"Jangan seperti ini, Edric!" Dita menjauhkan kepalanya dari tangan suaminya. "Kamu tidak lupa, kan? Jika kamu gagal menghamili Luna, maka hubungan kita cukup sampai di sana saja!"
Edric terdiam tak menjawab.
"Aku harap kamu mengindahkan permohonanku, Edric. Karena aku sudah lelah, hidup seperti ini, dengan tekanan dari keluargamu." Dita menatap ke luar jendela mobil.
"Aku pikir kita tidak perlu membahas ini sekarang." Edric tak ingin emosinya meluap karena pembicaraan seperti ini dengan istrinya.
"Kau tau, di usia yang tidak muda lagi, setiap manusia sudah ingin menikmati kehidupannya. Kesuksesan yang ia kejar selagi masih muda, sudah tidak ada lagi artinya. Sebentar lagi, aku ingin beristirahat. Menikmati masa tua," lanjut Dita kemudian.
Edric terdiam sejenak, lalu membalas perkataan Dita. "Kalau begitu, aku akan menemanimu, kita lupakan tawaran hamil pada Luna. Kasihan gadis itu, masih punya masa depan yang panjang." Edric mengusap punggung tangan Dita dengan sebelah tangannya.
"Tidak bisa, Edric! Kau ingin aku mati muda karena tudingan mandul dari keluargamu? Jika kau tidak ingin berpisah denganku, kau harus punya anak!" Dita menepis tangan Edric.
Edric kembali diam, ia bingung harus menjawab apa dari perkataan istrinya.
"Aku yakin, Luna pasti mau! Tinggal dirimu, kau harus berusaha untuk menghamili Luna." Dita kembali mempertegas keinginannya.
"Dan satu lagi, jangan jatuh cinta pada Luna, kecuali jika kau ingin berpisah denganku setelah bersamanya."
Edric menggelengkan kepala, ia hanya terdiam dalam menghadapi kerasnya watak Dita.
"Masa depan Luna justru ada di tanganmu, Edric. Jika kau bersedia melakukan rencana ini dengan Luna, aku jamin dia akan memiliki masa depan yang lebih baik. Dia mungkin terancam putus kuliah jika tidak mendapatkan uang dariku!" Dita mengatakan hal tersebut seolah tanpa beban, padahal dalam hati Edric saat ini sedang bergulat antara mengiyakan atau menolak rencana dari istrinya.
Melihat Edric yang hanya terdiam, Dita pun memutuskan untuk memejamkan mata. "Kita pulang saja! Aku sudah tidak ingin makan." Dita berucap sambil tetap menutup matanya.
"Hmmm," jawab Edric.
Akhirnya mobil yang mereka tumpangi sampai di kediaman Edric-Dita. Mereka turun dari kendaraan itu tanpa bersuara. Dita yang langsung masuk ke dalam rumah, dan Edric yang memarkir mobil terlebih dahulu baru kemudian menyusul ke dalam.
Edric masuk ke kamarnya, ia melihat Dita belum berganti pakaian dan masih berkutat dengan ponselnya. Pria itu berdiri di depan istrinya, tangannya masuk ke dalam saku celana. Edric mengamati layar ponsel Dita yang sedang membuka chat dengan rekan bisnisnya.
"Ada apa?" Sadar jika aktivitasnya diamati, Dita mendongak ke atas dan menyimpan kembali ponsel androidnya.
"Bagaimana jika aku tidak berhasil menghamili Luna, bagaimana jika aku yang memiliki masalah kesuburan?" Edric berjongkok dan menyejajarkan wajahnya dengan wajah elok Dita.
"Bukannya tes mu positif? Mengapa kau terlihat khawatir?" tanya Dita curiga.
"Ya, aku hanya memastikan, bagaimana jika aku gagal? Apa kau akan tinggalkan aku?" tanya Edric lagi.
"Kau tinggal membuat pernyataan, katakan pada seluruh keluargamu jika yang memiliki masalah infertelitas adalah dirimu. Jadi jangan salahkan aku, agar aku bisa hidup tenang."
"Bagaimana jika aku tidak mengatakannya?"
"Kita berpisah!"
"Apa tidak ada opsi lain selain kita berpisah"
"Tidak ada! Jika kau gagal membersihkan nama baikku di keluargamu, maka lebih baik aku tidak pernah manjadi bagian dari keluargamu!"
***
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
lilies susanto
dasar Dita laknat😠
2022-08-24
0
Nur Khayati
egois
2021-06-14
1
Dina Hafana
Terlalu percaya diri sekali Dita. Faktor usia juga diatas 40 th.
2021-03-03
1