Jadian

Bel istirahat yang di tunggu-tungu oleh para siswa akhirnya berbunyi sangat nyaring. Nadila tersenyum girang, gadis itu segera melenggang keluar kelas bersama tiga sahabatnya yang tidak lain adalah Nindy, Karin dan juga Arani.

Ketiga gadis itu berjalan seperti biasa di koridor sekolah. Berjalan layaknya Girlband yang membuat mata para cowok di sekolahnya terpana.

Tidak membutuhkan waktu lama, mereka sampai di pinggir lapangan baseket. Di sana terdapat tempat duduk yang memang di khususkan untuk para siswa yang ingin belajar di luar kelas bahkan hanya untukmuk sekedar nongkrong bersama teman-teman.

Nadila membuka tutup botol minuman yang barusan mereka beli di kantin sebelum pergi ke lapangan. Gadis itu meneguk minuman yang ada di tangannya itu perlahan, menikmati pemandangan sekolah yang setiap harinya memang sudah ia nikmati.

Dering ponsel Nadila berbunyi, gadis itu merogoh saku seragamnya, mengambil benda pipih itu kemudian membuka kuncinya.

Bibir Nadila melengkung membentuk sebuah senyuman, mengotak atik layar ponsel yang ada di tangannya. Nindy, Karin, dan juga Arani melirik gadis itu dengan kening berkerut.

"Kenapa?" Tanya Karin melirik Nindy dan Arani bergantian.

Arani dan Nindy mengangkat bahunya. "Nggak tau" balas mereka serentak.

Ketiga sahabat Nadila itu pelan-pelan mendekat. Mencoba mengintip aktifitas apa yang dilakukan oleh Nadila dengan benda pipih kecil yang berbentuk persegi panjang itu. Dan anehnya, Nadila sedikitpun tidak menyadari bahwa ketiga sahabatnya itu sudah ikut membaca chattingan dirinya sedari tadi.

Hingga....

"What?" Arani bersorak dengan suara melengking di telinga Nadila.

Nadila kaget, ia menoleh ke arah kiri dan kanan. Mendapati sahabatnya yang sedari tadi mengintip.

"Ngapain kalian?" Tanya Nadila penuh curiga.

"Lo udah jadian sama Anafi?" Kaget Karin bertanya.

"Kok bisa?" Timpal Arani.

Nadila terdiam, ia menyembunyikan ponsel miliknya itu sesegera mungkin ke dalam saku seragamnya.

"Enggak! Siapa yang jadian?" Sahut Nadila berbohong.

"Alah, kita baca kok pesan lo dari tadi!" Cicit Arani.

Sementara Nindy, gadis itu sama sekali tidak membuka suara, ia hanya tersenyum menyaksikan perdebatan diantara sahabatnya.

"Apaan sih? kalian salah liat kali" Elak Nadila masih berbohong.

"Salah liat apanya? Jelas-jelas gue baca. "Iya sayang, ini lagi nyantai aja sama Karin, Nindy, sama Rani." Karin berbicara seolah mencemooh.

"Aishhh" Nadila berdecak kesal. "Iya! gue udah jadian! sambungnya kemudian.

"Dari kapan?" tanya Arani.

"Tiga hari yang lalu" Sahut Nadila jutek.

Benar, tiga hari yang lalu, saat Anafi mencegah Nadila untuk turun dari mobilnya, tepat saat mereka pulang dari Coffe Shop, pria itu mengungkapkan perasaannya pada Nadila.

Pada saat itu, Nadila bingung, ia juga terlihat ragu. Rasanya seperti mimpi. Tidak mungkin? tapi itulah faktanya.

Flashback

Anafi menarik tangan Nadila saat gadis itu hendak keluar dari mobil miliknya hingga posisi mereka menjadi beradu pandang. Kedua manusia itu saling menatap lekat satu sama lain.

Deg

Jantung Nadila sungguh tidak bisa di kondisikan lagi. Organ tubuhnya itu berdetak begitu kencang, dan sangat kencang.

Nadila menyingkirkan tangannya dari Anafi.

"A-ada apa Fi?" Tanya Nadila terbata bata.

Anafi mengusap rambutnya, memalingkan pandangan ke sembarang arah. Kemudian kembali menatap Nadila.

"Nad, lo mau nggak jadi pacar gue?" Kata-kata itu berhasil lolos dari mulut Anafi.

Mata Nadila terbelalak. Percaya? tentu saja tidak. Mungkinkah ini mimpi? Fikir Nadila seperti itu.

Nadila tertawa, memukul pelan dada Anafi.

"Apaan sih Fi, udah ah becandanya nggak lucu" Nadila kembali hendak melangkahkan kaki keluar dari mobil Anafi. Namun, lagi dan lagi, pria itu kembali mencegahnya. Menarik tangan Nadila kembali hingga posisi menghadap pada dirinya.

Anafi menatap lekat mata Nadila. Nadila terdiam seribu bahasa, raut wajahnya datar menatap lekat mata Anafi.

"Gue serius Nad, gue nggak boong!" Tuturnya tegas.

"T-tatapi Fi,..."

"Sekarang lo mau nggak jadi pacar gue?" Potong Anafi.

Nadila tidak tau harus menjawab apa. Bibirnya kaku, tangannya dingin seketika. Sejujurnya Nadila tidak percaya, tapi memang itulah faktanya. Anafi mengungkapkan perasaannya. Semulus inikah jalan Nadila untuk meluluhkan hati Anafi yang beberapa waktu lalu saja masih bersikap dingin pada dirinya?

"Nad" Anafi menarik tangan Nadila, hingga sedikit lagi, bibir mereka bisa saja bersentuhan jika salah satu dari mereka bergerak.

Nadila memejamkan matanya. "Ii-iya iya Fi gue mau, gue mau" Sahutnya kemudian gadis itu segera menjauhkan tubuhnya dari Anafi.

"Gue masuk duluan ya daa" Nadila bergegas keluar dari mobil Anafi. Gadis itu melangkah cepat masuk ke dalam rumah dengan tangan masih memegangi dadanya yang sudah berdetak sangat-sangat tidak normal.

"Haduh, lama-lama bisa copot jantung gue!" Cicit Nadila sambil berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.

**

Nadila menaruh slingbag yang semula ia kenakan itu di rak gantung yang berwaran putih itu. Gadis itu menghempaskan tubuhnya di kasur, menghela nafas dengan kasar.

"What?" Nadila tersadar akan jawabannya pada Anafi barusan. "Gue nerima Anafi gitu aja?" Matanya membulat. "Aduh **** banget sih gue, kenapa gue ngomong iya iya gitu aja sih. Harusnya kan ada drama mikir-mikir dulu, biar Anafi nggak tau kalo gue emang udah suka sama dia! ***** dasar *****!" Nadila memukul kepalanya sendiri.

Author : makannya jangan salting. wkwk

Di dalam mobil, Anafi tampak masih mematung. Netra pria itu tampak menatap lurus ke arah depan dengan raut wajah yang begitu datar seolah sedang memikirkan sesuatu.

Tak berselang lama, Anafi segera menghidupkan mobilnya kemudian melajukan mobil tersebut untuk kembali pulang ke rumahnya.

Flashback Off

"Jadi gitu ceritanya?" Tanya Arani memastikan.

Nadila mengangguk membenarkan dengan raut wajah memalas.

"Terus kenapa lo nggak cerita sama kita?" Sahut Karin seolah mengintrogasi.

"Ya gue mau cari waktu yang tepat!" Jelas Nadila.

"Yaudah terserah lo, sekarang ikut gue!" Karin menarik tangan Nadila dengan kasar, menyerat gadis itu seperti ibu tiri yang tak tau diri.

Sementara Nadila, gadis itu sedikitpun tidak melakukan perlawanan, dirinya pasrah. Seolah sedang bermain drama Putri Yang Teraniaya. Ah sa ae.wkwk

Kening Nadila tertaut, saat Karin menghempaskan tangan Nadila yang semula ia genggam. Gadis itu menatap Karin dan Arani yang saat ini berdiri di depan dirinya dengan tangan dilipat di dada dengan raut wajah songngnya.

"Ngapain kalian bawa gue kesini?" Ucap Nadila tak ramah.

"Pajak jadian!" Sahutnya serentak!

"Yaelah, kalo gratisan aja kalian nomor satu" Nindy yang baru saja menyusul ketiga sahabatnya itu berucap sambil menodorong kepala Karin dan Arani dari belakang.

"Ya iyalah, lo pikir nyari uang nggak susah apa? dimana ada gratisan harusnya bersyukur!"

"Iya iya serah lo deh, serah lo. Yang penting yang keluar bukan duit gue!" Cicit Nindy tidak ingin memperpanjang masalah.

.

.

.

.

Jangan lupa Like, Komen, dan Vote ya. Terimakasih :)

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Diihh nembaknya gak romantis banget,gak ada embel2 nya.. tapi kok Nadila yg di tembak aku yg senyam senyum kegirangan😂😂😂😜😜😜

2023-03-01

0

Satu Dua

Satu Dua

Nindy punya rahasia apa nich, tentang anafi

2021-09-29

0

Henny Barutressy

Henny Barutressy

asyiiiokk baca ceritanya, gak boseenn🙏

2021-06-07

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 78 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!