*Menangis tidak akan bisa menyelesaikan masalah. Menangis dan meratapi sesuatu bukanlah sesuatu kunci yang dibutuhkan. Menghindar dan mengunci diri bukanlah suatu hal yang bijak.
Menghadapi suatu masalah seharusnya dengan berfikir terbuka dan berani melangkah dari zona nyaman.
"Pisah?! Lebih baik kita pisah saja. Aku tidak mau menjadi orang bodoh yang mencintai laki-laki yang tidak mencintaiku lagi" ucapnya dengan seruan jantung yang berdetak tidak karuan dan hati terasa tersayat dan pedih.
"Aku tahu, aku hanya benalu bagimu. Hanya beban bagimu dan aku tahu aku salah karena mencintaimu. Untuk itu aku ingin pisah darimu, supaya kamu bisa bebas dari semua ini. Aku tahu kamu mencintainya. Tapi, karena aku kamu rela meninggalkannya. Aku ingin pisah dari mu dan ingin melihatmu bahagia dengan pilihanmu" ucapnya kembali. Laki-laki itu hanya terdiam dan mendengarkan seruan dari wanita itu.
.
.
.
.
.
#Flashback
Dua Tahun sebelumnya....
"Kapan saya nyusahin kamu? Bisa-bisa nya kamu bilang seperti itu didepan kak Revan!"kesal Zania yang baru saja sampai di apartemen dan langsung memarahi Rizky karena pembicaraan nya tadi dengan Revan.
"Memang benar kamu nyusahin. Saya nggak salah"jawab Rifky dengan nada khas dinginnya.
"Dengar ya tuan Rifky, jangan berusaha sok akrab deh, karena kita nggak sedekat itu, paham!"ucap Zania yang malah di cuekin oleh Rifky.
"Kamu dengar nggak sih, jangan pura pura tuli deh. Kamu harus ingat dengan isi kontrak yang kamu buat itu. Tidak mencampuri urusan orang lain, kamu terlalu ikut campur selama ini. Untuk sekali ini, saya tidak akan ambil pusing. Tapi, jangan pernah kamu sok merasa dekat dengan saya karena saya tidak ingin dekat dengan kamu"teriak Zania ketika mengingat kelakuan Rizky di depan kakaknya dan Bella saat mencium pipinya.
"Saya ingat, tapi jika didepan keluarga kita harus berakting mesra. Kamu tidak ingin ini semua terbongkar bukan?!" ucap Rifky yang berhadapan begitu dekat dengan Zania.
Zania menatap kearah wajah Rifky yang juga menatapnya dingin.
"Kak Rifky gila, minggir"kesal Zania yang segera menghindari tatap mata Rifky.
Rifky yang melihat tingkah menggemaskan Zania pun tersenyum dibuatnya.
"Kamu memang Nia yang ku kenal"ucap Rifky tersenyum melihat Zania masuk dengan segera ke kamar.
Zania memegangi dadanya dan mendengarkan detakan jantungnya yang berdebar kencang tidak karuan.
"Sadar Nia, sadar. Jangan tergoda olehnya, jika kamu tidak ingin tersakiti" ucap Zania sambil menarik napas dalam kembali.
***
Tidur di ruangan yang sama dengan ranjang yang berbeda itu yang selama ini mereka jalani. Berbagi ruangan dengan seseorang yang masih asing. Suara handphone berbunyi dan membangunkan Zania. Ternyata itu suara handphone Rizky dan orangnya masih tertidur pulas. Zania yang merasa risih karena mendengar deringan ponsel itupun langsung menghampiri Rizky untuk membangunkannya.
"Kak, oh maksudku, Rifky bangun. Handphone mu bunyi terus itu. Rifky...."kesal Zania duduk disamping ranjang dan membangunkan Rifky yang tumben tidur di rumah saat ini.
"Saya hitung sampai 3, kalau kamu nggak bangun, jangan salahkan saya, jika handphone kamu saya buang!. 1 2 3. Rifky, kak. Ih ngeselin tahu nggak sih, ya sudah terserah kamu, pengganggu orang tidur"ucap Zania mencoba bangkit dari duduknya tapi tangannya tiba tiba ditarik.
"Tolong ambilkan handphonenya"ucap Rifky yang masih memejamkan matanya.
"Kamu merintah saya, tidak punya tangan atau apa sih"gerutu Zania yang menghela nafasnya kasar sambil mengambilkan handphone tersebut dan memberikannya ke Rifky. Tidak tahu kenapa dia malah menurut begitu saja.
Rifky menjawab telphon tersebut dengan tangan yang tiba-tiba memeluk perut Zania. Zania terkejut akan tindakan tiba tiba yang dilakukan Rifky padanya.
"Ok.."
"............"
"Iya, besok tolong disiapkan..."
".........."
"Oke..oke..,"ucap Rifky di telphon mengakhiri panggilan.
"Tangannya bisa dikondisikan. Lepasin nggak!"ucap Zania yang malah dibalas senyum oleh Rifky,
"Kenapa?. Jantungmu berdebar karena posisi kita seperti ini"goda Rifky ke Zania yang tidak tahu mengapa telinga nya memerah.
"Mustahil, mungkin jantungmu yang berdebar karena posisi ini. Saya bisa mendengar dengan jelas detak jantung kamu yang begitu cepat seperti habis maraton" ucap Zania membalas perkataan Rifky sambil mencoba melepaskan tangan Rifky dari perutnya. Tapi, Rifky mempererat pelukannya dan membuat Zania tertidur disampingnya.
Rifky memandang Zania dalam. Entah mengapa, dia melakukan hal seperti ini.
"Kamu mengingatku"ucap Rifky memeluk erat Zania dalam pelukannya. Zania mencoba melepaskan pelukan itu, tapi Rifky semakin mempereratnya.
"Tidak..., Siapa kamu? kamu laki-laki yang tiba-tiba datang dan mengusik hidupku. Mengikatku dengan pernikahan ini. Siapa kamu? aku tidak mengenalmu"ucap Zania menatap tajam Rifky
"Jika tidak mengingatku, kenapa kamu memanggilku kakak"ucap Rifky lagi, menggoda Zania yang mulai jengah.
"Apaan sih lepasin nggak!"ucap Zania mengalihkan pembicaraan.
"Cium dulu"goda Rifky lagi dan semakin membuat Zania kesal dibuatnya.
"Jangan membuat saya melakukan hal yang akan membuatmu menyesal tuan Rifky"kesal Zania.
"Ok. Jangan marah dong" ucap Rifky yang langsung melepaskan pelukannya dan duduk melihat Zania berdiri.
"Dan sekali lagi saya ingatkan, jangan menggodaku seperti itu, kamu tidak inginkan memberikan saya sebuah harapan yang tidak bisa saya gapai terhadapmu"ucap Zania yang kembali tidur keranjangnya membelakangi Rifky yang masih menatapnya.
"Benarkah, kamu tidak mengingatku, Nia. Atau kamu hanya pura pura. Maafkan aku"ucap Rifky dalam hati.
Rifky menatap Zania yang membelakanginya. dia merasa bersalah telah membawa Zania dalam kehidupannya. Dia tahu jika selama ini dia menyakiti Zania, perempuan seceria dia harus masuk dalam sebuah permainan yang dia buat. Rifky juga merasa bersalah kepada Revan teman dan sahabatnya itu karena mempermainkan adiknya. Rifky tahu Zania perempuan yang berpura-pura tegar dihadapannya, dia tahu semua itu.
"Maafkan aku Nia" ucap Rifky yang langsung menuju ke kamar mandi dan bersiap-siap pergi dengan pakaian rapi serta membawa koper kecil, entah itu suatu perjalanan bisnis atau lainnya.
***
Zania bangun dari tidurnya dan melihat ranjang Rifky yang sudah rapi dan melihat ada sebuah kertas di mejanya yang bertulisan bahwa Rifky ada perjalanan bisnis di luar negeri kurang lebih 1-2 bulan lamanya.
Zania tersenyum masam melihat hal itu.
"Baguslah kalau begitu, Aku tidak perlu menghindarimu lagi"ucap Zania tersenyum miring. Tapi ada rasa yang tidak bisa dia jelaskan akan semua ini.
Zania pun bangkit dari tidurnya dan mempersiapkan diri untuk berangkat ke tempatnya bekerja.
#Dua bulan sudah.....
Rifky belum kembali dari perjalanan bisnisnya itu. Ada rasa khawatir dari diri Zania. Tidak tahu kenapa dia merindukan sosok laki-laki tersebut. Ingin dia menelphon dan menanyakan kabar tapi dia terlalu gengsi untuk hal itu.
"Harusnya dia yang nelphon dong, kenapa aku yang jadi gini sih!?"ucap Zania memainkan stetoskop yang dipegangnya.
Terdengar pintu ruangan diketok dan terbuka. Terlihat seorang perawat menghampiri Zania.
"Dok, ada pasien ingin konsultasi"ucapnya dan Zania mempersilahkan untuk masuk.
Zania melihat pasien yang masuk itu dan ternyata adalah Bella, kekasih Rifky. Bella langsung duduk berhadapan dengan Zania sambil tersenyum ramah. Zania pun mempersilahkannya duduk dan menanyakan keluhannya.
"Ingin konsultasi apa?"tanya Zania seramah mungkin.
"Saya terkadang merasa mual di pagi hari dan pusing juga. Apa karena saya lelah, ya?"ucap Bella menatap Zania ramah.
#Next on gaes
Mohon bantuannya berbagi like', comment, apalagi kalau kalian berbagi vote
terima kasih untuk para pembaca setia
saya harap ceritanya gak jelimet (Bahasa apalagi ini)😁
Alur maju mundur cantik ya gaes
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Sulati Cus
pasti hamidun
2021-08-11
0
Anonymous
hamil itu
2021-04-06
0
Nurulfajriyah
rival
2021-01-24
0