Habibi terlihat sangat sibuk di ruangannya. Ia memeriksa berkas-berkas di mejanya.
“Tuk...tuk...tuk...” terdengar bunyi ketukan pintu di ruangan Habibi
“Iya masuk,” teriak Habibi
“Apa kabar sayang,” sapa mami.
“Baik mi,” jawab Habibi.
“Anak mami sibuk sekali,” kata mami Habibi sambil duduk di kursi sofa.
“Lumayan mi.”
“Gimana kabar Arumi sayang.” Tanya mami.
“Katanya sudah baik mi.”
“Kamu sudah ada lihat dia? Tanya maminya lagi.
“Belum mi. Bibi pulang malam terus dari kantor, sehingga gak sempet jenguk Arum.” Habibi menjelaskan.
“Selepas dari kantor, kamu bisa langsung kekosnya kan?”
“Gak bisa Mi. Malam Arum kerja di pecel lele.” Kata Habibi .
“Kamu tau dari mana?”
“Waktu Bibi lembur. Arum masih kerja sendiri di kantor mi. Dia masih ngepel lantai. Waktu itu sudah lewat jam 6 sore. Jadi bibi larang. Dan bibi suruh pulang. Tapi dia gak mau sepertinya dia takut dengan kepala CS kita. Ya bibi sedikit marah. Akhirnya dia berhenti.
Waktu itu kerjaan Bibi juga sudah hampir selesai. Jadi bibi tawari dia untuk di antar.
Sebelum pulang, ia izin sholat dulu. Kemudian dia ganti baju juga. Setelah selesai sholat bibi ngantar Arum. Tapi gak kekosnya. Karena dia minta di antar ke warung pecel tempat kerjanya.” Jelas Habibi panjang lebar kepada maminya.
“Jadi dia kerja siang malam?”
“Iya mi”
“Kasihan sekali gadis itu.” Gumam maminya
“Ia bibi juga gak tega lihatnya. Ayahnya sudah meninggal. Jadi dia yang jadi tulang punggung keluarga. Ibunya sakit jantung jadi gak bisa kerja keras. Dan adik-adiknya masih sekolah. Dia kerja siang malam, agar bisa membiayai keluarganya dan juga menabung untuk kuliah tahun depan.” Jelas Habibi.
“Salut mami lihatnya. Kalau ada apa-apa dengan Arum. Kabari mami ya. Anak itu terlihat sangat baik, pintar, dan alim.” Kata maminya.
“Iya mi. Dia juga gak mau di sentuh.” Jawab Habib sambil mengedipkan sebelah matanya ke arah mami.
“Ooo... ternyata kamu mau coba-coba pegang dia ya?” Wajah mami terlihat tidak suka.
“He he he.... Cuman pegang tangan mi.”
“Jangan kamu ganggu gadis itu. Mami gak mau kamu mainkan dia. Ingat itu.” Jelas maminya dengan wajah serius.
“Kalau dia mau Bibi gak bakalan main-main sama dia mi. Tapi bakalan Bibi lamar untuk jadi mantu mami.”Sambil meli hatkan ekspresi wajah yang sangat berharap.
“Dia itu masih kecil Bi.”
“Itu dia mi.” Kata Habibi sambil tersenyum. Ia tidak melihat kemarahan di wajah maminya. “Berarti ada harapan,” pikirnya. “Tapi mana tau dia mau mi.”
“Ngarap kamu!”
“He he he...... Papi mana mi.” Habibi mencoba mengalihkan topik pembicaraan.
“Papi di kantor pusat.”
“Mami sendiri.” Tanya habibi lagi.
“Iya. Mami mau langsung ke rumah sakit. Mami tinggal ya.”
“Iya mi. Hati-hati ya mi.” Jawab habibi.
“Iya Bi.” Sambil berjalan meninggalkan ruangan ceo baru tersebut.
Habibi diam sesaat. Dia merasa 2 hari ini begitu sepi. Padahal dia baru belum beberapa hari ini jumpa dengan Arum. Ya Allah. Kenapa aku suka dengan anak yang masih sangat kecil.
Ah,. Besok dia sudah kembali bekerja. Habibi melanjutkan kerjanya.
Pagi ini, Arum kembali bekerja. Ia memulai langkah paginya dengan semangat. Sampai di kantor Arum langsung ke ruang pentri. Pagi sapa Arum ke pada CS yang baru. Mereka masuk satu hari setelah incident di kantor.
“Hai.... Pagi...” sapa Arumi.
“Pagi juga.” Jawab CS tersebut.
Mereka mulai berkenalan.
“Kenalkan saya Arumi,” Arum menjulurkankan tangannya. Tangannya di sambut oleh Rini.
“Aku Rini, saya Indah, Riri, Yuli, Ani, Ijah.”
Mereka saling berkenalan.
Saat ini, Arum sudah mulai bekerja sesuai jam kantor. Tidak ada lagi yang di takutinya.
Habibi berada di luar ruangan pentri, melihat Arum tidak ada hentinya. Betapa ia sangat rindu akan gadis tersebut.
“Arum,” Arumi mendengar suara Habibi memanggilnya.
“Iya pak,” jawab Arumi.
“Antar kopi ke ruang saya ya,” kata Habibi.
“Baik pak,” jawab Arumi.
Setelah dilihat bos mereka sudah pergi. Pada CS, tersebut mulai bergosip.
“Rum, dari kemarin kami mulai kerja di sini. Pak bos gak pernah minta kopi dan sebagainya.
Tapi gitu kamu masuk. Pak bos langsung minta kopi,” Rini mulai ceritanya.
“Iya bener itu,” jawab Indah.
“Mungkin kemarin gak mau. Tapi sekarang lagi mau.” Jawab Arum.
“Sepertinya suka kamu deh,” pancing indah.
“Ah kalian ada aja. Jangan menggosip nanti di pecat,” kata Arum sambil berjalan menuju ruangan habibi.
“Tuk....tuk.....” Arumi mengetuk pintu ruangan Habibi
“Masuk,” terdengar jawaban dari dalam ruangan. Arumi membuka pintu dan masuk.
“Assalamu’alaikum pagi pak,” sapa Arumi dengan senyuman manis yang memperlihatkan lesung pipit di pipinya.
“Wa’alaikum salam. Pagi juga rum.” Balas Habibi.
Arum sambil berjalan meletakkan kopi tersebut di meja sofa besar yang ada di dalam ruangan tersebut.
“Kamu sudah sehat Rum?” Habibi memulai pembicaraan.
“Sudah pak,” jawab Arumi.
“Kamu sudah sarapan,” tanya Habibi.
“Sudah pak,” jawab Arumi.
“Moga kamu bisa kerja dengan tenang dan nyaman,” kata Habibi.
“Makasih pak.”
“Udah kenal dengan CS yang baru?” tanya Habibi
“Sudah pak. Mereka baik-baik,” jelas Arumi.
“Alhamdulillah kalau kamu cocok.”
“Saya permisi pak,” pinta Arumi.
“Iya silahkan,” jawab Habibi ringkas.
Selepas kepergian Arum. Habibi tampak sangat senang dan begitu semangat.
Saat jam makan siang. Arum sudah di antarkan menu makan siang dari kantor. Seperti biasa. Menu yang di beri sangat banyak. Bisa untuk 4 orang. Karena sudah tau siapa yang membeli kan makan siang tersebut. Arum gak banyak tanya. Dia mulai makan bersama dengan rekan-rekan barunya. Mereka makan bersama. Dan saling mencoba menu yang di bawa masih-masing. Sedangkan CS lainnya ikut serta membantu menghabiskan makanan Arum yang sangat lezat. Arum meminum jus jeruknya.
“Rum,” Iya mbak.
“Ini siapa yang bawain kamu makan siang?”
“Orang kantin mbak,” jawab Arum
“Iya, mbak tau orang kantin. Yang membelikannya maksudnya mbak,” Yuli memperjelas pertanyaannya.
“Gak tau mbak. Kata orang kantin ada yang menyuruh.” Gak mungkin Arum cerita pada karyawan yang lain. Kalau yang membelikan Arum makan siang pak Habibi.
“Ternyata kamu punya penggemar misterius.”
“Mungkin mbak,” jawab Arumi.
“Tapi ya wajar, orang secantik kamu.”
“Mbak bisa aja.” Jawab Arumi sambil tersenyum.
“Iya Rum, kamu cantik banget,” sambung indah.
“Kamu cocoknya di stadion foto, atau di depan kamera.” Jelas Riri.
“Udah ah. Arum mau kerja lagi.”
Tak lama telpon pentri berdering. Arum mengangkat telponnya.
“Halo, Rum antarkan teh hangat ke ruang saya.” Telpon habibi.
“Baik pak.” Dan Arum kembali ke ruang ceo tersebut.
Jam kerja berakhir. Arum pulang. Dan dia sudah tidak pulang terlalu sore.
👍👍👍 minta like dan komen nya ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 360 Episodes
Comments
Muslimah
aq dah baca ini sampe 3×/Grin//Grin//Grin/tp nda bikin bosen
2024-03-28
0
Rinjani
makin dekat Habibi makin kesemsem ma Arumi
2022-09-29
0
Iiq Rahmawaty
ngpain di studio poto ? jd tukang poto gtu🤣🤣
2022-06-28
0