Di rumah
"Huhh..... Menikah itu melelahkan!" Dengus Jean setelah menempatkan pantatnya di sofa ruang tengah.
"Melelahkan apanya kakak! Dasar kak Jean lemah." Ucap Steve yang masih ikut masuk ke dalam rumah Jean. Hana hanya bisa bungkam tanpa mengeluh.
"Kenyataan aku lelah. Terserah kau mau bilang apa Steve!"
"Itu hanya ke KUA, belum pestanya kak. Jangan mengeluh seperti itu, pernikahan itu berkah. Oke!"
"Haist berisik Steve, kau pulang saja. Kepalaku pening denger ocehanmu seperti burung berkicau."
"Kakak....."
Hana dari tadi masih berdiri ditempat, ia merasakan sudah menahan air kecingnya dari tadi. Ia langsung nyelonong naik keatas kamar, tanpa memperdulikan perdebatan mereka berdua.
Bicara Steve berhenti ketika melihat Hana langsung pergi naik ke atas.
"Astaga aku lupa, kakak sudah menikah. Seharusnya aku langsung pergi dari sini." Sambung ucap Steve lagi setelah Jean dan Steve melihat Hana naik ke atas kamarnya itu.
"Baik-baiklah... Kalau begitu Steve pergi dulu ya kak Jean. Ingat ya kak sama sepekatan kita kemarin." Ucap Jean lagi lalu berdiri dari duduknya kemudian berjalan keluar rumah Jean.
Setelah kepergian Steve, tiba-tiba ponsel Jean berdering di saku dalam jasnya itu. Ternyata panggilan video call dari Isabel.
"Isabel!" Ucap Jean setelah melihat layar ponselnya tertera nama kekasihnya itu.
"Hallo Isabel." Sapa Jean menerima panggilan tersebut.
"Sayang, aku merindukanmu." Jawab Isabel terlihat wajah cantik Isabel di layar ponsel Jean.
Jean hanya tersenyum melihat Isabel merindukannya, baru sekarang ia mengatakan merindukannya bisa sesuka hati menyampaikan rasa rindu. Sedangkan Jean kalau rindu harus menunggu Isabel membalas pesannya, percuma berkali-kali menelepon Isabel tidak pernah dijawab.
"Hany kenapa diam saja? Apa kau tidak merindukanku Jean." Ucap Isabel merajuk
"Siapa bilang aku tidak merindukanmu ! Aku sangat merindukanmu."
"Sungguh!"
"Tentu, Isabel kapan kau akan pulang? Apa pekerjaan pemotretan disana belum selesai?"
"Belum Jean, baru saja beberapa hari aku menandatangani kontrak disini sayang."
"Berapa lama?"
"Kurang lebih mungkin 1 tahunan."
Terlihat sekali diwajah Jean kecewa dengan jawaban Isabel, rindu? omong kosong, kalau memang rindu harusnya bertemu, tidak jarak jauh seperti ini.
"Sayang kau pakai jas.. itu disakumu ada bunga seperti bunga-bunga pernikahan."
Jean melihat jasnya memang ada bunga sepasang dengan mempelai perempuannya yaitu Hana.
"Oh ini... ini tadi aku mengambil bunga ini dari pernikahan sahabatku. Aku minta aku taruh disakuku, siapa tahu aku ketularan nantinya cepetan menikah denganmu." Ucap bohong Jean.
"Syukurlah, aku kira kau yang menikah sayang." Ucap lega Isabel, ia begitu percaya dengan Jean.
"Baiklah, kalau begitu aku matikan dulu ya sayang. Aku ada pemotretan lagi byee." Isabel langsung mematikan panggilannya itu tanpa menunggu jawaban dari Jean.
Hana mendengarnya dari tadi, niat awalnya dia mau meminta suaminya untuk membantu menurunkan resleting dibelakang bajunya.
"Hana!" Ucap Jean memanggil Hana terdiam di anak tangga.
Hana mendengar semuanya perkataan Jean dengan kekasihnya. Ia langsung naik kembali keatas dan masuk kedalam kamar.
Jean pun masuk kedalam kamarnya melihat Hana terdiam di sisi ranjang tidurnya.
"Tuan! memiliki kekasih yaitu Isabel, kenapa saya yang dinikahi oleh tuan Jean." Ucap Hana kepada Jean yang ikut duduk disebelah ranjang tidurnya.
"Sudahlah Hana, kau sudah menjadi istriku. Soal Isabel biar menjadi urusanku. Dan kau ingat satu hal kau wanita tebusan, jadi kau kujadikan istri untuk menebus uang 25 milyar untuk membeli dirimu."
"Saya sadar diri tuan!"
"Bagus. Lagi pula kita tidak saling mencintai. Setelah pernikahan 1 tahun kita nantinya aku akan melepaskanmu. Hitung-hitung ini semua karena kau membayarnya untuku."
Jean berdiri dan bergegas masuk kedalam kamar mandi, sedangkan Hana hanya termenung dengan nasip sialnya.
"Tidak apa Hana, kau tidak mencintainya. Tuan Jean benar setelah 1 tahun pernikahanku dengannya berakhir, aku bisa pulang untuk mencari mamah dimana."
...*****...
Di malam hari
"Kau tidur disana. Aku disini." Ucap Jean kepada Hana, karena di sebelah ranjang tidurnya ada ranjang tidur yang muat untuk 1 orang saja tepat di dekat jendela.
"Baik tuan!"
Mereka sama-sama berbaring tidur diranjang tidurnya masing-masing.
"Hana. Aku minta mulai hari ini panggil aku Jean saja tidak perlu pakai tuan."
"Tap...."
"Jangan membantah! Saya tidak suka dibantah." Ucap Jean memotong ucapan Hana.
"Baik tuan.. ehh Jean."
"Ulangi sampai benar."
"Baik Jean!"
"Bagus, tidurlah."
"Em saya...."
"Satu lagi Hana, tidak saya-sayaan tapi aku saja manggilnya."
"Ingat ! Aku tidak suka bantahan."
"Baik." Patuh Hana lagi.
"Bagus, kau mau bilang apa?" Tanya Jean memiringkan tubuhnya melihat Hana yang masih telentang tidurnya tanpa melihat Jean di sebelah ranjang tidurnya.
"Apa aku boleh melamar pekerjaan besok Jean? Aku hanya ingin bekerja untuk mengumpulkan uang, lebih cepat terkumpul lebih cepat aku bisa mencicil uangmu yang 25 milyar. Bisa kita tidak kelamaan menunggu pernikahan kita berakhir 1 tahun."
"25 milyar tidak sedikit, mau ngumpulin uang sampai berapapun kau Hana tidak akan lunas. Yang jelas bagiku uang tidaklah berarti, yang terpenting pernikahan ini segera berakhir 1 tahun lamanya." Batin Jean dalam hatinya.
"Ide bagus!"
"Apa kau mengizinkanku?"
"Ya. Ada batas jamnya. sebelum jam 7 malam kau harus sudah sampai dirumah, aku tidak ingin aku pulang kerumah kau tidak ada dirumah. Kau bisa menyadari dirimu itu siapa."
"Menyadari diriku sebagai istri?"
"Iya, lebih tepatnya sebagai istri tebusan."
"Sudah malam, aku sangat lelah. Tidurlah!"
...****...
Pagi hari....
"Pagi Jean, aku sudah siapkan sarapan pagi untukmu." Ucap Hana kepada Jean yang sudah berjalan kearahnya tepatnya dimeja makan.
Jean meletakan jasnya di kursi kosong sebelahnya, dan meminta Hana juga menemani Jean untuk melakukan sarapan pagi bersama. Bukan karena kesepekatannya dengan Steve, mungkin sikap dingin dan cueknya melabui dirinya, tapi entah kenapa Jean merasa enjoy saja dengan Hana.
Kemudian acara sarapan bersamanya pun dimulai, Jean menikmati masakan Hana yang begitu enak dan cocok dimulutnya. Sikap Hana kepada Jean begitu baik bahkan sudah memenuhi syarat sebagai istrinya.
"Aku sudah selesai sarapan, aku langsung saja berangkat."
"Dan ini, kau bisa pakai Card-ATMmu buat peganganmu. Aku suamimu, ada hak nafkah lahir untukmu dariku. Terima dan aku tidak suka penolakan!" Ucap Jean setelah meletakan Card-ATM tersebut dimeja makan.
"Baik, aku hanya memegangnya. Dan tidak akan menariknya."
"Hana!"
"Ap... apa ada yang salah?"
"Kau boleh menggeseknya ketika kau perlu sesuatu, nanti kiranya aku menjadi suami yang tidak bertanggung jawab dengan istrinya."
"Tenang Jean, hari ini aku sudah mulai bekerja karena bos ku sudah menerimaku sebagai seketarisnya. Tidak perlu khawatir !" Ucap Hana tersenyum melihat Jean.
"Bagus!" Ucap Jean dengan wajah datarnya.
"Tunggu Jean." Kata Hana menghentikan langkah Jean lalu dirinya mendekat kearahnya dan meraih tangan kanan Jean untuk ia cium punggung tangannya dengan lembut.
Jean tertegun dengan sikap Hana barusan, benar-benar ia merasakan seperti ada desiran hati tersendiri.
"Hati-hati dijalan."
》Bersambung......
.
.
.
.
Salam hangat dari author imah_nm untuk para pembaca semoga terhibur dan kalian semua suka. 🤗
JIKA TEMAN-TEMAN SUKA BERI AUTHOR DENGAN \=
VOTE 🎖️
LIKE 👍
KOMENTAR 💬
FAVORIT ❤
TIP⭐
RATE 5 BINTANG ⭐⭐⭐⭐⭐
Bantu dengan LIKE dan KOMENTAR kalian disetiap BAB, itu semua bentuk dukungan teman-teman untuk author agar semangat UPnya💝!!!Terima kritik dan saran kalian agar lebih baik lagi dari sebelumnya. Terimakasih sebanyak-banyaknya. 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Temy Gerrard Ynwa
ATM Card bukan Card ATM ya. Bacanya jadi rancu. maaf cuma koreksi aja.
2022-09-28
1
Suzhie Ribkha Udyana
tercubit hatiq pas hana mencium tangan jean
2021-05-23
0
Ilan Irliana
buat hanna...jan bucin dluan...hrs jean dlu yg cnt m loe okk..
2021-05-12
0