihat anaknya harus melakukan hal yang di luar keinginannya. Lilis yakin, dalam hatinya, Luna pasti menolak untuk menjadi istri kedua dosennya, namun Luna pasti menerima tawaran itu karena ketidak berdayaannya sebagai orang tua.
"Ibu jangan khawatir, lagipula nyonya Dita memberi Luna waktu tiga hari untuk memberi jawaban. Ibu bisa bantu Luna berdo'a untuk minta jawaban sama Allah 'kan?"
Lilis hanya mengangguk tanpa menghentikan air matanya.
***
"Rin, maaf ya, aku telat!" Luna bergegas mengambil seragamnya. Malam ini seperti biasa, Luna menjadi pelayan di sebuah cafe. Dia bekerja kafe milik saudara Rina.
Jika Luna bekerja sebagai pelayan, maka Rina bekerja sebagai kasir.
"Santai lah, Lun. Beruntung kamu teh hari ini, katanya om-ku Luna malam ini nyanyi aja, dia bilang ada pelanggan yang suka sama suara kamu jadi dia datang lagi cuma buat dengerin kamu nyanyi." Rina berkata dari balik meja kasirnya.
"Beneran, Rin?" tanya Luna dengan mata berbinar. Ia sangat bahagia bila diminta menyanyi, karena dengan menyanyi, Luna merasa memiliki dunianya.
Rina mengangguk. "Cepetan atuh, siap-siap perform sana!" ujar Rina.
Luna pun segera menemui Hasan, pemilik kafe, sekaligus om dari Rina.
"Pak Hasan, kata Rina, malam ini Luna nyanyi aja?" tanya Luna pada seorang pria yang sedang memasak di dapur kafe.
"Iya, Lun! Siap-siap ya! Ini juga, jadi saya yang masak khusus untuk dia, nanti saya tunjukkan kalau orangnya sudah datang!" ujar pria tersebut sambil tetap fokus pada spatula di tangannya.
Tak lama kemudian, Luna yang sedang memoles lip tint di bibir dikagetkan dengan suara pak Hasan.
"Luna! Orangnya sudah datang, ayo cepet!"
Luna pun dengan segera beranjak dari tempatnya.
Dari kejauhan, Luna melihat pak Hasan menyambut sepasang suami istri yang tak asing di mata Luna.
"Nyonya Dita? Dan pak Edric? Sedang apa mereka?"
***
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
Mheylan Zhau
ayu di up lg
2020-12-31
1
Iluh Srinadi
lanjut dong thor
2020-12-31
0