Cie Cinlok

"Temen, apa demen?" Goda Nindy berbisik di telinga Nadila. Nadila menatap sinis ke arah Nindy.

"Apaan sih lo rese banget deh! awas aja nanti kalo gue tau siapa yang lagi deket sama lo!" Ancam Nadila yang sama sekali tidak dipedulikan oleh Nindy.

Sementara Arani dan Karin masih berdiri dengan raut wajah bingung. "Jadi beneran Nad? Lo lagi deket sama Anafi?" Karin mengulang bertanya.

"Ciee cinlok ciee" Ejek Arani.

"Tau ah" Nadila berdecak kesal, memutar tubuhnya, berjalan untuk kembali ke tempat duduknya miliknya.

"Yaelah Nad, waktu itu aja lo dengan santainya mengakui itu semua sama gue. Tapi sekarang kenapa lo jadi kesel gitu smaa kita?" Tutur Nindy.

"Ooo jadi beneran nih. " Karin menggoda Nadila memegang dagu sahabatnya itu dengan senyum jahil yang sudah tampil di sana.

"Tapi kenapa kita nggak tau?" tanya Arani cemberut.

"Iya, si Nanad bilang waktu gue ke Mall berdua itu, yang kalian nggak bisa ikut." Jelas Nindy. Arani mengangguk paham. "Gue kira emang sengaja disembunyiin dari gue"

"Enggak juga, malahan waktu itu gue pengen ngomong sama kalian, tapi lupa terus. Maklum faktor usia" Ucap Nindy cengengesan.

"Iya Nin, gue tau! Tapi masalahnya gue sama Anafi bener nggak ada hubungan apa-apa! Dan gue sangat tau mulut ember kalian itu kayak gimana, dan gue cuma nggak mau aja nanti Anafi salah paham dan justru bilangin gue kegeeran!"

Nindy merangkul pundak Nadila, tersenyum genit melirik sahabatnya itu. "Tapi lo emamg udah geer kan?" Bisiknya di telinga Nadila hingga membuat wajah Nadila memerah padam.

"Enggak! gue nggak geer! biasa aja" Tutur Nadila kemudian segera bangkit dari duduknya untuk segera pergi dari sana. Sementara Nindy, Karin, dan Arani sudah tertawa sambil menatap kepergian sahabatnya itu yang saat ini tengah berjalan dengan bibir yang tidak henti menggerutu keluar dari dalam kelas.

***

"Assalamu'alaikum"

Nadila melenggang masuk ke dalam rumah yang tidak terkunci itu. Ia melihat ke arah sekitar, tidak ada orang disana. "Mungkin Mama sama Papa belum pulang" fikirnya.

Nadila berjalan, menaiki anak tangga menuju kamarnya yang berada di lantai dua rumahnya. Setelah selesai mengganti pakaian, gadis itu berjalan menuju balkon untuk mengistirhatkan tubuhnya sambil menikmati pemandangan siang menjelang sore itu di balkon rumahnya.

Nadila duduk santai di sebuah sofa mungil yang ada di pojokan dengan dihiasi oleh lampu-lampu yang menambah keindahannya. Sebelumnya, gadis itu juga sudah membawa sebuah Novel untuk ia baca di tangannya.

Sebenarnya Nadila bukanlah pecinta buku, apalagi Novel. Sebelumnya Nadila sangat-sangat tidak suka membaca. Bagi Nadila, menonton drama korea mungkin lebih menyenangkan untuk menghalu dan menghibur diri daripada membaca sebuah Novel dengan segala ketebalannya yang ia fikir akan membuat sakit kepala.

Karena pada saat itu, Nadila menganggap membaca Novel sama saja dengan membaca buku pelajaran dan tentu saja sangat membosankan bahkan membuat dirinya merasa ngantuk.

Bagi Nadila, membaca novel juga tidak akan bisa membuat kita tebawa suaana dan perasaan karena saat membaca Novel kita tidak melihat adegannya secara langsung

Namun, itu semua hanyalah dulu, fikir Nadila dulu memang seperti itu.

Tapi tidak dengan sekarang. Karena semenjak Nadila melihat sebuah cuplikan cerita Novel ter the best di sebuah akun media sosial, gadis itu merasa tertarik dan kemudian membelinya.

Dan faktanya, setelah membaca baru beberapa halaman saja, Nadila sudah merasa tertarik. Ternyata membaca Novel tidak seperti yang ia duga selama ini. Ternyata membaca Novel juga menyenangkan, ternyata membaca Novel juga bisa menguras air mata. Dan ternyata, fikiran Nadila selama ini salah. Bahkan sekarang gadis itu jadi kecanduan membaca Novel-Novel Romance yang sangat bagus di kalangan anak muda sekarang ini.

Terkadang manusia memang terlalu mudah berasumsi dengan hal yang bahkan mereka sendiri mungkin belum mengetahui faktanya.

Menduga-duga suatu hal yang belum kita rasakan sebenarnya tidaklah baik. Karena bisa saja kita akan termakan dengan omongan sendiri.

Nadila duduk berselojor dengan santai sambil membaca Novel Romance yang beberapa hari lalu baru ia beli. Namun, suara deringan ponsel miliknyalah yang membuat aktifitas Nadila terhenti sejenak.

Nadila menaruh Novel tersebut di atas sofa kecil itu, gadis itu melangkah kembali masuk ke dalam kamar untuk mengambil ponsel miliknya yang berada di atas nakas.

Nadila berdiri di samping nakas. Meraih ponsel itu untuk segera men cek siapa yang telah menghubungi dirinya. Gadis itu mulai memencet tombol-tombol yang ada di layar ponsel.

Lagi dan lagi, jantung Nadila berdetak dengan kencang seketika, tangannya mendadak dingin. Kenapa lagi jika bukan karena mendapati pesan dari Anafi. Dan kali ini pesan yang dikirim oleh pria itu bukan hanya pesan biasa, seperti menanyakan sedang apa, sudah makan dan lain sebagainya. Melainkan pesan untuk mengajak Nadila jalan bersama dirinya nanti malam.

Nadila mendudukkan tubuhnya di ranjang, memejamkan mata sambil memegang posel yang masih ada di tangannya.

"Ini beneran gue nggak lagi mimipi kan?" Gadis itu berucap sendiri. Kemudian ia segera membalas pesan singkat yang dikirimkan oleh Anafi. Namun, meskipun hatinya sudah menjerit-jerit untuk mengatakan iya, Nadila tentu saja tidak langsung menjawabnya.

Sebagai perempuan, Nadila sedikit jual mahal terlebih dahulu sebelum dirinya menerima ajakan pria itu.

"Aaaaa Anafiiii" Sorak Nadila girang setelah selesai berbalas pesan dengan Anafi. Gadis itu menghempaskan tubuhnya di ranjang begitu saja. Memeluk benda kecil yang ada di tangganya itu dengan mata terpejam.

"Gue harus dandan secantik mungkin malam ini"

Nadila kembali bangkit dari ranjang. Gadis itu bergegas menuju lemari, mengacak-acak seisinya untuk mencari beberapa pakaian yang akan ia kenakan. Sudah banyak baju yang Nadila cobakan, namun gadis itu masih saja merasa tidak ada yang bagus.

"Pokoknya malam ini gue harus tampil cantik" Pikirnya. "Tapi baju gue udah nggak ada yang bagus" Rengek Nadila.

Padahal, baju-baju yang baru saja ia cobakan itu adalah baju yang hanya beberapa kali dirinya kenakan.

Merasa lelah, dengan tubuh melemas, Nadila kembali menghempaskan tubuhnya di sofa, merentangkan tangannya menatap langit-langit kamar sambil menghembusakan nafas dengan kasar. Baju-baju yang semula tertata rapi di dalam lemari itu, saat ini terlihat begitu berantakan di atas kasur setelah dicobakan satu persatu oleh Nadila.

Namun, beberapa menit kemudian, gadis itu teringat akan baju Nindy yang masih tertinggal di rumahnya. Nadila bergegas kembali menuju lemarinya yang lain.

Gadis itu mengeluarkan sebuah Denim overall dress dan juga sebuah crewneck sweater berwarna putih dari lemarinya yang satu lagi. Sebuah senyum merekah dengan sempurna jelas terpancar dari raut wajah Nadila.

"Gue pinjem dulu ya Nin baju lo"

"Iya Nad, pake aja, apa sih yang enggak buat lo"

"Adududu lo emang sahabat terbaik gue. Makasih ya Nindy sayang"

"Iyaiya santai aja kali, baju gue baju lo juga kok"

"Wih, sa ae lu"

Nadila bertanya dan menjawab pertanyaanya sendiri. Seperti orang gila memang. Segitu gilakah sesorang yang sedang jatuh cinta?

.

.

.

.

.

Jangan lupa Like, Komen, dan Vote ya. Terimakasih :)

Terpopuler

Comments

linasijabat nysinurat

linasijabat nysinurat

anafi sukanya ama Nindy tapi Nindy nya suka ama Aldo..... jadi ribet ya padahal nadila suka ama anafi hanya pelarian aja karna ngak ada vino

2020-06-27

7

linasijabat nysinurat

linasijabat nysinurat

anafi sukanya ama Nindy tapi Nindy nya suka ama Aldo..... jadi ribet ya padahal nadila suka ama anafi hanya pelarian aja karna ngak ada vinoqq

2020-06-27

1

Marny Ariqah Maisarah

Marny Ariqah Maisarah

getol bangat si Nindy jd macomblang

2020-06-10

2

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 78 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!