Rifky pun sepontan memeluk Zania dengan sangat erat dan menenggelamkan Zania dalam pelukannya. Zania menangis kembali dalam pelukan Rifky. Entah kenapa Rizky tiba-tiba mencium Zania kembali, sebuah ciuman berasa kepahitan, kepedihan dan sakit hati mendalam yang mereka berdua rasakan. Ke-egoisan yang mereka dua lakukan tercurahkan dalam ciuman itu. Rizky semakin memperdalam ciuman itu, dia tahu dia sangat egois akan semua hal ini.
Nafas Zania terengah-engah. Rizky pun kembali mencium Zania tanpa adanya perlawanan dari Zania hingga Zania susah bernafas. Entah kenapa Rizky tidak bisa menghentikan tindakannya.
"Kamu mencintai saya, Nia. Saya tahu itu"ucap Rizky di telinga Zania
"Saya tidak mencintaimu. Saya tidak mencintaimu Rifky. Kamu selama ini hanya menyakiti perasaan saya. Saya tidak akan pernah mencintaimu... " ucap Zania kembali menangis dan berdiri mengambil kopernya dan keluar dari apertemen itu. Rizky terdiam kaku mendengar perkataan dari Zania dan tanpa disadari jika Zania sudah pergi meninggalkannya.
***
Beberapa hari kemudian di kediaman keluarga Pratnojoe...
"Suruh anak kamu itu keluar dari kamarnya!!!, Bagaimana bisa dia mempermalukan keluarga kita?! Kamu tidak bisa mendidik anakmu dengan benar Dewi, ibu macam apa kamu!!! Sampai sampai tidak tahu anak kamu melakukan hal bodoh seperti itu"ucap Beno memarahi isterinya. Dewi yang mendengar celotehan dari suaminya tidak terima.
"Salahku kamu bilang. Kamu tidar sadar Beno, kamu yang membuat Nia seperti itu. Kamu memaksanya menikahi laki-laki yang tidak dicintainya. Semua ini salahmu Beno!!! Kenapa malah balik menyalahkan ku. Seandainya waktu itu kamu tidak memaksa Nia untuk menerima perjodohan itu, semua itu tidak akan terjadi. Maka biarkan Nia menenangkan fikirannya, berhenti memarahinya!!!"ucap Dewi tidak kalah emosi dari suaminya. Sedangkan Beno menatap emosi isterinya itu.
"Kalau dia tidak menyetujui pernikahan itu, seharusnya bilang dari awal. Bukan melakukan hal bodoh dan memalukan keluarga!!!, Aku tidak tahu jalan fikir anak itu. Kamu terlalu memanjakannya Dewi!!!, makanya anakmu seperti itu!!!, tidak bisa bersikap dewasa" ucap Beno yang baru tahu jika Zania akan bercerai dengan Rizky, karena dirinya baru saja pulang dari perjalanan bisnis dari luar negeri.
"Apa kamu bilang, menolaknya!? Aku tidak salah dengar, jika Nia menolak perjodohan itu, apa kamu akan mendengarnya? yang egois disini adalah kamu Beno. Kamu terlalu memuja-muja anak sahabatmu itu. Laki-laki yang tidak memiliki tanggung jawab seperti itu kamu jodohkan ke anak kita. Semua ini kesalahan kamu Beno."ucap Dewi yang langsung meninggalkan suaminya menuju kamar anaknya.
Revan pun keluar menuju meja makan dan melihat papanya sedang memijat pelipisnya.
"Disini semua itu salah pa. Papa nggak boleh menyalahkan Nia saja. Jika itu yang terbaik untuk Nia, papa dukung." ucap Revan.
"Kamu menyalahkan papa, seperti mamamu. Seharusnya kamu menasihati adikmu itu, supaya tidak melakukan hal cerobah seperti itu"ucap Beno masih dengan pendiriannya itu.
"Revan tidak menyalahkan papa mengenai masalah ini. Tapi, semua ini bukan salah Nia. Kita juga ikut dalam permasalahan ini. Jadi jangan hanya menyalahkan Nia saja pa. Karena disini juga papa berperan penting. Kalau begitu Revan pamit ke kantor"ucap Revan yang tidak nafsu makan dan memilih pergi ke kantornya. Revan merasa sedih melihat adiknya seperti itu. Disini juga menyalahkan dirinya sendiri yang tidak bisa membantu adiknya untuk menyelesaikan masalah ini.
"Maafkan kakakmu ini, dek. Maafkan kakakmu yang bodoh ini"ucap Revan mengendarai mobilnya menuju kantor.
***
Zania mengambil cuti beberapa hari dari Rumah Sakit tempatnya bekerja. Setelah semua kejadian yang terjadi beberapa minggu ini, Rifky belum mengirimkan surat perceraian itu kepadanya. Zania pun menelpon Rifky berkali-kali tapi tidak ada jawaban dari sana. Zania yang lelah menunggu hal ini dan tidak ingin terlibat dengan perasaan gila ini, ingin segera mengakhirinya.
"Kenapa dia tidak menjawabnya? Kenapa dia mempersulit semua ini, dia yang mau mengakhiri semua ini, bukan?!"ucap Zania menatap handphone yang dalam keadaan memanggil.
"Aku membencimu Rifky, aku membencimu"ucap Zania lagi yang langsung membanting handphonenya itu karena kesal tidak ada jawaban dari sebrang sana.
Zania pun memutuskan untuk pergi ke kantor Rifky, untuk menemui dan menanyakan urusan yang harus segera diselesaikan itu. Zania telah Sampai di kantor pusat perusahaan Erlangga itu. Zania masuk dan bertanya langsung ke resepsionis, karena untuk pertama kalinya dia datang ke perusahaan milik mertuanya itu.
"Ibu Zania ya, isteri dari pak Rifky, bukan"ucap resepsionis itu yang melihat wajah Zania dan terkejut. Zania tersenyum kearah kedua resepsionis itu.
"Rifky ada diruangan?. Saya perlu menemui Rifky, bisa beritahu ruangnya di lantai berapa?" tanya Zania ramah ke resepsionis itu.
"Ehm... biar saya antarkan keruangan pak Rifky Bu"ucap salah satu dari mereka.
"Tidak perlu diantar saya kesan sendiri saja"ucap Zania kembali. Mereka pun menunjukan ruangan Rifky berada.
Zania pun menuju ruangan Rifky dan melihat meja sekretaris yang kosong.
"Katanya diruangan, tapi meja sekretarisnya kosong"ucap Zania kedirinya sendiri. Tanpa berfikir panjang, Zania langsung mengecek ke ruang Rifky tanpa mengetuk pintu ruangan itu. Saat Zania membukanya, betapa terkejutnya dia ketika melihat laki-laki yang dikenalnya itu melakukan hal gila dan membuatnya menutup mulut tidak percaya dengan apa yang terjadi diruangan itu.
"Sungguh memalukan, ternyata seperti itu kelakukan kalian selama ini"ucap Zania tidak percaya dengan apa yang dia lihat.
"Kalau begitu maaf telah mengganggu aktivitas kalian barusan"ucap Zania yang ingin pergi tapi di hentikan oleh Rifky.
"Keluarlah sayang, ada yang perlu aku bahas dengannya"ucap Rifky ke Bella.
Bella pun merapikan pakaiannya kembali dan permisi keluar.
"Iya sayang"ucap Bella mencium kilas pipi Rifky dan mendapatkan tatapan miris dari Zania.
Zania masih berdiri di ruangan itu dan melihat kearah Rifky yang menatapnya juga. Rifky pun menghampiri Zania dan menyuruhnya duduk. Tampak jelas disana, wajah yang sangat membencinya itu. Tatapan yang begitu menusuk dan menyakiti hati Rifky. Rifky memandang tajam Zania yang tidak kalah tajamnya memandangnya.
"Ada apa kemari?, "tanya Rifky menatap Zania dalam, walaupun sebenarnya dia tahu tujuan Zania ke kantornya itu untuk apa.
"Kenapa kamu menolak panggilan telphon saya? Kamu tahu, saya menunggu surat perceraian itu yang tidak kunjung datang. Saya kesini ingin memintanya. Dimana surat itu?"ucap Zania menahan diri, Rifky hanya diam tanpa menjawab.
"Kenapa kamu selalu diam jika saya tanya? Apa mulut kamu tidak bisa bicara, atau mulai bisu?. Saya sudah mempercayakan semua ini kepada kamu dan seharusnya surat itu sudah di urus dan sampai dirumah orang tua saya. Atau kamu belum mengurusnya?"ucap Zania lagi.
"Besok saya kirimkan surat itu padamu"ucap Rizky kembali dingin.
"Saya pegang ucapanmu itu Rifky. Ini yang kamu inginkan jadi harus diselesaikan secepat mungkin. Saya tidak ingin terjerat dengan status tidak pasti ini, saya harap kamu menjadi orang yang bijak dalam keputusan yang kamu ambil" ucap Zania yang di tatap tajam oleh Rifky.
"Saya permisi. Saya akan menunggu surat itu besok. Jika surat itu belum datang, saya yang akan mengurusnya sendiri"ucap Zania bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan Rifky yang menatap kepergian Zania.
NEXT ON......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Yosefina Ose
Salut buat sikal Zaniia yg tegas..n
2021-06-16
1
Anonymous
laki2 egois 😠😠😠😠
2021-04-06
0
Marlina Nainggolan
sakit s
sungguh
sakit'
2021-03-30
0