Gadis tersebut berjalan kaki kekosnya. Jarak dari tempat tesnya memakan waktu sekitar 35 menit. Setelah sampai di kos, Arum terkejut melihat sosok yang sangat dia kenal.
“Hai....” Sapa ardi.
“Kamu dah lama nunggu aku Di?” Ucap gadis tersebut dengan nada yang sangat girang.
“Belum baru sekitar 30 menit. He....he......” Ardi menjawab sambil tertawa kepada Arumi.
Arum membuka sepatunya. Sepatu yang selalu dipakainya saat sekolah.
“Masuk yuk Di,” ajak Arumi kepada temannya tersebut.
Arum membuka kunci kamar. Kamar yang tampak sangat kecil. Ardi memperhatikan kamar tersebut yang hanya ada sebuah tikar dan tidak ada bantal. Tampak tersusun 3 buah gelas plastik dan 3 buah piring pelastik.
“Kamu gak pakai kasur?” Tanya pria itu kemudian.
“Gak,” jawab Arumi.
“Kok gak beli?” kata Ardi.
“Besok-besok aja. Kalau udah ada uang.” Jawabnya yang di iringi dengan gelak tawa
“Cowok boleh masuk kamar?” Tanya Ardi saat dilihatnya kos-kosan yang langsung satu ruang kamar dan juga kamar mandi di dalam.
“Arum rasa bolehlah sepertinya, aku lihat penghuni kos sini bebas bawak cowok. Di sini orangnya sangat cuek. Mungkin karena Jakarta ya. Aku juga gak begitu kenal dengan penghuni kos di sini. Ada yang pergi malam pulang pagi. Ada yang pergi pagi pulang malam. Sepertinya pada sibuk semua. Jadi jarang ketemu.” Kata Arum panjang lebar menjelaskan.
“Gak baik tidur langsung tanpa kasur, gak baik untuk tulang,” nasihat pria tersebut.
“Iya pak dokter. Nanti aku beli kalau sudah ada uang,” jawab Arumi sambil tersenyum manja.
“Yuk ikut,” ucap pemuda itu kemudian.
“Kemana?” tanya Arumi.
“Ikut aja nanti juga tau,” katanya.
Mereka pergi naik motor yang biasa pemuda itu bawa. Pria tersebut berhenti di ATM.
“Bentar ya, aku mau ambil duit,” ucap pemuda tersebut disaat motornya sudah terparkir di depan parkiran ATM.
“Iya,” sahut gadis tersebut, yang masih duduk di atas motor. Ia malas sekali untuk turun. Berhubung motor yang di pakai Ardi cukup tinggi. Membuat ia cukup sulit untuk naik.
Arum hanya menunggu di atas motor. Setelah selesai Ardi kembali mengendari motor dan berhenti di toko furniture. Ardi melihat spring bed yang nomor 2. Karena kamar Arum kecil. Kemudian dia juga membeli lemari pakaian plastik. Bed cover, dan bantal.
“Kamar kost kamu belum ada spring bed nya?" tanya gadis tersebut saat di lihat Ardi yang sibuk memilih spring bed.
“Belum,” jawab pemuda itu singkat.
Gadis itu hanya melihat tanpa mengeluarkan suara. Ardi memberikan alamat ke toko tersebut minta barangnya di antara alamat. Namun pemilik toko tidak mau dengan alasan bisanya pagi. Dengan sedikit memaksa akhirnya pemilik toko bersedia mengantarkan barang yang di beli Ardi. Pemilik toko mengatakan akan mengantarkan barang tersebut jam 9 malam.
Mereka pergi lagi ke toko elektronik. Ardi membeli kipas angin, rice cooker, dispenser dan TV 24 inci. Dan memberikan alamatnya kepemilik toko.
Pria tersebut mengajak Arum untuk makan. Mereka makan di restoran padang. Memesan jeruk dingin. Semua makanan yang dipesan sudah terhidang. Hanya menunggu waktu azan saja untuk mereka bisa membatalkan puasa. Menunggu azan Magrib sekitar 10 menit lagi. Rasanya sudah tidak sabar untuk menikmati hidangan yang sudah di sajikan di depan mereka. Suara azan yang terdengar berkumandang, mengukir senyum manis di wajah mereka. Mereka makan sambil mengobrol.
“Kamu sering-sering datang ya Di, ajak aku makan macam ini,” kata Arumi sambil memandang makanan yang ada di meja mereka.
“Kamu suka?” tanya pemuda itu.
“Suka banget... Ini pertama kalinya aku makan di restoran padang. Dan rasanya memang benar-benar enak,” katanya Arum sambil tersenyum.
“Kalau nanti aku tidak sibuk, Aku aja lagi kamu makan di sini,” ucap sahabatnya.
Dengan wajah senangnya Arum tersenyum. “Ia aku bisa perbaiki gizi kalau sering-sering seperti ini Di,” katanya.
Setelah selesai makan mereka duduk sebentar. Ponsel gadis tersebut berdering.
“Siapa rum,” tanya Ardi.
“Mbak Ina, pemilik warung pecel lele tempat aku kerja. Bentar ya aku angkat,” jelas Arumi. Ardi menganggukkan kepalanya.
“Halo mbak,” sapa Arumi memulai pembicaraan di Hpnya.
“Rum kamu di mana? Apa hari ini gak masuk? Pelanggan ramai yang tanya kamu.” Begitu telpon tersambung, gadis itu sudah di todong dengan pertanyaan beruntun dari mbak Ina.
“Hari ini Arum libur ya mbak, lagi ada yang disiapkan. Maaf Arum gak kabari mbak.” Ucap gadis tersebut.
“Ooo iya Rum. Gak apa,” kata mbak Ina.
“Makasih mbak,” balas Arumi.
Telpon pun di akhiri. Saat mbak Ina menjawab, ia tidak apa.
******
Setelah makan mereka memutuskan untuk pulang. Mungkin barang yang sudah di beli Ardi sudah sampai.
“Pulang yuk Rum,” kata pria tersebut.
“Iya,” jawab gadis tersebut.
Sesampainya di kos, Ardi melihat mobil pick up yang sedang berada di depan kos Arum.
“Mas,” sapa Ardi.
“Mas Ardi,” sahut pak supir.
“Iya mas betul,” jawab Ardi.
“Ini mau di letak di mana mas?” Tanya supir pickup tersebut.
“Ooo iya langsung masuk kamar saja,” pinta pemuda tersebut.
“Baik mas,” kata pak supir.
Arum hanya terdiam dan bingung.
“Rum buka pintu,” ucap pemuda itu yang melihat pintu masih terkunci.
“O... iya.” Dengan masih binggung ia melakukan apa yang di perintahkan oleh sahabatnya tersebut.
“Mas antenanya langsung di pasang ya. Sekalian TVnya langsung di pasang didinding.” Pinta Ardi.
“Baik mas,” jawab supir pickup tersebut.
“Ardi,” Arumi memanggil pemuda tersebut. Wajah gadis itu tampak masih bingung
“Iya,” jawab pemuda tersebut.
“Ini,” tanya gadis tersebut.
“Iya kenapa?” Tanyanya kemudian.
“Ini?” Kalimat singkat tersebut kembali keluar dari bibir kecil tersebut.
Ardi tersenyum. “Iya jawab pemuda itu.”
“Ini apa maksudnya,” tanya gadis itu lagi
“Gak ada maksud apa-apa,” jawab Ardi dengan santai.
“Maksud aku ini apa?” Arumi kembali bertanya dengan penuh kebingungan.
“Untuk kamu,” jawab pemuda tersebut.
“Apa?” Mata arum terbuka dengan sempurna.
“Iya untuk kamu,” jawab Ardi.
“Kamu gak perlu repot-repot,” ucap gadis tersebut.
“Tenang aja, aku gak pakai uang papa. Ini uang tabungan ku. Lagi pula uang aku banyak dan gak tau cara ngabisinnya.” Ucap pemuda tersebut sambil tersenyum.
“Sombong kamu,” ucap gadis tersebut sambil memajukan bibirnya.
“Tapi beneran?” Ucap Ardi yang meyakinkan sahabatnya sejak kecil tersebut.
“Makasih ya Di,” kata Arumi sambil tersenyum manis.
“Iya,” jawab Ardi sambil tersenyum
Setelah selesai pemasangan TV dan antena pak supir tersebut pergi. Mereka mengeluarkan barang-barang yang masih di dalam kotak. Di saat mereka masih sibuk mengerjakan barang-barang tersebut, terdengar suara mobil. Ardi keluar dari kamar tersebut. Ardi melihat mobil pickup yang datang dengan membawa tempat spring bed dan isi kamar lainnya.
“Mas,” sapa Ardi kepada supir pick up tersebut.
“Mas ardi? Tanya supir pickup.
“Iya mas,” jawab Ardi.
Mobil tersebut berhenti. “Ini mau di letak di mana mas?” Tanya supir tersebut saat ia sudah turun dari atas mobilnya.
“Langsung kamar aja,” pinta Ardi.
“Baik mas,” jawab supir pick up tersebut.
Ardi membantu mengangkat barang-barang yang di belinya, spring bed, lemari, meja kecil dan kursi, lengkap dengan bed cover dan bantal. Arum hanya terdiam melihatnya menyusun dan mencari posisi yang pas untuk meletakkan semua barang tersebut. Setelah itu, supir pick up tersebut meninggalkan kos Arum.
Arum terdiam melihat Ardi.
“Kenapa?” tanya Ardi, di saat ia melihat, gadis tersebut memandangnya.
“Kenapa kamu beliin ini semua?” Tanya Arum. Yang masih tidak percaya dengan apa yang telah diberikan sahabatnya.
“Biar kamu enak tidur, nyaman dan gak bosan di sini sendiri.” Ucap pemuda itu dengan tatapan yang tulus.
“Tapi kamu gak perlu repot-repot.” Arum yang merasa tidak enak hati.
“Siapa yang repot.” Ucap pemuda itu lagi.
“Kalau aku udah ada uang, aku ganti uang kamu.” Tawar gadis tersebut, yang merasa tidak enak.
“Gak usah, aku ikhlas.” Ardi menjawab dengan tegas.
Gadis itu meneteskan air matanya karena terharu. Aku gak pernah mimpi mau tidur di atas spring bed, punya kasur busa aja aku udah seneng, apa lagi aku punya semuanya seperti ini. Lirihnya yang sambil memandang wajah sahabatnya.
“Udah, gak usah sedih, aku belikan untuk kamu, biar kamu senang.” Ucap pemuda tersebut.
“Aku senang sekali,” sambil tersenyum melihatkan deretan gigi putihnya.
“Besok aku akan bawak kamu ke toko sepatu. Soalnya kamu mau kerja, siapa tau nanti kamu tes interview. Gak mungkin pakai sepatu itu.” Kata Ardi sambil melihat sepatu yang jelek di depan pintu.
Arum tertawa. “Aku tidak akan menolak tawaran mu kawan.” Ucapnya.
“Udah malam. Ayo kita rapikan.” Ardi mengajak Arumi untuk merapikan barang-barang yang telah dibelinya.
Ardi membantu Arum mengalas tempat tidur dan meletakkan rice cooker di atas meja. Sambil melihat TV yg sudah menyala. Tak terasa sudah pukul 10 WIB. Karena di rasa sudah semua. Ardi izin pulang.
“Aku pulang ya,” kata Ardi.
“Iya, hati-hati ya. Makasih,” ucap Arum kemudian yang diiringi senyum di wajahnya.
“Iya,” ucap pemuda tersebut. Dan kemudian pulang.
Arum masih merasa tak percaya melihat ke sekeliling kamarnya yang sudah sangat nyaman. Di tambah kipas angin yang membuat kamar tersebut tidak panas lagi.
********
jangan lupa like, komentar dan votenya ya reader.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 360 Episodes
Comments
Susanty
kta2 nya kok gadis tersebut trs yaa..laki2 tersebut jg..knpa gak pke arumi aj lgsg..gak terlalu kaku..maaf yaa🙏🙏😀
2021-11-28
1
Reny Anggraeni
semoga Ardi JDI sm Arum,nasib Arum dan Kel berubah baik,ya
2021-11-24
0
Yayan Suryana
Thor itu ukuran kontrakan bukan 2 × 2,5 M
2021-11-23
0