Pertemuan Pertama

Suasana seketika terlihat hening. Suara dan petikan gitar Vino mulai terdengar. Suara pria itu terdengar sangat merdu. Saat dirinya mulai menyanyikan lagu, semua yang berada di sana tertegun mendengarnya tak terkecuali Nadila.

Saat ku jumpa dirinya.

Di suatu suasana.

Terasa getaran dalam dada.

Ku coba mendekatinya.

Ku tatap dirinya.

Oh dia sungguh mempersona.

Ingin daku menyapanya.

Menyapa dirinya.

Bercanda tawa dengan dirinya.

Namun apa yang ku rasa.

Aku tak kuasa.

Aku tak tau harus berkata apa.

Suasana benar benar hening, remaja yang berada di Kafe tersebut tampak fokus mendengarkan lantunan lagu yang keluar dari mulut Vino. Tak sedikit yang memuji dan mengagumi suara dan ketampanan pria yang berada di atas panggung tersebut.

"Astaga ganteng bangat, cool lagi"

"Aduhhh my baby sweety gue"

'"Emaknya ngidam apaan dulu yak, kenapa anaknya bisa se tampan dan sekeren ini sih?"

Semua gadis yang berada di sana tidak henti-hentinya melontarkan pujian beserta kekaguman mereka pada si tampan Vino.

Inikah namanya cinta.

Oh ini kah cinta.

Cinta pada jumpa pertama.

Inikah namanya cinta.

Oh inikah cinta.

Terasa bahagia saat jumpa.

Dengan dirinya.

"Tampan" guman Nadila dalam hati. Gadis itu tidak hentinya memperhatikan Vino seraya menopang kedua pipinya dengan telapak tangan di atas meja yang ada di Kafe tersebut. Sedikitpun Nadila tidak mengalihkan pandangannya dari Vino. Nindy yang memang sudah memperhatikan sahabatnya itu sedari tadi, tanpa segan melontarkan pertanyaan pada Nadila.

"Woi mikirin apaan sih lo Nad?" teriak Nindy ke daun telingan Nadila.

Nadila sedikitpun tidak menghiraukan pertanyaan Nindy. Pandangan gadis itu masih saja terfokus pada Vino yang tengah mengeluarkan suara indahnya seraya memainkan alat musik petik itu dengan jari jemarinya. Bahkan mata Nadila tidak berkedip sedikitpun. "Benar-benar tampan" gumamnya lagi.

"Lo suka sama dia?" Ucap Nindy to the poit.

Hal itu sontak membuat Nadila kaget, gadis itu melototkan mata bulatnya kearah Nindy. Pipinya Nadila berubah menjadi merah merona seketika karena malu. Ia berusaha untuk mengelak, namun tetap saja Nindy yang juga seorang perempuan pasti paham dari tatapan sahabatnya itu pada pria yang berada di atas panggung tersebut.

"Ihhh apaan sih Nin" elak Nadila.

Nindy menaikkan satu sudut bibirnya hingga melengkung membentuk sebuah senyuman di sana. Ia sudah bisa menebak sifat sahabatnya tersebut. Sudah dapat Nindy pastikan bahwa Nadila memang menyukai Vino teman kelas Aldo tersebut.

Setelah selesai bernyanyi, Vino segera turun dari atas panggung, pria itu berjalan melangkahkan kakinya menuju ke arah Aldo, Nadila dan yang lain yang tengah berkumpul.

"Lah pangeran gue nyamperin" gumam Nadila dalam hati" Jantungnya berdegup begitu kencang dan tidak karuan. Hati gadis itu terasa sangat berbunga-bunga melihat pria tampan yang tepat berada di depan matanya saat ini. Namun sayang, Nadila tidak sempat berkenalan dengan Vino, karena baru saja 5 menit duduk, pria itu segera pamit untuk pergi dari sana.

"Do, Fi, Gas, gue balik duluan ya" Vino melmbaikan tangannya, membuat mereka semua menoleh ke arah pria tersebut.

"Lah, acaranya belum selesai Vin" Sahut Aldo.

"Nggak papa do, kalian lanjut aja, gue ada urusan penting" Balas Vino , mereka semua akhirnya mengangguk paham, membiarkan Vino pergi dari sana.

***

Bel pulang telah berbunyi. Keempat gadis cantik itu segera mengemasi buku-bukunya yang ada di atas meja ke dalam tas masing-masing.

Di koridor sekolah, Nindy, Nadila, Karin, dan Arani tampak tengah berjalan berjejeran berempat layaknya Girlband. Arani terlihat sedang fokus berjalan sambil mengipasi wajahnya yang kepanasan dengan kipas kecil yang ada di tangannya. Sementara Karin, Ninsy dan Arani tampak fokus pada ponsel masing-masing.

Siswa yang masih berada di sekitar koridor sekolah itu tak berhenti menatap keempat gadis cantik itu dengan tatapan takjub. Karena memang, empat gadis cantik itu adalah idaman para lelaki SMA Tunas Bangsa. Dengan kecantikan wajah dan hatinya, membuat seluruh siswa yang ada di sekolah itu kagum pada mereka.

Kring

Ponsel Nindy berbunyi menandakan adanya satu pesan masuk dari Aldo. Gadis itu membuka pesan itu dengan segera.

"Guys, si Aldo whatshapp gue nih" Ucap Nindy merentangkan tangan kirinya menghentikan langkah Nadila, Karin, dan juga Arani. Sementara tangan kanannya tampak masih fokus pada layar ponsel. Membaca pesan masuk dari Aldo.

"Ck! Apaan sih Nin" Arani berbicara dengan kening tertaut, melirik Nindy dengan tatapan sedikit kesal.

"Ini, si Aldo whatshapp gue, katanya nanti sore mereka mau ngumpul di rumah Aldo dan dia ngajakin kita ngumpul bareng mereka."

Empat gadis cantik itu berhenti di tengah jalan saat mendengar ucapan Nindy.

"Mereka? mereka siapa?" tanya Karin heran dan juga penasaran dengan raut wajah bingungnya.

"Kata si Aldo sih cuma Aldo, Anafi dan juga Bagas, tapi gue nggak tau pasti juga apa mereka masih ada teman yang lain atau enggaknya."

Nindy menaik turunkan bahunya menandakan dirinya juga tidak tahu pasti siapa saja yang akan datang ke rumah Aldo.

Nadila tampak terdiam menatap ke sembarang arah seolah memikirkan sesuatu.

"Dia datang juga nggak ya?" gumam Nadila dalam hati. Gadis itu tampak berfikir sangat keras. "Apa gue datang aja kali ya, siapa tau dia juga datang" gumam Nadila lagi seraya menampilkan senyum manis dari bibir mungilnya.

"Nin, gue mau ikut ke rumah teman lo itu" Nadila membuka suara yang pertama.

Nindy, Karin dan Arani menoleh serentak ke arah Nadila. Mereka menatap sahabatnya itu dengan raut wajah bingung dan penuh tanda tanya.

"Tumben sekarang semangat, nggak pake drama tolak-tolakan dulu" Arani memutar bola matanya malas seraya melipat kedua tangan di dadanya.

"Kepo lo" Nadila menjulurkan lidahnya meledek Arani.

"Idiww najis" Sahut Arani.

"Yaudah kalo gitu gue juga ikut" Karin menambahi.

"Terus nanti kita ke sana sama siapa?" Tanya Arani.

"Tenang aja, Aldo yang jemput kok" Seru Nindy menepuk pundak Arani sambil menampilkan senyum manisnya.

"Oo yaudah"

Empat gadis itu kembali melanjutakan langkahnya menuju gerbang sekolah. Dimana, disana sudah ada supir pribadi masing-masing yang telah sedari tadi menunggu mereka.

"Gue duluan ya" Pamit Nindy melambaikan tangannya dan segera masuk ke dalam mobil.

"Gue juga" Ikut Nadila, Karin, dan juga Arani.

Setelah selesi berbalas pesan dengan Aldo, Nindy kembali memasukkan ponsel miliknya itu ke dalam tas, kemudian ia memberitahu Nadila, Karin, dan juga Arani kalau nanti sore Aldo akan menjemput mereka.

Nadila berjalan mendekati Pak Aji yang tidak lain adalah sopir di rumahnya. Pak Aji adalah orang yang selalu mengantar Nadila kemana-mana.

"Maaf ya Pak, lama" Ucap Nadila cengengesan.

"Hehe iya nggak papa kok Non" Pak Aji ikut tertawa cengengesan. Kemudian, Laki-laki paru baya itu segera melajukan mobil dengan santai menuju rumah Nadila.

.

.

.

.

.

Jangan lupa Like, Komen, Love, dan Vote ya. Terimakasih :)

Terpopuler

Comments

Rara_Octa

Rara_Octa

mo nanya thor???usia Author brp yaa???kok tw lagu M.E Inikah Cinta.kan jdi ikutan nostalgia ma M.E Q thor,,,😬 berasa mo balik masa² Smp😬🤭

2021-09-16

0

Nayla Azizah

Nayla Azizah

🥰🥰🥰🥰

2020-03-17

7

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 78 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!