Setelah Kasya berbincang dengan Wakil Direktur Bambang, dia pamit ke kamar mandi untuk membetulkan riasannya.
Di Villa Kediaman Dirga di lantai 2, di kamar mandi keluarga Dirga.
Randika tak henti-hentinya menepuk pelan punggung Alise, dengan khawatir memandangnya yang sedang menunduk dan muntah.
" Alise, apa kamu sudah merasa baikan?" tanya Randika pada istrinya.
" Uhuk... uhuk... " Alise hanya bisa menjawab Randika dengan suara muntah yang menyayat hati.
Randika melihat Alise memegangi dadanya dan mengerutkan alis hitamnya. Dia terus saja muntah sampai mata merahnya berkaca-kaca, pipi putihnya yang tadi merona menjadi agak pucat, ia iba melihat keadaan istrinya.
" Randika... kamu juga jangan terlalu cemas, Alise hanya sedikit tidak enak badan," ucap Rendy Kakak sepupu Alise.
Rendy merupakan Manajer Departemen Pemasaran di Perusahaan Besar keluarga Pramudita dan juga pengurus Villa keluarga Pramudita. Meskipun wajahnya juga sama khawatirnya dengan Randika, tetapi dia tak henti-hentinya menenangkan Randika.
" Seharusnya aku minta Alise beristirahat di rumah, jelas-jelas tahu tubuhnya sangat lemah. Aku malah masih memintanya datang," sesal Randika.
" Ti-dak apa-apa sayang." Alise menenangkan Randika, mengangkat wajah putihnya yang mungil. Alise memandangi Randika, ia memaksakan senyumnya.
" Randika, aku sudah baikan. Jangan khawatir lagi, uhuk... " sebelum bicaranya selesai Alise segera menunduk muntah kembali, dengan kesakitan ia memegangi dadanya.
Kemarin malam Ia memang tidak beristirahat dengan baik, ditambah lagi hari ini banyak kegiatan karena berpesta. Makanan yang dirinya makan beraneka ragam, ia yang awalnya sudah tidak enak badan sekarang malah semakin sakit.
" Alise... setelah ini kita akan segera pulang," Randika merangkul bahu Alise.
" Tidak usah," tolak Alise. " Ini pesta sahabatmu, aku tidak boleh merusak kesenangan."
" Randika, benar kata Alise. Bagaimanapun ini adalah pesta ulang tahun sahabatmu. Alise sebagai istrimu juga sudah seharusnya datang, kamu tidak perlu menyalahkan dirimu sendiri." ucap Rendy penuh pengertian, tapi dalam hatinya sangat kesal melihat tangan Randika yang terus merangkul bahu Alise, perasaanya sulit diungkapkan.
" Tapi kalau kamu seperti ini, aku benar-benar tidak tenang." Randika masih berusaha membujuk Alise.
" Ta... " ucapan Alise terpotong oleh suara langkah kaki.
Tak! Tak! Tak!
Suara hak sepatu yang mengetuk lantai pun terdengar, memutus perkataan Alise.
Kasya berjalan cepat mencari kamar mandi untuk membetulkan riasan, ia juga sudah tak tahan ingin buang air kecil. Melihat antrian kamar mandi lantai satu sangat ramai, dirinya memilih tertatih-tatih mencari toilet sampai ke lantai dua.
Randika mengkhawatirkan keadaan Alise sehingga tidak memperhatikan siapa yang datang, ia hanya menoleh pada Rendy dan mengisyaratkan kepadanya untuk segera mengusir orang itu.
Rendy mengangguk dan berjalan ke arah Kasya. " Nona. Toilet ini sedang dipakai, silahkan keluar," ucap Rendy dengan tegas.
" Eh, kenapa bisa ada Pria disini?" Kasya tak mendengarkan, ia yakin ini toilet wanita.
" Tuan, yang benar anda lah yang harus keluar. Ini adalah toilet wanita!" tegas Kasya tak mau kalah.
Alise yang sedang memegang dadanya seketika menoleh, Ia melihat wanita cantik yang sedang berdebat dengan Rendy. Ia seketika merasa tidak senang, mendongak memandang Randika dengan suara lemah dan manjanya. " Sayang... Wanita itu sepertinya mencari masalah tanpa alasan."
" Tenanglah, aku akan segera mengusirnya." Randika menenangkannya sambil mengelus pelan pipi Alise, ia berbalik badan menghampiri Rendy.
Randika hanya tersenyum lembut di hadapan Alise, di depan orang lain dia selalu sedingin es. Sebelum Randika sampai ke hadapan Kasya, suara dinginnya sudah terdengar lebih dulu. " Hei kau! Enyahlah!" Bentaknya.
Kasya masih berdebat dengan Rendy, begitu dirinya mendengar suara yang membentaknya, ia malah tertawa dan matanya menyorot tajam orang yang berbicara kasar padanya barusan.
" Kalau aku tidak pergi, bagaimana?!" tantangnya.
Kasya tertegun saat tatapannya bertemu dengan tatapan orang di hadapanya. Wajah yang familiar sekaligus asing menyerbu ke dalam pandangannya. Rasanya tidak sama tapi kenangan yang sama kembali menyeruak keluar dari dalam memorinya.
Perbuatan Randika yang begitu tega dan tak berperasaan lima tahun lalu, membuat hatinya bergejolak kembali dipenuhi kebencian. Rasa sakit dari kuku yang tertancap di telapak tangannya lah akhirnya membuatnya tersadar.
Randika, selamanya ia tidak akan memaafkan Pria ini. Tapi ia tidak ingin memprovokasi, lebih baik kalau mereka berdua tak saling bertemu lagi. Kalaupun mereka tak sengaja bertemu, mereka tak lebih daripada orang asing saja. Ia menatap Randika sekilas dengan tatapan datar.
Randika sama terkejutnya, Kasyaira sudah banyak berubah. Pipi tembemnya saat ia berusia 21 tahun saat dinikahinya dulu sudah hilang tak berbekas, sekarang wajahnya sungguh sangat cantik ditambah dengan riasan tipis tampak makin membuatnya menawan.
Aura mantan istrinya pun telah berubah. Kalau lima tahun lalu Kasyaira terlihat polos dan lugu, kini dia adalah sosok dewasa yang sangat mempesona.
Hanya saja sepasang mata Kasyaira yang menyorotkan kebencian itu membuatnya merasa sedikit aneh, bagaimanapun memang dirinya yang bersalah. Pada malam lima tahun lalu itu dirinya memaksa Kasyaira untuk meninggalkannya, bahkan saat Kasyaira pergi dia tidak membawa uang yang diberikannya sepeserpun.
Selama lima tahun ini dirinya beberapa kali teringat akan senyum bodoh di wajah Kasyaira, juga saat dia membuatkan sup pereda mabuk untuknya. Terlebih lagi ia teringat akan malam hujan badai lima tahun lalu, ia menyakiti Kasyaira. Ya itu memang benar.
Terkadang Ia berpikir kalau saja Kasyaira membawa uang ganti rugi perceraian itu, apakah dirinya sekarang sudah bisa melupakan Kasyaira seutuhnya?
Detik berikutnya Kasya memutuskan untuk pergi, Randika yang melihatnya pergi seketika melangkahkan kakinya maju ingin menyusul.
" Randika!" Alise memanggil namanya.
Alise tiba-tiba muncul di samping Randika, tangannya yang pucat dan kurus mengapit lengan kekar Randika.
Alise menyadari keganjilan pada diri suaminya, saat matanya tertuju pada seorang wanita paling lama tak lebih dari 5 detik. Namun kali ini ia mendapati bahwa tak hanya mata suaminya yang menatap wanita itu lama-lama, tapi perasaannya juga sangat dalam terlihat jelas olehnya.
Alise mengalihkan pandangannya ke arah wanita barusan, tapi ia hanya melihat sosoknya yang buru-buru pergi. Ia melihat kalau postur wanita itu lumayan bagus gaya berpakaiannya juga modern. Tadi ia melihatnya sekilas, terlihat wanita itu lumaya cantik.
Randika menatap Alise, ia tidak pernah menyebut tentang Kasya dan menghapus semua jejak tentangnya setelah dirinya menandatangani surat cerai. Alise pun tak pernah berjumpa sekalipun dengan Kasya, jangankan sosoknya dari belakang, walaupun Kasya berdiri di hadapannya, Alise pun tak akan bisa mengenalinya bukan?
^Bersambung^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Kiηg__ᴰ
hamil kah?
2022-09-06
0
☠ᵏᵋᶜᶟ尺მȶɦἶ_𝐙⃝🦜
nyesel tho ceraikan kasya, jgan² kasya hamil dlu wktu diceraikan
2022-09-06
0
༄༅⃟𝐐✰͜͡w⃠🆃🅸🆃🅾ᵉᶜ✿☂⃝⃞⃟ᶜᶠ𓆊
aku nunggu karma mu radika🙄🙄🙄🙄🙄
2022-09-06
0