Randika melihat respons dari Kasyaira dan dapat menebak, ia berpikir sejenak lalu mengulurkan tangan dan mendorong gelas di tangan Kasyaira.
"Ketika aku menandatangani perjanjian perceraian denganmu lima tahun yang lalu, kompensasi perceraian sudah siap. Tetapi kamu belum mengambilnya saat itu, uang itu sekarang masih ada. Jika kamu mau aku bersedia menambahkan uang dan bunga, semuanya untukmu." Kata Randika dengan santainya.
Brengsek! Dia berkata dengan santainya! kalau bukan karena untuk mendekatinya. Aku akan menyiramkan anggur di gelas ini ke wajahnya! Kesal Kasya.
Tapi jujur saja kata-kata Randika semua didengar oleh Kasya dengan serius, karena terlalu lelah dengan hidup seperti ini. Ketika Randika menyelesaikan kalimatnya, ia hampir tanpa sadar berkata 'Aku akan menerimanya'.
Bagi siapapun, uang kompensasi itu bukan jumlah yang kecil. Jika Kasya menerima uang itu dari Randika, pasti bisa menutupi kebutuhan mendesak saat ini dan memungkinkan dirinya serta Byan untuk hidup dengan nyaman. Ia juga tidak harus berada disini dengan Direktur Mulyono dan mempermalukan dirinya sendiri.
Tapi Kasya menggertakkan giginya, memaksa dirinya untuk tidak mengatakan apa-apa. Jika ia menerima kompensasi perceraian dari Randika sekarang, untuk apa dirinya bekerja keras membanting tulang selama lima tahun ini.
Jika Randika masih memiliki sentuhan kemanusiaan, dia harusnya merasa bersalah sekarang. Kasya tidak akan pernah membiarkan rasa bersalah Randika menghilang. Lebih baik rasa bersalah itu menghantuinya sepanjang waktu, sehingga dia tidak bisa tidur dengan tenang di malam hari. Ia bisa tunduk di hadapan siapapun, tapi jelas tidak dihadapan Randika.
Randika melihat Kasyaira tidak berbicara, jadi ia yang memutuskan untuknya. "Baiklah... berikan aku nomor rekening kamu. Aku akan meminta asistenku untuk menghubungimu sesegera mungkin." Pinta Randika masih dengan santainya.
Kasya tersenyum pahit. "Presdir Randika yang terhormat, apakah aku berkata akan menerimanya?" Kasya dengan lembut mengayunkan gelas anggur di tangannya, di bawah cahaya redup wajahnya tampak lebih menawan.
"Uang itu kamu serahkan saja pada istrimu yang sekarang! Kudengar dia sudah infertil selama bertahun-tahun. Oh... mungkinkah itu suatu Karma!" Kata Kasya mengejeknya.
"Kasyaira! Jangan keterlaluan!" Randika menarik pergelangan tangan Kasya begitu kuat, sehingga anggur di gelas yang dipegangnya tumpah.
"Yang bersalah padamu adalah aku, itu tidak ada hubungannya dengan Alise!" Lanjutnya marah.
"Hahaha... tidak ada hubungannya dengan dia! Kamu menikah denganku meskipun ada orang lain di hatimu dan wanita itu tahu kamu menikah denganku. Tetapi dia bersedia menjadi wanita ketiga! Randika, kamu dan wanita itu adalah sampah!" Akhirnya Kasya tidak menahannya lagi dengan berani berbicara lantang.
"Kasyaira! Kamu berani!" Bentak Randika lagi.
"Kenapa? Aku hanya mengatakan kebenarannya, apakah kamu merasa marah atau bersalah?!" Kasya tersenyum pahit.
Meskipun Ia tidak lagi menyukai Randika, tapi dirinya sedang melihat orang yang pernah dicintainya. Kasya pernah hampir membunuh dirinya sendiri, karena pria di depannya dan wanita j4lang itu. Sekarang tentu saja ia merasa sedih kembali, jika melihat wajah pria sampah di depannya ini.
"Aku tidak mengijikanmu mengatai Alise seperti itu!" Randika memperingatinya menatap tajam Kasya.
"Hahahaha... Dasar orang gila! Ingat siapa yang bersalah dulu? Kamu yang bersalah padaku, tapi aku yang harus ditinggalkan seperti itu!" Kasya mencibir dengan memandang Randika ironis.
Ketia kata-kata Kasya selesai, tangan Randika yang sedang memegang pergelangan tangan Kasya langsung tak berdaya. Ketajaman di mata Randika menghilang, ia bertanya pada dirinya sendiri. Sejak dirinya memulai bisnis ia telah melakukan banyak hal yang tak dapat dimaafkan, hanya sedikit sekali hal yang bisa membuatnya merasa bersalah.
Tetapi rasa bersalahnya pada Kasyaira itu tidak sedikit, mungkin karena Kasyaira memperlakukan dirinya dengan sangat tulus dulu. Sehingga ingatan terhadapnya tidak bisa dihapus, mungkin situasi Kasyaira saat ini juga memberinya pemikiran yang baru.
"Bagaimana juga, aku akan meminta sekretaris ku untuk menghubungimu." Randika tidak lagi menatap tajam Kasyaira.
"Sudah kukatakan, aku tidak ingin uang itu!" Kasya tidak bergeming.
Kasya lalu mengangkat gelas yang sudah setengah tumpah dan menyerahkannya pada Randika.
"Hari ini kita hanya mitra bisnis, kamu hanya perlu meminumnya. Sesederhana itu!" Kata Kasyaira tegas.
"Bagaimana jika aku tidak meminumnya?" Randika menatap mata Kasyaira yang cantik.
Randika tidak menyukai sikap agresifnya, lima tahun lalu dia hanyalah seorang wanita kecil yang polos dan mudah dikendalikan. Lima tahun kemudian, dia membawa gelas anggur dan berjalan di sekitar para pria.
Kasyaira, aku belum melihatmu selama lima tahun ini. Sekarang kamu berani memerintahku untuk melakukan sesuatu untukmu seperti ini!
Mata Randika menyipit, akan lebih baik Kasyaira mengambil uang itu dengan patuh. Lalu jangan muncul lagi di hadapannya.
Tapi Kasya memandang Randika tanpa sedikitpun rasa takut, lima tahun lalu memang ia begitu takut padanya dan bahkan terkadang tak berani melihat wajahnya.
Tapi sekarang berbeda, ia tidak akan pernah takut lagi pada Randika. Kasya bahkan ingin melihat apa konsekuensinya, jika dirinya mencari masalah dengan harimau ini.
"Karena Presdir Randika tidak mau meminumnya sendiri, kalau begitu--"
Kasya tidak melanjutkan bicaranya dan segera menuangkan gelas anggur ke mulutnya, lalu dengan cepat memanjat leher Randika dan mencium bibirnya.
Rasa anggur bercampur dengan aroma unik Kasyaira, semua datang ke bibir Randika. Ia melebarkan kedua matanya dan hendak mendorong Kasyaira, tapi anggur itu telah mengalir ke tenggorokannya baru Randika mendorong tubuh Kasyaira, ia menatapnya tak percaya. Mengapa Kasyaira menjadi wanita seperti ini?!
"Presdir Randika, sekarang aku anggap kamu telah bersulang denganku." Tangan Kasya masih memeluk leher Randika.
Lima tahun yang lalu setiap kamu pulang ke rumah, selalu ada bau wanita lain di tubuhmu. Sekarang kecuali kamu mengganti pakaianmu sebelum pulang, istrimu akan mengerti perasaanku saat itu! Hahaha!
Kasya memang tak sengaja bertemu hari ini dengan Randika, jadi lebih baik sekalian saja balas dendam pada wanita pelakor itu.
Ketika memikirkan wajah istri Randika saat mencium aroma wanita lain dari tubuh suaminya itu, hati Kasya sangat senang.
Harus diakui memang menyenangkan jika terkadang bisa membalas mereka yang melukai, tidak perduli siapapun itu.
"Kasyaira, apakah kamu sengaja!?" Marah Randika sambil mencengkram rahang kecil Kasya di tangannya.
"Karena Presdir Randika tidak mau minum anggur dengan patuh, aku hanya melakukan dengan cara lain." Kata Kasyaira masih dengan wajah yang menantang.
"Kamu !" Randika tak bisa berkata-kata.
Kasya langsung merasa puas ketika melihat ekspresi Randika, tapi cengkraman di dagunya semakin erat dan Kasya tidak tahan lagi.
Tapi Kasya tidak mau meminta belas kasihan, ia mengulurkan jari telunjuknya dan mulai menggambar lingkaran di sekitar dada Randika lalu dia berkata dengan sengaja menggoda. "Presdir Randika... kamu terus menahan daguku, apakah kamu ingin minum anggur lagi dari mulutku?"
Benar saja Randika segera melepaskan Kasya dengan kasar.
"Sekarang segelas anggur ini telah diminum habis dan misiku telah selesai!" Kasya melirik Randika dengan bangga, lalu ia berdiri sambil memegang gelas itu dan kembali ke Direktur Mulyono dengan bangga mengangkat dagunya tinggi.
^Bersambung^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Gavin Bae
aku kira setelah kesya pergi dan kembali lagi dia akan jadi wanita tangguh.tapj nyatanya dia malahan jadi wanita murahan. demi uang harga dirinya diprrtaruhkan.sangat miris.
2024-01-05
1
@⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔STEVIE𝒜⃟ᴺᴮ
bagus kaysa
2022-09-11
0
™
tapi ya gimana, istrinya aja kang selingkuh loh🥺🤭
2022-09-11
0