#Bella pov'
Sudah hampir 1 minggu dia belum pulang dari perjalanan bisnisnya. dan aku tahu dia membohongiku akan hal itu. Aku tahu dia mengejar Zania, isteri sahnya. Sakit memang rasanya mengetahui kebenaran yang ada.
Aku tahu dia mulai memiliki perasaan kepada perempuan itu. Tapi aku menepisnya dengan membohongi diriku untuk anakku. Aku hanya tidak ingin anakku bernasib sama seperti aku yang tidak memiliki keluarga yang utuh.
Tetapi dengan sikapnya seperti itu, menyakitiku. Baru kali ini dia berbohong padaku.
Aku pandang anakku yang sangat mirip dengan ayahnya, matanya, bibirnya, hidungnya sangat mirip dengan ayahnya. Tapi aku apa bisa membodohi perasaan ini.
Melihat anakku tertawa adalah kebahagiaanku. Aku memang adalah wanita egois dan jahat karena menjebak Rifky dalam takdirku. Demi tidak kehilangannya aku rela melakukan berbagai cara supaya dia terikat denganku, hingga aku hamil dan lahirlah anakku Azka.
Maafkan sifat mamamu ini nak, yang mengikat Ayahmu dalam benang takdir ini. Mama tidak ingin kehilangan sebuah keluarga lagi sayang dan Mama sangat mencintai ayahmu.
Tiba-tiba pintu rumah terbuka. Dia sudah pulang dan aku sambut dia dengan membantu membawa barang bawaannya. Aku lihat dia tampak lesu setelah kepulangannya dari London.
"Ayah pulang. Ayah sangat merindukanmu sayang"ucapnya ke Azka yang langsung berlari kearahnya. Aku sangat bahagia melihat interaksi mereka berdua.
"Kamu mandi dulu ya sayang. Pasti capek banget, bukan. Setelah itu baru isterahat"ucapku padanya yang dibalas dengan senyuman saja. Aku tahu dari gerak geriknya dia sedang ada masalah dengan perempuan itu dan aku pun tahu masalah apa itu.
"Aku harus balik ke kantor, ada masalah di kantor soalnya."ucapnya yang langsung menuju kamar untuk mandi dan bersiap-siap.
Benar kami tinggal bersama, tapi kami sudah menikah walau hanya secara agama, dikarena dia memiliki isteri secara hukum. Kadang aku berfikir, posisiku ini seperti merebut suami orang lain. Tapi aku tepis fikiran itu, karena dia lebih dulu bersamaku dari pada perempuan itu.
Aku melihatnya dia sudah rapi dengan pakaiannya.
"Aku berangkat"ucapnya sembari mengecup keningku.
Aku menatapnya yang sudah pergi dengan mobilnya. Apa aku salah telah mengikatnya?, tapi dia telah berjanji padaku untuk melindungiku dan anak kami. Apa aku salah telah menyakiti perempuan lain?, tapi dia yang merebut ayah dari anakku. Banyak pemikiran yang membuatku pusing dengan jalan cerita ini.
Aku pun bersiap-siap ke kantor setelah melihatnya berangkat duluan. Kami memang tidak pernah berangkat bersama karena status kami dan menjaga segala rumor yang ada.
#Bella pov' end
***
"Ma, Nia pamit berangkat ya" ucap Zania ke Dewi yang masih menyiapkan makanan.
"Loh, kok nggak makan dulu sayang"tanya Dewi keanaknya.
"e..enggak ma, takut telat" ucap Zania yang berbohong, sebenarnya dia hanya menghindari papanya.
Dewi pun menatap kepergian anaknya dan tiba-tiba air mata itu terjatuh sendirinya.
"Mama nggak apa apa?"tanya Revan yang tiba-tiba muncul dan melihat mamanya menatap kearah pintu keluar.
"Nia nggak sarapan lagi?"tanya Revan ke Dewi,
"Mama titip bawakan sarapan ini ke adikmu ya Van, kan kamu melewati tempatnya bekerja" ucap Dewi sambil memasukan makan itu ke box makanan.
"Buat apa kamu melakukan itu!!!, jika dia lapar dia bisa makan di luar. Buat apa memperdulikan orang yang tidak memperdulikan kesehatannya sendiri"ucap Beno yang tidak di gubris oleh isterinya yang tetap memasukan makanan itu di box.
"Mama titip ya nak"ucap Dewi ke Revan yang hanya diangguki olehnya. Beno pun tidak mempedulikan hal tersebut.
***
"Permisi dok. Ini ada titipan dari pak Revan, katanya dari mamanya dokter"ucap salah satu perawat tersebut.
"Oh iya terima kasih ya"ucap Zania menerimanya.
Zania melihat isinya dan tanpa disadari air matanya menetes.
"Maafin Zania ma. Terima kasih untuk bekalnya"ucap Zania sembari memakan bekal yang dibuatkan oleh mamanya itu.
Memang setelah perceraian itu Zania jarang bergabung sarapan maupun makan malam bersama keluarganya. Benar, dia takut bertatapan dengan papanya karena telah mengecewakannya.
Suara ketukan pintu terdengar dan Zania mempersilahkannya masuk, ternyata Riri yang mendatanginya.
"Apa sih Ri, aku kira pasien. Sampai aku nelen paksa makanan yang belum ke kunyah sempurna"ucap Zania merasa kesal dengan sahabatnya itu
"Hehehe, sorry deh. Lagi banyak pasien berarti ya, sampai kaget begitu. Santai saja sih, lihat jam makanya. Makan apaan tuh?"tanya Riri memainkan alisnya naik turun.
"Tadi dibawain bekal sama mama, ternyata mama masukin kue juga, buatan sindiri mau nggak?!"tawar Zania ke Riri.
"Boleh tuh"ucap Riri yang langsung mencobanya.
"Enakan?"ucap Zania yang diangguki kepala oleh Riri.
"Dasar bocah kamu ini Ri. Terus mau apa kesini kamu, sudah tahu ini jam-jamnya orang sibuk. Ninggalin pasien ya kamu Ri?, parah nih bocah. Sana-sana balik ke ruanganmu. Pasienmu pada nunggu tuh nanti"ucap Zania mengusir temannya ini.
"Lihat jam makanya sayangku. Terlalu menikmati kerja sih. Noh, lihat sudah jamnya isterahat nih. Cari makan yuk, udah mau ganti sift ini. Sudah sepi jugaan"ucap Riri mengajak Zania .
"Iya sebentar, kevin mana?"tanya Zania.
"Kangen ya sama bocah tengik itu"goda Riri yang malah balik di goda Zania.
"Kangenlah sama temen sendiri, masa iya kangen nggak boleh. Cemburu ya, jangan bilang kalian sudah jadian. Dari gerak-geriknya sih dua bocah curug ini ada bumbu-bumbu mie ayam sepertinya"ucap Zania yang membuat pipi Riri memerah dibuatnya.
"Apaan sih!!! Ayo, lambat. Ngomong apaan coba tadi nggak jelas"ucap Riri yang sudah keluar duluan. Zania pun tertawa kecil melihat tingkah sahabatnya itu.
Mereka pun pergi untuk mencari tempat makan karena sudah ganti sift, lebih tepatnya sudah free, tidak ada jadwal bertemu pasien.
"Pesenan kita datang juga"ucap Riri. Mereka pun menyantap makanan itu, sembari menikmati makanan yang tersedia dengan jailnya Zania bertanya ke Riri.
"Jadiannya kapan ri sama Kevin?!"tanya Zania yang membuat Riri tersedak. Zania pun menahan tawanya dan memberikan minum kesahabatnya itu.
"Jahat bener sih kamu Nia, lagi makan malah tanya gituan. Gimana kalau tersedak dan tertahan di tenggorakan dan menyebabkan aku kesulitan bernafas, mati ntar"ucap Riri panjang kali lebar kali tinggi. Zania pun tidak bisa menahan tawanya lagi.
"Tinggal lakukan PP(pertolongan pertama) beres, temanmu ini kan dokter"ucap Zania santai dan Riri pun menghela napasnya panjang.
"Iya iya Bu dokter yang cantik...."ucap Riri teralihkan dengan anak kecil yang tidak asing baginya. Zania tertawa senang karena berhasil menggoda sahabatnya ini.
"Ayah...." suara anak kecil menggema direstoran itu.
"Lucunya anak itu, tapi seperti pernah lihat dimana ya?"ucap Riri menatap kearah anak itu yang diikuti Zania.
"Salah satu dari pasienmu kali. Setiap hari kan kamu jumpa pers. sama bocah-bocah kecil gitu. Ya tidak asing dong Riri"ucap Zania yang juga melihat kearah anak kecil itu.
"Tapi muka anak itu familiar banget nggak sih? seperti pernah li...hat, Rifky! sialan"ucap Riri sambil melihat kearah Zania yang masih menatap kearah anak dan ayah yang begitu harmonis dan tampak Bella menghampiri mereka dan disambut oleh anak kecil itu.
"Mama"ucap anak itu lagi. Zania mengalihkan pandangannya dari mereka dan fokus dengan menyantap makanan yang ada dihadapannya.
"Ni...kamu...eh.."ucap Riri tertahan.
"Apa sih Ri? lanjut makan saja dari pada bengong gitu. Kesambet kamu ntar?"ucap Zania yang masih bisa bercanda tapi raut wajah tidak bisa dibohongi.
Mereka pun berjalan mencari kursi kosong dan semakin dekat kearah Zania. Mereka sama terkejutnya ketika melihat Zania dan Riri yang berada didepan mereka.
"OMG...kebetulan yang pasti. Lagi cari kursi ya. Sayang restoran ini penuh, cari ke tempat lain saja"ucap Riri tanpa melihat kearah mereka. Namun, Zania malah menawari mereka untuk bergabung.
"Kalian boleh kok gabung sama kami?Seharusnya kalian pesen dulu sebelum kesini. Tahu sendiri kan, di jam isterahat seperti ini kursi pasti sudah banyak terisi,"ucap Zania yang langsung diplototi tanpa sadar oleh Riri.
"Nia, apaan sih kamu!? Buat apa mengajak si ular itu gabung kita" ucap Riri yang mendapatkan tatapan tajam dari Zania dan dia pun terdiam kesal.
"Terima kasih, tidak..." ucap Bella terpotong oleh Rifky yang bersuara.
"Baiklah. Permisi boleh minta dua kursi lagi!!"ucap Rifky dan meminta 2 kursi lagi untuk anaknya dan juga babysister anaknya.
"Kita gabung sama mereka"ucap Rifky yang dibalas helaan nafas kasar dari Bella.
Mereka pun telah memesan makanan mereka. Terjadi kecanggungan dimeja itu namun teratasi karena tingkah lucu anak kecil itu.
"yah, tante cantik ini siapa?"tanya Aska yang langsung menjadi pusat perhatian oleh mereka semua. Sebelum Rifky menjawab Zania mendahuluinya.
"Nama saya Zania sayang. Jadi kamu boleh panggil tante Nia atau tante Zania, nggak perlu takut tante teman ayah dan mama kamu kok. oh ya yang disamping tante namanya tante Riri" ucap Zania berusaha tersenyum dihadapan anak kecil itu. Riri yang melihatnya menghela nafas kasar.
"Oh teman ayah sama mama. Tapi kok tante Nia jarang main ke rumah?"tanya Azka kembali.
"eh...Tante banyak pekerjaan sayang, nama kamu siapa sayang?"tanya Zania lagi yang malah jadi pusat perhatian oleh mereka yang ada dimeja itu.
"Azka tante, Azka Putra Erlangga" ucap Azka sambil memakan makanannya. Riri yang mendengarnya pun terkejut dengan apa yang di dengarnya dan hampir saja tersedak minumannya. Zania pun terdiam setelah mendengar jawaban dari anak itu.
"Nggak salah denger, Azka Putra Erlangga?!"ucap Riri menatap sinis Rifky yang juga menatapnya tidak kalah tajam.
"Ri!!"ucap Zania mencoba mengontrol emosi sahabatnya itu.
"Ups...sorry, soalnya hampir sama dengan nama keluarga besar paman saya" ucap Riri melanjutkan makannya. Seperti tidak terjadi apa-apa.
"Umur kamu berapa sekarang?"tanya Riri sambil menunggu reaksi sahabatnya ini. Azka pun menjawab dengan menunjuk 3 jarinya.
"3 tahun" ucap Riri melirik sinis kearah Rifky dan Bella.
"Jadi selama ini kalian main api. Paman tahu nggak ya"ucap Riri yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Bella.
"Cukup Ri...kalau begitu saya dan Riri permisi ya. Kalian silahkan lanjutkan saja" ucap Zania menarik Riri meninggalkan restoran itu.
"Yah, ma kok Tante buru-buru"tanya Azka,
"Tante ada perlu sayang"ucap Bella sembari melihat kearah Rifky yang menampilkan ekspresi yang tidak bisa dijelaskan dan membuat Bella menahan sesak didadanya.
***
Next on.....
Jangan lupa baca cerita penulis yang lainnya.
Reccomended banget buat cerita baru "Menjaga hati", jangan lupa dibaca dan berbagi like', comment, and vote.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Rhae Za
baru ini baca novel gak ngerti alurnya makin dbaca makin mumet.. berantakan...
2021-08-10
1
Nurulfajriyah
azka
2021-01-24
0
Nur Afifah Jusmaniar
Riski itu egois.. tdak mencintai bela tp punya anak, terlebih merasa terikat dengan anak,. sedangkan zania, dia mencintai zania.. heran
2020-11-11
1