“Tapi gak usah pak,” Arumi menolak makanan yang diberikan oleh pelayan kantin.
“Maaf neng, saya hanya diminta untuk mengantarkan neng makan siang. Saya gak berani protes neng.” Jawab pelayan kantin.
“Ya udah. Makasih pak.” Jawab Arumi.
Mang Nanang pegawai kantin pergi. Arumi mulai membuka bungkusan makan siang tersebut. Arumi, makan dengan sangat lahapnya. Namun menu yang di berikan terlalu banyak. Sisanya Masih banyak.” Aku bawah pulang saja,” gumamnya dalam hati.
Di dalam ruangannya. Habibi Iskandar tak henti-hentinya memikirkan gadis yang di tabrakannya. “Kenapa aku ini? Mengapa ingat gadis itu terus. Gadis yang sangat cantik. Apa lagi matanya , cantik alami.” Habibi Iskandar kemudian menelpon ke ruang pentri.
“Arum, tolong antarkan kopi keruangan saya.” Pinta Habibi Iskandar
“Iya pak. Ruang siapa ya pak?” jawab Arumi di telpon.
“Ruang wakil direktur,” jawab pria tersebut.
Arumi sedikit terkejut dan sedikit gugup. Bagaimana tidak terkejut. Biasanya beliau menyuruh sekretarisnya yang membuat.
“ba... Ba...baik pak,” jawab Arumi dengan suara yang terputus-putus.
Terdengar terputus sambungan telepon.
“Tuk....tuk...” terdengar suara ketukan pintu di ruangan Habibi Iskandar
“Masuk,” teriak Habibi Iskandar mempersilankan masuk.
Arumi masuk keruangan tersebut. Arumi terkejut ketika melihat pria tampan yang menabraknya di dekat ruang pentri. “Apa pria ini wakil direktur,” guman Arumi dalam hati.
“Ini pak,” sambil meletakkan kopi di atas meja.
“Terima kasih,” ucap pria tersebut.
“Kamu baru kerja di sini?” Habibi Iskandar memulai pembicaraan dengan Arumi.
“Iya pak,” sambil tertunduk tampa berani melihat ke arah pria tersebut.
“Sudah beberapa lama kamu kerja di sini?” tanya Habibi.
“Sekitar 1 minggu pak,” jawab Arumi sambil menundukkan kepalanya.
“Berapa usia kamu?” tanya Habibi lagi.
“Masuk 18 tahun pak,” jawab Arumi.
Dengan sedikit terkejut dan tersenyum. Habibi merasa seperti sedikit malu. Ternyata gadis yang di sukainya masih sangat muda.
“Maaf pak saya permisi,” kata Arumi.
“Ooo iya,” jawab Habibi.
Arum berjalan meninggalkan ruangan tersebut dengan detak jantung yang tidak menentu.
“Arum,” Suara yang sangat membuat jantung arum serasa mau copot. Suara orang yang paling di takuti Arumi. Suara mbak Amel
“Iya mbak, ada apa?” jawab Arumi.
“Kamu dari mana?” tanya Amel.
“Dari ruang wakil direktur mbak,” jawab Arumi.
“Wakil direktur?” Amel hampir berteriak menyebutkan kata wakil direktur karena terkejut.
“Iya mbak,” jawab Arumi.
“Ngapain?” tanya Amel penuh selidik.
“Ngantarkan kopi,” jawab Arumi.
“Sejak kapan pak Habibi menyuruh cleaning servis yang mengantarkannya kopi.
Biasanya sekretarisnya membuatkan kopi untuk atasannya.” Guman Amel dalam hati.
“Ya udah, kamu bersihkan semua ruangan,” perintah Amel.
“Baik mbak,” jawab Arumi.
Arumi langsung mengambil alat kerjanya. Dia mulai dari lantai 1 hingga sampai ke lantai paling atas. Katanya kantor mau pindah ke bangunan bertingkat 35. “Gak kebayang gimana membersihkannya.” Arumi berbicara dalam hati. Selama ia bekerja di kantor yang bergerak di bidang properti dan bahan-bahan material bangunan. Arumi, belum memiliki teman walaupun sesama cleaning servis. Ia selalu di perintah oleh cleaning servis yang merasa sudah lebih senior dari pada dirinya.
Seorang cleaning servis berlari mencari Arumi. Begitu ia melihat Arumi membersihkan ruangan lantai 3. Ia langsung mendekatinya.
“Di sini kamu ternyata. Sudah capek di cariin.” Kata wanita tersebut.
“Maaf mbak,” jawab Arumi sambil menundukkan kepalanya.
“Ada apa mbak,” tanya Arumi.
“Kamu di suruh pak Habibi, antarkan teh ke ruangan pak Habibi,” kata wanita tersebut.
“Baik mbak,” jawab Arumi.
“Cepat,” kata wanita itu lagi.
Arumi langsung berlari masuk lif takut terlambat, dan bisa saja bosnya marah. Begitu sampai di pentri, Arumi langsung buat teh, dan cepat-cepat menuju ke ruang pak Habibi. Wakil direktur. Sebelum masuk, Arumi menarik nafas panjang dan kemudian dihempaskan secara kasar. Dia melakukannya 3 kali. Dirasa sudah sedikit lega. Baru mengetuk pintu.
“Tuk.....tuk....” Arumi mengetuk pintu.
“Masuk,” teriak Habibi.
“Ini pak tehnya,” kata Arumi.
“Makasih ya Arum,” kata Habibi.
“Iya pak,” jawab Arumi sambil melangkah pergi ke luar pintu.
Saat melintas ke luar, sekretaris Habibi milihat ke arah Arumi. Dengan tatapan tidak suka. Arumi melewatinya dengan menunduk.
***************
Begitu banyak pekerjaan yang belum selesai, membuat Habibi harus lembur. Para karyawan sudah pulang. Termasuk sekretarisnya. Dia sangat terkejut ketika melihat Arumi yg masih berada di kantor dan ngepel lantai kantor seorang dari. Ia berdiri di pintu ruangan miliknya. Sambil melihat ke arah Arumi.
“Hem... Kamu kenapa belum pulang?” tanya Habibi kepada Arumi.
“Pak habibi, lembur?” Arumi balik tanya, tanpa menjawab pertanyaan bosnya
“Iya, kamu kenapa belum pulang?” tanya Habibi lagi.
“Saya masih menyelesaikan kerjaan saya pak,” jawab Arumi.
“Yang lain mana?” tanya Habibi.
“Sudah pulang pak,” jawab Arumi.
“Siapa yang nyuruh kamu kerjakan semuanya,” tanya Habibi.
“Kepala cleaning servis pak,” jawab Arumi.
“Gak usah di kerjakan, sambung besok saja. Kamu saya antar pulau.” Kata Habibi
“Gak usah pak,” jawab Arumi.
“Saya gak suka di bantah,” jawab Habibi dengan tegas.
“Baik pak,” jawab Arumi.
Namun habibi ingat kalau kerjaannya belum selesai.
“Kamu duduk di sofa. Saya mau selesaikan dulu kerjaan saya.” Perintah Habibi.
“Apa bapak mau saya buatkan minum?” kata Arumi.
“Gak usah,” jawab Habibi.
Arumi diam, di lihatnya jam dinding yang terpampang di dalam ruangan wakil direktur tersebut. Sudah jam 6.30 dan dirinya belum sholat Maghrib.
“Pak,” Arumi memecahkan keheningan dengan menyapa Habibi.
“Iya,” jawab Habibi.
“Apa saya boleh permisi sholat sebentar pak, saya belum sholat.” kata Arumi. Di ruang bersama dengan anak pemilik perusahaan besar tersebut. Membuat Arumi sangat tidak nyaman.
“Saya juga belum sholat,” jawab Habibi sambil mematikan leptop kedalam tas, dan merapikan berkasnya.
“Ayo, kita sholat,” kata Habibi.
Sambil berjalan keluar. Menuju musholla kantor yang berada di belakang. Mereka mengambil wudhu dan sholat.
“Pak, apa saya boleh ganti baju sebentar,” pinta arumi.
“Iya boleh,” jawab Habibi.
Arumi tampak berlari kecil masuk ke dalam ruangan pentri, mengambil tas yang berada di dalam lokernya. Dan mengeluarkan baju. Ia masuk ke dalam kamar mandi, membasuh wajah serta mengganti baju. Memakai bedak tabur di wajahnya dan mengoles sedikit lipstik di bibirnya. Dan berjalan keluar kamar mandi. Habibi menunggu di depan pintu belakang.
“Sudah siap?” tanya Habibi.
“Sudah pak,” jawab Arumi sambil memasukan bajunya ke tas, dan menyandang tas tersebut.
“Pak, tas bapak saya aja yang bawakan,” pinta Arumi.
“Boleh,” jawab Habibi sambil memberikan tasnya kepada Arumi. Kenapa jantungku terasa berdetak tak karuan kalau di dekat gadis kecil ini.
Arumi berjalan di belakangnya. Mereka berjalan ke parkiran mobil. Arumi bingung mau duduk di mana, dia berniat untuk membuka pintu belakang.
“Eh. Kamu kiraain saya supir. Duduk di depan.” Perintah Habibi.
“Baik pak,” sambil membuka pintu depan mobil
“Rumah kamu di mana?” tanya Habibi
“Saya ngekos pak,” jawab Arumi. “Gak jauh dari sini, tapi sekarang saya mau langsung ke pecel lele pak, sepulang dari kantor saya kerja di pecel lele pak.” Arumi menjelaskan kepada Habibi.
“Apa???” Habibi terkejut mendengar penjelasan Arumi serasa tidak percaya.
“Jadi kamu pulang dari pecel lele jam berapa?” tanya Habibi
“Jam 11, atau jam 12 pak,” jawab Arumi.
Habibi menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Orang tua kamu di mana?” tanya Habibi
“Di kampung pak,” jawab Arumi.
“Saya sudah tidak punya ayah pak, ibu saya tidak bisa kerja berat. Dokter melarang ibu saya untuk bekerja keras karena ibu punya riwayat sakit jantung. Adik-adik saya masih kecil-kecil pak. Makanya saya kerja siang malam. Soalnya saya juga mau nabung pak. Untuk kuliah saya tahun depan.” Jelas Arumi panjang lebar kepada Habibi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 360 Episodes
Comments
Puspa Trimulyani
aku kok nangis ya 😭😭😭😭😭 terharu banget
2023-01-20
2
Katherina Ajawaila
semoga di tlng y thor sm bosnya
2021-11-21
0
Yuliana Ana
mana voto visualx Thor jd penasaran
2021-11-19
0