Di rumah
Jean pulang seperti biasanya, ia ingat dirumah masih ada mamahnya. Dan dia juga ingat ada seorang wanita dirumahnya.
"Kau sudah pulang Jean?" Tanya mamah Tie selesai menata makan malamnya bersama Hana disana.
"Jean kita makan malam bersama, ini tadi Hana yang memasak ternyata dia jago masak Jean. Mamah saja yang setua ini tidak tahu menu-menu baru seperti ini. Hehehe mamah hanya membantu Hana membawa makannya dimeja saja. Sini Jean kita makan bersama-sama!" Ucap mamah Tie membujuk Jean yang masih berdiri ditempat.
Hana hanya bisa menundukkan kepalanya tanpa berani melihat Jean disana.
Jean mulai mendekat kemeja makan, mamah Tie sudah duduk begitu juga Jean duduk dikursinya. Hana masih diam mematung karena ia takut dengan tuannya itu, dia tidak ingin lancang atas tindakannya itu karena dia sadar hanya wanita yang ia beli.
"Kenapa kau masih diam saja disana? Kemarilah! Kita makan bersama-sama." Ucap Jean kepada Hana, Hana menolak tapi Jean selalu memaksa pada akhirnya Hana pun menurutinya.
Jean memakan masakan Hana, tidak buruk. Ini sangat-sangat enak melebihi masakan restorant. Begitu juga mamah Tie memuji makanannya kepada Hana, Hana tersenyum dengan pujian dari mamah Tie, beda dengan Jean yang bungkam tidak mengatakan apa-apa tentang makan malam yang di hidangkan oleh Hana itu, lagi pula ketika dirumah Hanalah yang setiap harinya memasak. Jadi mungkin karena hobbynya yang suka memasak jadi seenak ini masakannya.
"Mamah, dan kau Hana... Aku ingin berbicara bersama kalian." Ucap Jean setelah selesai meminum air putihnya, dan ketiga-tiganya juga selesai makan terlihat piring masing-masing habis tidak ada sisa makanan.
"Mau bicarakan apa Jean??" Tanya mamah penasaran.
"Kita bahas diruang tengah saja mah!"
"Pelayan, tolong bersihkan sisa makanan semua dimeja makan ini." Perintah Jean kepada salah satu pelayan disana.
"Baik tuan!" Patuh salah satu pelayan yang mendekat untuk mengambil piring bekas yang ada dimeja.
"Biar saya...." Ucap Hana kepada pelayan itu.
"Hana? Apa kau tidak dengar dengan ucapanku tadi, ikut denganku di ruang tengah."
"Ayo mah!" Ajak Jean kepada mamah Tie, akhirnya Hana pun menuruti keinginan Jean.
Mamah Tie , Hana, dan Jean sudah duduk di sofanya masing-masing. Jean memulai membuka topik pertamanya.
"Baiklah langsung saja aku ingin menikahimu." Ucap Jean kaku, to the point kepada Hana.
Hana jelas terkejut dengan petuturan Jean barusan, mamahnya juga sama tidak kalah terkejut.
"Ke... kenapa tuan mengatakan itu?"
"Aku tidak mau mendengar bantahan darimu, mau atau tidak kau harus menikah denganku."
"Bentar Jean, apa mamah tidak salah dengar. Tadi pagi kau menolak untuk menikahi Hana, sekarang kau mau menikah dengan Hana." Sahut mamah Tie kepada Jean.
"Mah, aku mohon jangan tanyakan itu lagi. Lagi pula mamah ingin menantukan? Dan kelihatannya mamah nyaman dengan Hana, tadi saja dimeja makan mamah selalu memuji masakan Hana, di taman belakang yang suka berkebun mamah ditemanin. Bahkan Hana sendiri yang membersihkan seisi rumah ini, padahal ada pelayan."
"Dan kau Hana, kau akan menjadi istriku tapi tidak ada hak kau untuk bersih-bersih di rumah ini sehingga memberatkan dirimu, bisa-bisa kau merepotkanku nantinya kalau kau lelah ataupun sakit. Kau mengerti!" Ucap Jean menatap Hana yang tadinya menatap Jean tatapan Hana menjadi menciut menunduk kebawah.
"Ta... tapi tuan!"
"Tidak ada tapi-tapian dan tidak ada bantahan, aku hanya ingin menikahmu diakui agama dan negara. Jadi besok kita langsung ke KUA tidak ada resepsi pernikahan."
"Kenapa begitu Jean? mamah ingin kau menikah besar di atas karpet merah di sambut banyak yang orang melihatnya." Sahut mamah Tie tidak suka dengan keputusan Jean itu.
"Tidak perlu mah, cukup kita saja yang tahu. Semua sudah diurus Steve. Jadi besok Hana langsung memakai baju pengantin yang sudah dibawakan oleh Steve kepada Hana."
"Siapkan dirimu untuk besok." Ucap Jean kepada Hana
"Dan mamah, sesuai janji mamah ketika Jean dan Hana menikah mamah harus kembali kerumah papah. Aku ingin menjalani pernikahanku dengan Hana dirumah ini, beri waktu Jean bersama Hana." Ucapan beralih kepada mamah Tie.
"Mah, bukan maksud Jean mengusir mamah dari rumah ini. Seharusnya mamah tahu setelah kita menikah. Kalau mamah merindukan Jean, mamah bisa kesini kapanpun, kasih tahu Jean biar Jean yang akan menjemput mamah sendiri."
"Tidak masalah Jean, putraku. Akhirnya kau menikah juga, mamah senang mendengarnya meskipun tidak begitu megah dan hanya didepan penghulu. Baiklah mamah akan restuin kalian. Mamah tidak tahu alasannya kenapa akhirnya kau memutuskan untuk menikahi Hana, tapi harapan mamah suatu saat kau akan mewujudkan permintaan mamah dengan mengadakan pesta pernikahan kalian didepan banyak orang yang merestuimu. " Jelas mamah Tie.
"Iya mah, suatu saa nanti aku janji akan memberi pesta pernikahan meriah dihadapan mamah. Tapi Jean juga berharap Isabel mau aku nikahin setelah pernikahanku dengan Hana selesai." Batin Jean pada hatinya.
...******...
"Hana, untuk hari ini saja kau tidurlah dikamarku. Aku bisa tidur diruang tengah. beristirahatlah!" Titah Jean kepada Hana setelah kepergian mamah Tie yang lebih dulu masuk ke dalam kamar.
"Tuan, biar saya saja yang tidur di ruang tengah. Tuan Jean bisa kembali ke kamar tuan." Ucap Hana yang tidak enak hati kepada Jean.
"Sudah berapa kali kau membantahku? Hana kembali kekamar atas sekarang juga!" Ucap Jean dengan nada penekanannya itu, dengan tatapan tajam Jean mengarah ke Hana, kedua tangannya sudah gemetar tidak berani lagi untuk membantah.
"Sekarang!"
"Ba... baik tuan!"
Setelah kepergian Hana, Jean kembali duduk disofanya. Meletakan kepalanya di belakang sudut sofa, ada kamar dibawah kosong tapi kamar itu untuk Isabel, bahkan lengkap dengan baju-baju dan make up untuk Isabel.
Jean memilih untuk tidur di sofa saja daripada tidur di kamar kosong yang sudah dihias sesuai selera Isabel, tapi Isabel sendiri selama ini tidak pernah menginap dirumahnya. Untuk apa kamar itu, Jean tersenyum kecil seperti menertawakan percintaannya sendiri dengan Isabel.
Hari ini saja Isabel tidak menghubungi Jean sama sekali, Isabel sibuk dengan dunianya sendiri, padahal disini ada sang kekasih yang merindukannya. Pacaran sih iya, tapi seperti bukan rasa pacaran lagi. Apa lagi umur Jean sudah cukup dewasa, cukup matang dan mapan. Tidak ada kurangnya apapun dari Jean sama sekali. Sudah waktunya Jean menikah memiliki kehidupan baru.
"Isabel, entah sekarang dimana kau? Sibuk apa? Dengan siapa? Yang jelas kau kekasihku. Tapi aku rasa kita bukan sepasang kekasih tepatnya kita seperti orang asing. Kau sibuk dengan urusanmu, sedangkan aku disini menunggumu kembali. Dan aku berharap kaulah yang seharusnya aku nikahin." Ucap Jean setelah merebahkan tubuhnya disofa panjangnya itu dan menatap langit-langit atap rumahnya.
》Bersambung......
.
.
.
.
Salam hangat dari author imah_nm untuk para pembaca semoga terhibur dan kalian semua suka. 🤗
JIKA TEMAN-TEMAN SUKA BERI AUTHOR DENGAN \=
VOTE 🎖️
LIKE 👍
KOMENTAR 💬
FAVORIT ❤
TIP⭐
RATE 5 BINTANG ⭐⭐⭐⭐⭐
Bantu dengan LIKE dan KOMENTAR kalian disetiap BAB, itu semua bentuk dukungan teman-teman untuk author agar semangat UPnya💝!!!Terima kritik dan saran kalian agar lebih baik lagi dari sebelumnya. Terimakasih sebanyak-banyaknya. 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Laurensiaming
cowo bego itu😃
2021-05-06
0
Senja
aku datang Kaka, semangat ya
2020-12-23
2
jenny
Kunanti kelanjutannya, thor. .
2020-12-23
3