“Kamu benar-benar luar biasa. Saya salut lihat kamu.” Wahyudi memuji Arumi.
“Makasih dok.” Kata Arumi.
“Kamu cantik, dan sangat banyak nilai plusnya. Sepertinya jadi model sangat cocok dan pas.” Kata Wahyudi seperti sedang bercanda dan serius.
“Model???”
“Iya model,” Wahyudi meyakinkan.
Arum hanya diam. Habibi dan mami serta papinya hanya mendengarkan Arumi percakapan dengan Wahyudi. Dokter di rumah sakit milik Anita yang sudah dianggapnya anak sendiri. Terlihat senyum ibu Anita dan pak Jhoni, seperti sedang berfikir sesuatu. Dan apa yang di pikirkan dapat dibaca oleh Wahyudi.
“Udah tante. Kalau yang seperti ini gak mungkin dia nolak. Malah dia ngarap bisa dekat terus.” Kata Wahyudi kepada mami yang membuat bingung Arumi.
“Benar itu Di.” Jawab ibu Anita
Berbeda dengan Habibi yang nampak kurang paham dengan apa yang mereka ceritakan. Ya walaupun Arumi tergolong gadis yang jenius, sudah pasti dia juga tidak akan tau rencana apa yang sedang di pikirkan pemilik perusahaan di tempat dia bekerja.
“Udah mi, kita harus ke kantor polisi untuk memberikan kesaksian.” Habibi memotong pembicaraan mereka.
“Papi sudah suruh orang kepercayaan papi menunggu di kantor polisi.” Jawab papinya.
“Mami dan papi mau ikut?” tanya Habibi.
“Iya dong. Mami dan papi harus tau siapa dalangnya.” Jawab mami dengan geramnya sambil mengepalkan tinjunya.
Mereka pergi meninggalkan ruangan dokter muda tersebut. Di kantor polisi. Begitu banyak pertanyaan-pertanyaan yang di berikan polisi. Dan yang membuat polisi itu tidak percaya, bagian gadis yang terlihat polos dan lugu bisa mengalahkan 7 orang laki-laki
“Mas antar pulang ya” kata Habibi kepada Arumi setelah selesai pemeriksaan di kantor polisi.
“Mas, Arum mau kerja, Arum gak apa-apa kok.” Jawab Arumi.
“Rum, kamu harus istirahat.” Tegas Habibi.
“Baru beberapa hari kemarin Arum libur. Sekarang mau libur lagi? Arum suntuk di kos,” jawab Arumi dengan suara pelan seperti bergumam.
“Kalau di kos kamu bisa istirahat,” Habibi menjawab dengan sabar.
“Tapi Arum bosan mas.”
Sesuai keinginan Bibi. Kalau tidak ada orang. Arum memanggilnya mas.
“Ya udah nanti kamu gak usah kerja. Kamu istirahat aja di pentri.” Habibi mengalah
“Iya,” jawab Arumi penuh semangat.
*********
Suasana kantor terdengar sangat tidak tenang. Saat mengetahui kabar, bahwa bos mereka di serang oleh penjahat. Saat kedatangan Arum dan direktur utama mereka. Spontan karyawan tersebu berdatangan untuk memastikan kondisi bos mereka. Dan melihat kondisi Arumi. Habibi, bos yang sangat baik kepada karyawannya. Seorang direktur muda yang selalu tersenyum menyapa karyawannya. Tanpa pernah memperlihatkan wajah yang sombong dan angkuh. Karena sikap seperti itu membuat para karyawati di perusahaannya sangat mengagumi pria ganteng dan kaya tersebut. Baik yang gadis, janda dan bahkan yang berstatus istri orang. Apabila Ia berjalan, maka hampir semua mata tertuju padanya. Pria yang tampan dengan tubuh yang tegap dan atletis. Dengan tinggi yang 180 cm. Wanita mana yang berani menolak pesona pria itu. Direktur utama muda tersebut tidak jauh berbeda dengan sang papi pak Jhoni Iskandar. Pria yang sudah berusia kepala 5 itu, tetap terlihat tampan dengan wibawah yang pekat. Berkulit putih, tinggi, memakai kaca mata. Dan rambutnya masih tampak hitam sempurna, tanpa ada yang putih. Tidak heran kalau masih banyak yang curi-curi pandang padanya. Ibuk Anita, tau sekali pesona dari suaminya yang sangat di kagumi banyak wanita. Karena alasan itulah Anita tidak pernah mau suaminya pergi sendiri.
Begitu banyak pertanyaan yang di lontarkan karyawannya. Membuat Bibi sedikit risih.
“Ah sudahlah. Kalian sudah lebih menyebalkan dari pada wartawan,” celoteh Bibi mulai terdengar. Membuat karyawannya tertawa.
“Maaf pak. Kami sangat menyayangi bapak, sehingga kami begitu mengkhawatirkan bapak,” balas Herman yang berada di posisi perancangan bangunan.
“Ah sudah lah. Lama-lama aku dengar kalian bicara. Ujung-ujungnya. Pasti minta naik gaji.” Potong Habibi.
“Ah bapak tau saja.” Susi yang terlihat sangat senang.
“Itu yang kami harap pak.” Balas Hadi.
Sepertinya karyawan sudah mulai mengeluarkan aspirasi mereka. Habibi pergi dari kerumunan karyawannya. Sambil menggenggam tangan Arumi. Yang langsung di pandang oleh semua karyawan. Arumi berusaha menarik tangannya. Namun genggam Habibi terasa semakin kuat.
“Mas, ruang Arum di belakang.” Kata Arumi mengingatkan Habibi yang terus menariknya menuju ruangan direktur.
Suara Arum menyadarkan Habibi.
“Maaf Rum.”
“Iya gak apa.” Arum sambil berjalan ke ruang pentri. Dengan detak jantung yang tidak karuan. Sedangkan Habibi hanya tersenyum memandang punggung gadis tersebut. Dan kemudian dia naik life untuk keruangnya.
Mami dan papi yang sudah sampai lebih dulu. Sudah menunggu di ruangan anaknya. Begitu masuk ke dalam ruangan tersebut, Habibi sudah menangkap tatapan tajam maminya.
“Mi, pi.” Habibi menyapa kedua orang tua nya. Yang tampak sangat marah.
Dari tadi mami sudah menahan emosi untuk tidak marah sama kamu.
“Iya mi, Bibi salah. Bibi minta maaf mi.” Pinta Habibi.
“Karena ulah kamu, gadis itu dalam bahaya. Kalau sempat dia tidak datang. Entah apa yang akan terjadi sama kamu. Kalau saja kamu dengar, apa kata papi dan mami. Hal seperti ini tidak akan terjadi.” Jelas maminya.
Bibi menundukkan kepalanya. Dalam hatinya. Dia merasa sangat menyesal.
“Sudahlah mi,” Jhoni berusaha untuk meredam emosi istrinya.
“Apa yang mami lakukan. Kamu jangan pernah protes. Dan kamu harus menurut.” Kata maminya lagi.
“Baik mi,” terdengar suara Habibi yang sangat lemah.
“Mami mau pergi dulu dengan papi. Mami masih ada urusan.”
Heppy day reader
visual habibi.
Billy Davidson
ini ya author ganti
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 360 Episodes
Comments
Aan Nurhasanah
visualnya bagus toh👍👍👍
2023-01-29
0
Rinjani
aduh Klu dak ada Arumi gmn Habibi ..bahaya aahh
2022-09-29
0
Nhya Naggh Sulungk
artis andalAn kiu
2021-11-24
0