Menyebalkan

Di ambang pintu kelas, Nadila berhenti sejenak, rasanya lega tapi setelah itu dicampur oleh kekesalan. Nadila melangkahkan kaki perlahan menuju kursi yang biasa ia duduki.

"Dari mana aja lo Nad? tumben banget telat" Suara itu berasal dari samping Nadila. Siapa lagi yang berbicara jika bukan Kenny.

"Buk Nana belum dateng ya?" Nadila balik bertanya.

"Gue nanya, lo malah balik nanya" kesal Kenny memutar bola matanya malas.

"Iya gue udah datang dari tadi sebenarnya. Tapi di jalan gue malah nggak sengaja nabrak orang. Buku-buku gue tadi juga jatoh, makannya telat gini" Jelas Nadila.

Kenny memutar posisinya menjadi menghadap Nadila. Nabrak orang? siapa? cowok apa cewek? kalo cowok ganteng nggak?"

"Ck! dasar maemunah, kalo cowok ganteng aja lo gercep" Gerutu Nadila memutar bola matanya malas, memalingkan pandangan kedepan tanpa menghiraukan Kenny.

"Yaiyalah kuyang, itu tandanya gue normal" Sahut Kenny songong.

"Iya iya serah lo deh Ken"

"Jadi gimana? ganteng nggak?" Kenny kembali melontarkan pertanyaan.

"Hmm ganteng sih"

"Siapa siapa?" Tanya Kenny antusias.

"Ada deh" Nadila tertawa saat melihat raut wajah Kenny yang begitu fokus.

"Yeee bacot lo" Kesal Kenny memalingkan pandangannya dari Nadila.

Beberapa menit kemudian, Nadila kembali melirik jam di tangannya. Gadis itu memandangi ke arah jendela kelas, melihat sekeliling entah apa yang ia fikirkan.

"Buk Nana kenapa belum datang juga ya Ken? tumben banget"

"Gue tebak ya, pasti Buk Nana kali ini nggak bakal masuk" Sahut Kenny.

"Yee sotoy lu, emang lo bapaknya?"

"Gue nggak bapaknya, tapi lo liat aja nanti. Buk Nana nggak akan pernah telat, tapi kalo dia telat, berati dia nggak bakal masuk"

"Dasar sotoy"

"Yudah kalo lo nggak percaya. Kita lihat aja nanti."

Sepuluh menit berlalu, semua mahasiswa yang ada di kelas Nadila sudah lelah menunggu Dosen yang tidak kunjung datang. Hingga koordinator mata kuliah tersebut memberitahu bahwa hari ini Dosen mereka memang berhalangan untuk hadir.

Nadila mendengus kesal. Pasalnya, gadis itu sudah bersusah payah berlari terburu-buru menuju kelas. Namun Dosen yang ia takutkan itu justru tidak memberi kabar telebih dahulu bahwa dirinya hari ini tidak masuk kelas.

"Tuh kan gue bilang juga apa, lo sih nggak percaya sama gue" Sombong Kenny berbicara.

"Yaiyalah gue nggak percya. Dan sampai kapanpun gue nggak akan pernah percaya sama lo" Tekan Nadila.

Kenny mengerutkan keningnya bingung. "Lah kenapa? perasaan gue nggak pernah boong deh sama lo Nad"

"Iya, gue tau lo nggak pernah boong! Tapi ya kali gue harus percaya sama lo. Rukun iman gue cuma ada enam, bukan tujuh!"

"Yee rese lo" Kenny memukul lengan Nadila, kedua gadis cantik itu tertawa satu sama laim sambil merapikan pakaiannya.

***

Nadila dan Kenny berjalan menuju kantin Fakultas mereka. Sembari menunggu mata kuliah berikutnya, kedua gadis itu lebih memilih untuk mengisi perut yang kosong daripada harus menunggu di kelas.

Nadila dan Kenny saat ini telah duduk di salah satu meja yang ada di kantin setelah selesai memesan makanan mereka. Namun, tiba-tiba saja Kenny menepuk bahu Nadila dengan antusias.

"Nad Nad" Panggil Kenny dengan penuh semangat namun dengan nada suara sedikit pelan.

"Apaan sih Ken, ngagetin aja deh lo" Sahut Nadila.

"Itu Nad, itu" Kenny menunjuk seuatu.

Kening Nadila tertaut, gadis itu merasa bingung dengan apa yang dimaksud oleh temannya itu.

"Apaan sih Ken? itu itu apaan?" Ketus Nadila.

"Itu ada si Vino. Tumben banget dia disini. Dia kan bukan Fakultas sini.

"Ya terus? suka suka dia dong Ken, biarin aja kenapa sih nggak usah ngurusin hidup orang. Ini kantin juga milik bersama, bukan mulik kita"

Sedetik kemudian, Nadila tersadar dengan ucapan Kenny. "Hah? Vino?" kaget Nadila berbicara.

"Iya si Vino tuh lo liat, ganteng banget sih itu anak" Kenny menatap Vino dari kejauhan dengan penuh kekaguman.

Nadila yang semula penasaran, ikut menoleh ke arah pandangan Kenny. Dan benar, ia mendapati Vino tengah tertawa bersama teman-temannya di salah satu meja yang tidak berada jauh dari Nadila.

Sementara ekor mata Vino yang menangkap dan jelas merasakan bahwa ada seseorang yang sedari memperhatikan dirinya, membuat pria itu ikut memalingkan pandangan pada Nadila. Hal itu membuat mereka sejenak beradu pandang dengan raut wajah datar masing-masing, sebelum Nadila lebih dulu memalingkan pandangan, sementara Vino masih menatap Nadila sejenak.

"Eh tapi bener deh Nad, ini tu mustahil banget si Vino bisa nyampe sini" Kenny kembali membuka suara. Namun tidak dihiraukan oleh Nadila.

"Nad"

"Nad"

"Woi" Kenny melambaikan tangannya di depan wajah Nadila.

"A-apa Ken?" Sahut Nadila kaget.

"Lo dari tadi bengong? mikirin apaan sih?"

"Engak kok. Gue nggak mikirin apa-apa" Sahut Nadila terbata-bata. "Jadi gimana?" Tanya Nadila lagi.

"Nggak ah, udah males gue" Cemberut Kenny memalingkan pandangannya.

"Yaelah baperan lo kuyang" Nadila tertawa menyenggol bahu Kenny.

"Apaan sih" Cemberut Kenny dengan raut wajah kesalnya.

***

Selesai menghabiskan makanannya, Nadila dan Kenny berjalan menuju kasir untuk membayar makanan mereka. Kenny lebih dulu membayar makananya dan menunggu tidak berada jauh dari sana.

Namun, saat Nadila masih sibuk mengambil dompet yang berada di dalam tasnya, tiba-tiba saja tampak tangan seorang pria terulur memberikan selembar uang pada penjaga kasir dari arah belakang.

Nadila menghentikan aktifitasnya sejenak, melirik tangan dengan sweeter hitam tersebut kemudian menoleh ke arah belakang.

Nadila sedikit mendongakkan kepalanya ke atas untuk memastikan wajah orang tersebut. Dan benar, lagi dan lagi pria itu adalah Vino.

Nadila menatap Vino dengan raut wajah datarnya, sementara Vino, menaik turunkan alisnya saat Nadila menatapnya.

"Mbak, sekalian hitung makanan dia ya" Ucap Vino sambil melirik Nadila.

"What? Nggak usah mbak. Saya bayar sendiri aja mbak" Sahut Nadila sambil memberikan selembar uang kertas yang sama seperti Vino.

"Jangan mbak, hitung pake ini aja, sekalian hitung semuanya" Ucap Vino tak mau kalah.

"Jangan mbak..." Kedua manusia itu sama-sama pantang kalah hingga membuat si mbak kasir kebingungan.

"Jadi gimana nih dek?"

"Udah mbak, hitung aja semuanya" Sahut Vino. Nadila mengalah, karena jika ia terus saja melawan, bisa-bisa hanya membuang waktu.

Nadila menatap Vino dengan tatapan tajam, sementara Vino, pria itu tersenyum jahil penuh kemenangan.

Nadila menarik tangan Vino untuk segera menjauh dari sana. "Lo apa apaan sih? kayak anak kecil tau nggak!"

"Enggak kok, biasa aja menurut gue" Balas Vino tanpa merasa bersalah.

"Ngeselin banget sih ini orang" Gerutu Nadila melipat tangan di dadanya, raut wajahnya jelas terlihat sangat kesal.

"Minta nomor hp lo!" Vino mengulurkan ponselnya pada Nadila.

"What? Omaigat! Vino minta nomor hp cewek?" Sorak mahasiswa yang berada di sekitar sana.

Vino yang selama ini terkenal tidak perduli dan acuh terhadap perempuan itu benar-benar membuat mahasiswa yang berada di sekitar sana kaget. Pasalnya jangankan untuk meminta nomor telfon, menerima ajakan-ajakan cewek cantik bahkan secantik apapun pria itu enggan.

"Nggak mau!" Ketus Nadila segera berlalu pergi dari sana. Gadis itu sedikit menghentakkan kaki sambil menyenggol bahu Vino dengan sangat kesal.

"Daebak! Vino di tolak" Ucap mahasiswa lagi.

Vino tersenyum kecil, pria itu memutar tubuhnya, memperhatikan punggung Nadila yang semakin lama semakin menjauh dari pandangan matanya.

.

.

.

.

.

Jangan lupa Like, Komen, dan Vote ya. Terimakasih :)

Terpopuler

Comments

Adriana Bulan Juk Hat

Adriana Bulan Juk Hat

yaah gitu donk nad,jual mhl dikit,kan vino jd penasaran tu,,

2021-07-20

0

Sulis Andriani

Sulis Andriani

nanad sok te kenal😁😁😁

2021-04-25

0

maya97

maya97

daebak 👏👏

2021-01-23

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 78 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!