"Pak, saya naik angkot aja ya! Bapak kasi tau tempatnya, saya jalan sendiri nggak papa kok."
Edric memandang Luna. Ekspresi kesal masih tergambar pada wajah itu.
Dan tanpa diduga Luna, lengan kekar itu menggandengnya. "Kamu ikut saja denganku!" ajak Edric pada Luna.
Mau tak mau kaki Luna melangkah mengikuti si dosen killer. Dia pun dibawa masuk ke mobil dan duduk di samping kemudi, sementara Edric yang mengemudikan mobil itu sendiri.
Tak lama kemudian mobil itu pun bergerak. Tidak ada yang bersuara sama sekali dalam mobil itu, baik Luna maupun Edric, keduanya saling terdiam tak bersuara. Hingga Luna merasa jenuh dan mencoba membuka suara.
"Pak, kenapa nyonya Dita pakai pengawal tapi kok bapak tidak?" tanya Luna polos.
Edric belum menjawab ia masih menyetir mobil dan fokus pada jalanan.
"Atau, kalian berdua satu mobil gitu?" tanya Luna lagi. "Pak Edric yang nyetirin. Hehehe," tawa receh Luna keluar karena menyadari perkataannya tak ada sahutan.
'Dekil dekil, nyesel ini aku ngajak ngomong,' gerutu Luna dalam hati.
"Tidak usah mencampuri yang bukan urusanmu!" jawab Edric dengan tegas.
Luna memberingsut. 'Padahal nggak usah dijawab! Sudah malas!'
Luna akhirnya terdiam sampai Edric masuk ke sebuah restoran dan memarkirkan mobilnya di sana.
"Turun!" perintah Edric pada Luna.
Luna pun tergopoh melepas sabuk pengamannya dan turun mengikuti Edric yang sudah terlebih dahulu.
Luna mengikuti Edric yang mulai masuk ke area restoran milik sebuah hotel mewah. Kemudian seorang pramusaji menghampiri mereka.
"Tuan Edric?" tanya pramusaji tersebut.
"Ya, saya." Edric menjawab sang pramusaji.
"Nyonya Dita sudah menunggu di private room." Pramusaji tersebut memberi sebuah kunci pass untuk ruangan yang dimaksud.
Luna hanya mengikuti ke mana Edric pergi.
'Apa aku benar bakal menikah dengan si dekil ini? Oh tidak, jangan!' Luna bergidik sendiri sambil berjalan di belakang Edric.
'Tapi dipikir-pikir, pak Edric ini cukup ganteng sih, nggak heran istrinya cantik seperti nyonya Dita. Tapi kenapa nyonya Dita memintaku untuk menikah dengan suaminya?' batin Luna lagi.
Tanpa ia sadari, kini Edric sudah berdiri di depan pintu dan hendak masuk. Luna pun juga ikut masuk setelah Edric.
"Kalian sudah datang?" tanya Dita yang sudah tiba terlebih dahulu.
"Cepat berikan saja kontraknya sayang!" saran Edric begitu ia tiba.
"Biarkan Luna makan dulu," ujar Dita.
"Ccrk!" Edric mendecak sebal, dia langsung mengambil sebuah map kuning di samping Dita dan memberikannya pada Luna. "Baca itu, lalu segera putuskan!" perintahnya pada Luna.
Jika bukan karena di hadapan Dita. Mungkin Luna sudah mendecak, mendecih, menyebik, memberingsut bahkan mungkin mengumpat pada Edric.
Luna menerima map kuning dari Edric, dia kemudian membuka dan membaca isinya.
Dahinya berkerut-kerut membaca setiap isinya. "I-ini maksudnya?"
"Persis seperti yang kau baca, Luna. Kamu paham? Atau ada yang ditanyakan?" ujar Dita.
"Nyo-nyonya?" Luna menatap ragu pada Dita dan Edric bergantian.
"Sudahlah sayang, hentikan saja. Lagipula, Luna juga masih kuliah." Edric memberi ekspresi tak suka atas semua ini.
"Tidak bisa begitu, Edric. Kita sudah sepakat!" Dita menatap tegas pada suaminya, dia terlihat marah mendengar Edric ingin membatalkan ini.
Edric pun mengembuskan napasnya, wajahnya seakan terlihat lelah dan bosan.
"Pokoknya aku tidak mau tau, Edric. Kamu harus bisa menghamili Luna!" tegas Dita.
***
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
Adreena
Sepertinya Dita mandul n Dita lebih berpengaruh coz pke pengawal
2023-03-05
1
Alanna Th
sptnya edric takluk pd istrinya
2022-08-14
0
menik sobul
Isyri macam dia hadehh dita... dita
2022-04-02
0