Menyesal

"Jadi sebenarnya waktu itu, setelah gue tau kalo Nanad suka sama Anafi, gue langsung ngajak Anafi ketemuan. Lo ingat kan, waktu Nanad cerita dia suka sama Anafi? gue lihat Nanad menaruh harapan yang sangat besar pada Anafi karena semua kebaikan yang udah Anafi lakuin sama dia."

"Padahal kalian juga pasti tau, dari dulu Anafi itu orangnya kayak gimana? dia memang baik ke semua orang, tapi Nanad justru salah mengartikan semua kebaikan Anafi pada dia selama ini."

"Gue juga ingat banget, Nanad pernah kecewa karena nggak pernah ketemu lagi sama Vino teman Aldo yang waktu itu. Itulah sebabnya, gue nggak mau aja liat dia terluka untuk yang kedua kalinya."

"Dan jujur, gue nggak pernah berfikir hal seperti ini akan terjadi. Gue tau, Anafi cuma menganggap Nanad hanya sebagai seorang sahabat, tapi yang ada dalam fikiran gue pada saat itu adalah lambat laun Anafi juga pasti akan bisa buka hatinya buat Nanad, tapi ternyata gue salah!"

"Gue sadar, terkadang apa yang kita anggap baik belum tentu baik juga bagi orang lain."

"Gue cuma mikirin sisi baiknya aja pada saat itu, gue sama sekali nggak pernah terfikir hal buruk seperti ini akan terjadi."

Karin, Arani, Bagas, dan juga Aldo masih terlihat fokus mendengarkan setiap penjelasan yang keluar dari mulut Nindy.

Flashaback

Saat Nadila menceritakan apa yang ia rasakan tentang perasaannya terhadap Anafi pad Nindy di restoran waktu itu. Keesokan harinya, Nindy langsung menghubungi Anafi untuk segera bertemu. Anafi tentu saja menerima tawaran Nindy. Hingga mereka pun saat itu bertemu di sebuah coffe shop yang ada di pinggiran kota.

Anafi dan Nindy duduk berhadapan sembari menunggu minuman mereka datang. Nindy tampak memperhatikan sekitar, sementara Anafi, pria itu sesekali mencuri pandang pada Nindy.

"Ngapain lo ngajakin gue kesini Nin? tumben banget" Tanya Anafi penasaran.

"Nanad suka sama lo!" Putus Nindy tanpa basa basi.

Kening Anafi tertaut. "Maksud lo?"

"Iya! maksud gue Nanad suka sama lo!" Tekan Nindy.

"Terus?" Anafi masih mencoba mencerna ucapan Nindy.

"Gue nggak mau lo sampe nyakitin Nanad!" Nindy menatap Anafi tajam.

Anafi memalingkan pandangannya, tersenyum menyeringai. "Maksud lo apaan sih Nin?" Tanya Anafi memastikan.

"Gue yakin lo ngerti maksud gue tanpa gue perjelas Fi!"

"Oke gue ngerti, jadi lo nyuruh gue deketin Nanad? itu maksud lo?"

"Bagus kalo lo paham! Dan nggak hanya deketin, lo juga harus jadian sama Nanad, bikin Nanad bahagia" Nindy memalingkan pandangan.

Anafi kembali tersenyum menyeringai. "Lo udah nggak waras ya Nin? Hanya karena Nanad suka sama gue, lo jadi maksa gue untuk suka sama Nanad juga? Gue nggak bisa Nin! Nanad udah gue anggap sebagai sahabat!"

"Gue tau Fi, tapi perasaan itu bisa aja tumbuh seiring berjalannya waktu. Lagian kurang Nanad apa coba? dia cantik, baik, penyayang, dan yang jelas dia tulus sama lo. Gue bisa liat itu!"

"Tapi lo sadar juga nggak Nin? perasaan itu nggak bisa dipaksain!" Tegas Anafi memberontak.

"Oke kalo lo nggak mau" Nindy memalingkan pandangan "Berarti pertemanan kita cukup sampai disini. Sampai kapanpun gue nggak akan mau ketemu lagi sama lo!" Putus Nindy sepihak. Gadis itu segera bangkit dari duduknya, hendak melangkah pergi dari sana.

Berfikir sejenak, Anafi kembali menarik tangan Nindy, hingga gadis itu memalingkan pandangannya ke arah belakang, menatap Anafi dengan raut wajah datarnya.

"Oke gue mau! Tapi gue nggak bisa mastiin semua akan berjalan sesuai kehendak lo. Dan jangan pernah salahin gue apapun yang akan terjadi nanti!" Anafi terlebih dahulu bangkit dari duduknya, meninggalkan Nindy di sana sendirian. Sementara Nindy, gadis itu menatap punggung Anafi yang semakin lama semakin menjauh dari pandangan matanya.

Nindy kembali duduk di tempat semula. Menikmati minuman yang baru saja datang seorang diri. Entah apa yang ada di fikiran gadis itu saat ini.

Flashback off

"Jadi gitu ceritanya? dan lo sampe ngancem Anafi?" Arani bertanya yang seketika diangguki oleh Nindy dengan raut wajah bersalahnya.

Karin menggenggam tangan Nindy. "Nin, gue tau lo orang baik, karena gue udah mengenal lo bukan hanya satu atau dua tahun. Tapi disini cara lo salah. Lo nggak bisa maksain perasaan seseorang Nin."

"Meskipun Nanad menaruh harapan yang besar pada Anafi, tapi kalo dia tau dengan sendirinya bahwa Anafi cuma nganggap dia sahabat, mungkin Nanad juga bisa terima."

"Gue tau lo nggak mau Nanad sakit, kecewa. Tapi justru dengan cara ini Nanad jadi terluka. Karena ini justru lebih kenyakitkan bagi Nanad Nin, selama ini dia bahagia bersama Anafi, dia merasa Anafi benar-benar membalas perasaannya, sayang sama dia, tulus sama dia. Tapi kenyataannya? semuanya justru hanya kepura-puraan."

"Gue nggak bisa ngebayangin kalo gue jadi Nanad Nin, sungguh ini lebih menyakitkan daripada harus mendapati kenyataan bahwa Anafi hanya menganggap dia sebagai seorang sahabat."

"Gue nggak akan nyalahin lo, karena gue tau niat lo baik. Tapi gue harap lo akan menjadikan ini sebagai pelajaran. Karena nggak semua perasaan manusia bisa dipaksa Nin, yang ada hanya menyakiti salah satunya, bahkan bisa jadi keduanya. Gue yakin lo ngertin maksud gue"

Nindy tak mampu lagi menahan air matanya. Cairan bening itupun berhasil lolos di pipi indah Nindy. Ia menyesal, bahkan sungguh menyesal. Niat baiknya justru membuat sahabatnya terluka.

"Terus gue harus apa? Nanad marah sama gue Kar, Ran" Nindy berbicara sambil terisak, melirik Arani dan Karin secara bergantian.

Karin menyapu air mata yang membasahi pipi Nindy dengan ibu jarinya. "Lo tenang aja, Nanad cuma butuh waktu, Nanad cuma butuh waktu untuk nenangin dirinya. Nanti kalo suasana hati Nanad udah mulai membaik, lo bisa jelasin baik-baik sama Nanad, dan gue yakin, Nanad nggak se pendendam itu. Dia pasti ngerti dan dia pasti bakalan maafin lo."

"Sekarang kita hanya perlu biarin Nanad sendiri. Kita beri Nanad waktu untuk nenangin hati dia" Nindy mengangguk dengan air mata yang masih saja menetes di pipinya. Gadis itu memeluk Arani dan juga Karin dengan sangat erat. Sungguh, penyesalan selalu datang kemudian.

"Jadi inti dari permasalahannya apa?" Bagas membuka suara, hingga semua menoleh ke arahnya.

"Nanad udah tau semuanya. Dan Nanad juga kemarin dikirimin foto oleh teman kelas kita. Foto Anafi sedang pelukan di Kafe sama perempuan" Sahut Arani.

Mendengar hal itu, tangan Bagas terkepal kuat, wajahnya memerah pada menahan amarah. Bagas melangkah hendak menghajar Anafi, namun ia tidak lagi mendapati Anafi di rumah Aldo.

"Anafi brengsek" Lirih Bagas dengan tangan yang masih terkepal kuat.

.

.

.

.

.

Jangan lupa Like, Komen, dan Vote. Terimakasih :)

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Nah kan ku pikir juga apa,,pasti Bagas bakal ngamuk saat tau kalo Anafi cuman mainin perasaan Nadila,,

2023-03-01

0

Rena Nia

Rena Nia

kalo aku jadi nanad sih mending sma si bagas yg udah jelas syang ...enakan dicintai daripada mencintai sakit wkwk

2021-01-02

1

Mifta Khai

Mifta Khai

Gua mah lebih pilih cowok yang sayang ama gua🤣🤣 Daripada berharap, mending buka hati buat cowok yang udah jelas sayang..🤣🤣

2020-10-09

12

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 78 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!