Teringat

Nadila menghempaskan tas samping yang semula ia sandang di bahu kanannya itu di atas meja yang biasa ia duduki di dalam kelas. Bibir mungil gadis itu tidak berhenti menggerutu kesal sedari tadi.

"Ngeselin banget itu orang, dia pikir gue nggak bisa bayar makanan gue sendiri apa?" Nadila menghembuskan nafas kasar, gadis itu duduk di kursi yang biasa ia duduki menopang kepalanya dengan tangan kanan.

Kenny baru saja datang dengan nafas ngosngosan. "Eh nyai, lo kenapa sih? Gue capek-capek nungguin, eh malah ditinggal gitu aja."

"Lo nggak liat apa gue lagi kesel Ken?"

"Sebenarnya lo ada hubungan apa sih Nad sama Vino? Lo kenal dia ya?" Tanya Kenny penuh selidik.

Nadila menoleh, kemudian memutar bola matanya jengah. "Gue nggak kenal sama dia! Dasar cowok ngeselin" Geritu Nadila.

"Ngeselin tapi ganteng kan?" Goda Kenny.

"Ihh apaan sih lo ganteng-ganteng apaan?" Seru Nadila berbohong.

"Eleh, nanti juga lama-lama lo jatuh cinta sama dia!" Penuturan Kenny membuat Nadila menoleh sejenak sebelum kembali memalingkan pandangannya ke sembarang arah.

***

Di kamar Nindy, Nadila baru saja sampai 10 menit yang lalu. Gadis itu memang selalu mendatangi rumah Nindy sepulang kuliah. Karena di kampus, mereka benar-benar sangat susah untuk saling bertemu karena kesibukan masing-masing.

Dua gadis cantik itu terlihat menelungkup di atas ranjang sambil memainkan ponsel masing-masing.

"Nin" Panggil Nadila.

"Hm" Sahut Nindy tanpa menoleh.

Nadila mendudukkan tubuhnya, melirik Nindy yang masih sibuk dengan ponsel miliknya tanpa menoleh ke arah Nadila.

"Lo tau nggak sih Nin, si Vino Vino itu orangnya ngeselin banget!" Gerutu Nadila cemberut membayangkan Vino yang ia rasa begitu menyebalkan.

Nindy menoleh ke arah Nadila. "Ngeselin gimana?"

"Iya, ngeselin! Tadi siang gue ketemu lagi sama dia di kantin. Dan anehnya, lo tau nggak? kata Kenny dia kan anak fakultas teknik tuh, terus ngapain coba dia jauh-jauh makan di kantin fakultas kita? Pake sosoan mau bayar makanan gue lagi. Dia pikir gue nggak mampu bayar makanan gue sendiri apa?" Nadila memutar bola matanya jengah.

"Lo ketemu dia lagi Nad?" Nindy ikut mendudukkan tubuhnya mulai tertarik dengan topik pembicaraan.

"Tuh kan, gue bilang juga apa. Jodoh nggak bakal kemana" Goda Nindy memegang dagu Nadila serta menampilkan senyum genitnya.

"Kok jadi jodoh-jodoh sih? Dulu gue fikir dia itu baik, kalem, eh taunya ngeselin!"

"Emangnya lo tau darimana kalo dia nggak baik?"

"Ya dari..."

"Nad, lo itu cuma baru ketemu sama dia beberapa kali doang, tapi lo udah seenaknya aja berasumsi kalo dia bukan cowok baik-baik.!"

"Nggak boleh lo, menilai orang sebelum mengenal dia lebih dalam. Karena kita belum tau juga sepeeti apa dia sebenarnya. Jangan sampe salah menilai orang dan jatohnya malah suudzon. Kadang yang ngeselin di awal bisa aja seru kalo udah deket, begitu juga sebaliknya, yang seru di awal belum tentu juga aslinya begitu."

"Dan kadang nih ya, yang ngeselin-ngeselin begitu tuh yang nantinya bakal bikin lo jatuh cinta. Eh ralat, dulu kan pernah juga"

"Ihh rese banget sih lo. Kenapa harus bahas yang dulu dulu sih? Dulu ya dulu, sekarang ya sekarang Nin"

"Ya tapi kan nggak ada yang tau Nad. Coba deh lo fikir-fikir. Nggak ada yang tau jodoh itu seperti apa. Buktinya, setelah tiga tahun, lo dipertemukan dengan dia. Ingat Nad, nggak ada sesuatu yang kebetulan. Semuanya udah di atur sama yang dia atas."

"Yaelah, sok bijak aja lo sekarang"

"Yee lo dibilangin mah kagak percaya"

Nadila berfikir sejenak, mencerna ucapan Nindy. Sedetik kemudian, gadis itu kembali mengingat sesuatu.

"Eh tapi ada yang aneh juga lo Nin, dia tau nama gue masa?"

"Tau nama lo? Lo tau darimana kalo dia tau nama lo?"

"Itu, waktu gue gasengaja nyenggol dia di kampus. Terus dia manggil gue Nanad. Lah gue kan kaget. Terus gue tanya tuh darimana dia tau nama gue. Katanya dia pernah liat gue di acara reunian sekolah Aldo."

Tapi yang jadi pertanyaan, dia kan cuma liat gue, dan kita kan nggak pernah kenalan sama dia. Terus kenapa dia bisa tau nama gue gitu? Aneh nggak sih menurut lo?"

Nindy berfikir sejenak, mencerna ucapan Nadila. "Iya sih aneh. Tapi bisa jadi juga kan dia tau nama lo dari Aldo?"

Nadila berfikir. "Hm maybe" Nadila mengangkat bahunya. "Oiya Nin, lo nggak ada niatan buat pacaran gitu? kita udah semester lima lo Nin, lima. Sampe sekarang lo bahkan belum pernah pacaran sama sekali!"

Nindy menoleh. "Terus lo sendiri gimana? kapan lo mau buka hati lagi?"

"Gue nanya lo, kenapa lo jadi nanya gue balik? Kalo gue sih wajar-wajar aja ya, masih trauma soalnya. Nah lo? Buka mata lo lebar-lebar, banyak banget tuh yang ngantri di kampus!."

"Wajar, wajar pale lu. Udah tiga tahun lo Nad, lagian juga udah gue bilang itu semua bukan salahnya Anafi, tapi salah gue. Lagian juga nggak semua laki-laki itu jahat kok Nad. Masih banyak laki-laki baik di dunia ini. Mending lo juga buka tuh mata lo lebar-lebar."

"Tapi nggak semua laki-laki di dunia baik juga kan Niiiimnn. Jadi lo mengalihkan pembicaraan nih?"

"Gue nggak mengalihkan pembicaraan Nanad sayang. Tapi ya aneh aja. Dari jaman SMA, di saat anak-anak seusia kita terobsesi banget sama yang namanya pacaran, tapi gue justru nggak tertarik dan nggak peduli sama sekalo sampe saat ini."

Nadila mendekat, menatap Nindy dengan tatapan curiga. Sementara Nindy, mengerutkan keningnya bingung dengan tingkah Nadila.

"Lo masih normal kan Nin? Serem juga nih gue deket-deket sama lo. Siapa tau juga lo sukanya sesama jenis. Apalagi gue cantik begini"

Plakkkk

"Kalo ngomong, mulut dijaga nyai, gini gini juga gue masih normal. And pacaran nggak diwajibkan kan? uang jajan gue juga nggak bakal berkurang juga kan kalo nggak pacaran?"

"Lagian nih ya, berdasar survei gue sama teman-teman gue yang pacaran. Pacaran itu ribet banget sumpah. Lo pernah denger nggak, cinta itu ada tiga macam, yang pertama cinta kekanakan, terus cinta toxic, dan yang terakhir cinta yang mendewasakan. Lah gimana kalo nanti gue pacaran, terus dapatnya cinta yang toxic? bukan yang mendewasakan? bisa berabe kan hidup gue yang awalnya tenang, aman damai dan tentram ini? Sekarang mah gue mau main aman aja. Selagi bisa sendiri ya sendiri aja dulu, ntar juga ada waktunya kok"

"Elehh sok iye lu" Nadila medorong kepala Nindy.

"Lah, bener kan?"

"Bener sih" Nadila cengengesan.

***

Lima belas menit yang lalu, Nadila sudah kembali ke rumahnya. Saat ini, hanya terlihat Nindy di dalam kamar bernuansa putih abu-abu itu.

Selepas kepergian Nadila, entah mengapa Nindy merasa ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Berhubung pembicaraan Nadila beberapa hari ini hanya terfokus pada Vino, Nindy jadi teringat akan Anafi, Aldo dan juga Bagas.

"Giimana ya kabar mereka sekarang?"

Nindy berguma dalam hati. Ia mengingat Aldo, Anafi, dan juga Bagas. Nindy mengingat kembali apa yang telah ia perbuat 3 tahun yang lalu, kesalahan fatal yang membuat persahabatan mereka hancur karena keegoisan dirinya.

Tanpa Nindy sadari, cairan bening itu lolos begitu saja dari matanya. Menyesal? tentu saja iya. Nindy menyesal karena dirinya, Nadila tidak mau lagi bertemu dengan Anafi yang sebenarnya sama sekali tidak bersalah. Bahkan Bagas dan juga Aldo yang tidak tahu apa-apa.

.

.

.

.

Jangan lupa like, komen, dan vote ya. Terimakasih :)

Terpopuler

Comments

Mifta Khai

Mifta Khai

Gua tebak nindy kagak mau pacaran karna ada rasa ama anafi..🤣

2020-10-09

14

Titik Widiawati

Titik Widiawati

lah roman2 pelakor ni

2020-06-17

2

pipoy

pipoy

dah mampir thor, semangat💪🔥🔥

2020-02-13

6

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 78 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!