Selepas kepergian Luna dari ruangannya. Edric termenung memikirkan pernikahannya. Selama ini dia tidak pernah merisaukan masalah anak. Dia menerima apa adanya Dita dan mencintai istrinya tanpa memandang bagaimana kondisi mereka berdua.
Namun akhir-akhir ini, Dita lebih sering berdiam diri dan banyak merenung.
Edric memang tahu, dalam keluarganya, termasuk ibu dari Edric sangat mendambakan seorang cucu darinya.
Pada awalnya Dita merasa tak masalah dan ingin menjalani program hamil seperti biasanya. Hanya saja, ketika usianya menginjak empat puluh tahun, Dita mulai enggan melakukan program hamil lagi. Alasannya dia mulai pesimis karena usianya.
Sejak itu, Dita mulai meningkatkan standar penampilannya. Entah sudah berapa uang yang ia habiskan untuk mempercantik dirinya. Meski itu bukan uang dari Edric, tapi setidaknya laki-laki itu merasa khawatir, saat melihat istrinya insecure dengan sangat berlebihan seperti itu.
Dan tak lama setelah itu, terjadilah pertengkaran hebat antara keluarganya dan Dita. Hal ini dipicu karena ambisi dari keluarga Edric yang menginginkan Edric segera mendapat momongan, sementara Dita merasa sakit hati dan dia juga tak terima karena harus terus menerus disalahkan.
"Edric, coba kamu bicara setiap ibumu menyudutkanku seperti tadi, jangan diam saja. Aku ini istrimu, dan aku sakit hati dengan perkataan ibumu ...," ujar Dita sambil menangis tersedu memukul-mukul dada Edric.
*Tak ada yang bisa Edric lakukan saat itu, ia hanya memeluk Dita dan menciumi pucuk kepala istrinya hingga wanita itu tenang.
Dita terus menangis membasahi kemeja Edric. Dan setelah itu, wanita tersebut melepas pelukan suaminya dan langsung berdiri*.
"Ayo kita ke rumah sakit! Kita periksa siapa yang tidak subur di antara kita!" ujar Dita dengan penuh amarah.
"Untuk apa sayang? Untuk apa kita melakukan hal itu, aku sama sekali tidak mempermasalahkan hal-hal seperti ini. Sudahlah sayang!" tolak Edric pada istrinya.
"Kenapa? Kamu takut? Atau jangan-jangan, kamu yang tidak subur?" tantang Dita.
Edric mengusap kasar pada wajahnya. Dia benar-benar tak mengerti dengan jalan pikiran istrinya, pembuktian seperti apa yang dia inginkan dengan melakukan tes semacam itu?
"Aku akan tunjukkan pada keluargamu, siapa yang bermasalah di antara kita. Kamu tau kan, Sayang? Sebelum menikah denganmu aku pernah dua kali hamil anak mas Hendro, meski kedua-duanya harus keguguran. Aku jadi penasaran, kenapa selama menikah denganmu, sekalipun aku belum pernah hamil?" Dita membelai leher Edric hingga ke dadanya dengan usapan sensual.
"Aku tidak meragukan keperkasaanmu di atas ranjang, bahkan almarhum mas Hendro juga kalah darimu. Tapi masalah kesuburan yang ada di sini itu beda lagi 'kan?" lanjut Dita sambil mengusap area kejantanan Edric dari luar celananya.
Edric tersenyum mendengar perkataan istrinya yang sangat cantik bagai boneka ini. Tanpa menunggu basa-basi, pria itu langsung menggendong Dita dan membawa wanita tersebut ke atas pangkuannya.
"Kamu yang menggodaku terlebih dahulu ya, Sayang!" Edric tersenyum nakal sambil menghirup dan menjilati leher jenjang Dita.
"Jangan nakal ya pria tampan, aku masih belum mendapatkan mood yang baik untuk melakukannya. Apalagi setelah mendengar perkataan ibumu tadi." Dita agak menghidar dari ciuman-ciuman suaminya.
"Tidak bisakah kamu untuk tidak membahasnya sekarang? Kamu hanya perlu diam sayang, biar aku yang mengerjakan semuanya!" ujar Edric sambil meninggalkan tanda di bahu Dita yang terbuka.
***
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
Adreena
Walahhh janda tidak beranak n tua
2023-03-05
0
lilies susanto
benar kata orang cinta itu buta,usia beda jauh apalagi wanita.udh masuk menopouse lah bininya.sampe bulan jatuhpun ga bakalan Hamidin😏
2022-08-24
1
Mella Soplantila Tentua Mella
lanjut
2022-08-16
0