Bertemu Lagi

Di sebuah rumah mewah bernuansa putih nan indah, terlihat dua orang gadis cantik tengah berbincang-bincang di salah satu kamar yang berada di lantai atas. Sudah dapat ditebak siapa gadis tersebut jika bukan Nadila dan juga Nindy.

Benar, saat ini Nadila tengah berada di rumah Nindy. Sepulang kuliah barusan, gadis itu memutuskan untuk mampir ke rumah sahabatnya terlebih dahulu sebelum pulang ke rumah.

Nindy terlihat sedang fokus merawat diri dengan masker di meja riasnya. Sementara Nadila, gadis itu terlihat sedang asyik menscrol story following di instagramnya dengan posisi menelungkup di kasur Nindy. Hingga gadis itu teringat akan sesuatu dan segera menghentikan aktifitasnya sejenak.

Nadila mendudukkan tubuhnya di atas ranjang, menatap Nindy sembari menggeleng-gelangkan kepala.

"Nin" Panggil Nadila yang sedari tadi pandangannya tak teralih menatap Nindy.

"Hm" Sahut Nindy tanpa menoleh ke arah Nadila.

"Nin, lo ingat nggak, si Vino temannya si Aldo dulu?" Tanya Nadila.

"Vino? teman Aldo?" Nindy tampak berfikir sejenak. "Oiya, ingat gue. Cowok yang lo taksir dulu itu kan?" Sahut Nindy masih fokus pada kaca yang ada depan dirinya.

"Hm"

"Lo tau nggak, kalo dia juga kuliah di kampus kita?"

Penuturan Nadila membuat Nindy segera menoleh. "Lo serius?" Tanya Nindy.

"Iya, gue serius. Tadi gue ketemu sama dia. Dan ternyata dia cukup terkenal juga di kampus, anehnya selama ini gue nggak tau bahkan nggak menyadari itu. Dia anak UKM musik. Tadi gue nggak sengaja ketemu sama dia waktu diajakin Kenny ke Aula. Tapi gue pura-pura nggak kenal aja sama dia!"

"Kan memang lo nggak kenal sama dia" Ejek Nindy tertawa.

"Maksud gue pura-pura nggak tau gitu lo Nindy zeyenggg" Nadila memutar bola matanya malas.

"Wkwk iyaiya paham-paham kok gue. Kalo gitu bagus dong Nad, apa jangan-jangan lo jodoh lagi Nad, sama dia" Nindy tersenyum genit. Gadis itu beranjak duduk ke atas kasur hanya untuk menggoda Nadila.

"Apaan sih lo. Gue belum siap buat buka hati lagi. Trauma pake begete! gue juga masih pengen nikmati kesendirian ini! Sendiri itu menyenangkan" Putus Nadila.

"Idih lagian siapa juga yang mau sama lo? pedean banget sih!"

"Rese banget tau nggak si lo" Nadila mendengus kesal, melempar bantal yang ada di sekitar dirinya pada Nindy. Sementara Nindy, gadis itu tertawa karena telah berhasil mengusili sahabatnya itu.

***

Pagi menjelang siang di kampusnya, Nadila tampak tergresa-gesa berjalan menelusuri koridor kampus hendak menuju kelas. Gadis yang saat ini menggunakan tunik se lutut itu, dengan rambut hitam tergerai se bahu, berkali-kali melirik jam di tangannya.

Hari ini adalah hari dimana dosen killer mengajar di kelas Nadila. Gadis itu benar-benar sangat takut terlambat. Satu menit saja terlambat, bukan, bukan satu menit, bahkan satu detik saja terlambat, mahasiswa akan langsung disuruh out. Tidak ada dispensasi apapun.

Karena dosen tersebut benar-benar dosen paling disiplin yang pernah Nadila temui. Dosen tersebut juga pernah bercerita, bahwa kedisiplinan sangatlah perlu dan penting dalam dunia kerja nantinya terutama dalam kehidupan. Itulah sebabnya ia membiasakan mahasiswanya mulai untuk disiplin dari sekarang.

Berkali kali Nadila melirik jam di tangannya. Berjalan cepat dengan nafas yang sudah sedikit ngosngosan. Ia juga tampak membawa beberapa buku di tangannya yang baru saja ia pinjam dari perpustakaan kampus barusan.

Brukkkkk

Tiba-tiba seseorang menyenggol Nadila, hingga membuat buku yang semula ada di tangannya berserakan di lantai. Tanpa ada rasa marah dan kesal sedikitpun, Nadila dengan segera mengemasi buku-buku tersebut.

“Maaf  kak" ucap Nadila tampak masih mengemasi buku-bukunya yang berserakan di lantai tanpa menoleh ke arah sang penyenggol.

Sementara seseorang yang menyenggol Nadila, yang memang berjenis kelamin laki-laki itu, tidak bergeming menatap Nadila yang sedang mengemasi buku-bukunya. Entah kenapa bibir laki-laki tersebut melengkung membentuk sebuah senyuman dengan seketika.

Nadila segera berdiri setelah selesai mengemasi buku-bukunya, gadis itu hendak segera berlalu pergi dari sana menuju kelas. Namun, niatnya terurung tatkala ia melihat ke arah orang yang baru saja menyenggol dirinya. Nadila melihat jelas wajah pria tersebut.

Deg

Lagi, dan lagi, jantung Nadila berdetak tidak karuan. Orang itu adalah Vino. Nadila kembali bertemu dengan Vino. Mata Nadila membulat dengan sempurna, ia tidak percaya bahwa laki-laki yang ada di depan dirinya saat ini adalah laki-laki yang pernah ia harapkan sebelum masalah yang menimpa dirinya bersama Anafi. Tubuh Nadila terdiam tak bergeming, menatap laki-laki tersebut dengan rasa tidak percaya.

“Nanad” suara Vino yang memanggil dirinya dengan sebutan Nanad, menyadarkan Nadila dari lamunannya. Bisa dibayangkan betapa kagetnya Nadila saat Vino memanggil dirinya dengan panggilan Nanad, sedangkan dulu mereka sama sekali tidak pernah berkenalan dan bahkan tidak pernah dipertemukan.

Nadila terdiam sejenak, berfikir, darimana Vino bisa mengetahui namanya.

“Kenapa dia bisa tau nama gue? dulu kan gue nggak pernah kenalan sama dia!" gumam Nadila dalam hati. Menatap Vino dengan tatapan menyelidik.

“Hm dari mana lo tau nama gue?" Tanya Nadila jutek.

"Lo nggak papa?" tanya Vino tidak nyambung dengan pertanyaan Nadila.

"Gue nanya, tau darimana lo nama gue?"

"Lo temannya Aldo kan? lo nggak ingat gue?" Tanya Vino balik.

"Iya gue teman Aldo, tapi gue nggak tau siapa lo" Ketus Nadila berbohong, padahal ia jelas tahu siapa Vino meskipun belum sempat berkenalan.

“Yaudah kalo gitu kita tinggal kenalan aja. Gampang kan? gue Vino, teman kelas Aldo waktu SMK. Waktu itu gue sempat liat lo di acara reunian SMP Anafi sama Aldo." Vino memutar bola matanya. "Ya lebih kurang tiga tahun yang lalu" sambungnya kemudian.

Vino  mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Nadila, melirik gadis tersebut dengan senyuman yang Nadila pun tidak dapat mengartika.

Kening Nadila tertaut, menatap Vino seolah penuh selidik.

“Oo gitu, seperti yang lo tau, gue Nadila!" Ketus gadis tersebut.

"Yaudah kalo gitu gue permisi, habis ini ada kelas, dosennya galak!"

Tanpa menghiraukan tangan Vino yang sedari tadi terulur untuk berjabat tangan, Nadila segera berlalu pergi dari sana. Meninggalakan Vino dengan raut wajah juteknya.

Alis Vino terangkat, pria itu melirik ke bawah, melirik tangannya yang sama sekali tidak disentuh oleh Nadila. Namun bibirnya tetap saja melengkung membentuk sebuah senyuman.

Vino memutar tubuhnya, memperhatikan Nadila yang terus berjalan. Hingga gadis ity semakin lama semakin menjauh dari pandangan matanya.

.

.

.

.

Jangan lupa Like, Komen, Love dan Vote ya. Terimaksih banyak 💕

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Nah gitu dong jual mahal dikit,jangan cepet banget baperan..

2023-03-01

0

Linda Tsabitah Ali

Linda Tsabitah Ali

mengejar mimpi..moga jd nyata

2020-10-22

2

Ida Firdaus

Ida Firdaus

emang cewe mah hrs jual mahal... gx gampangan

2020-09-17

15

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 78 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!